Mohon tunggu...
Irfan Fandi
Irfan Fandi Mohon Tunggu... Menulis dan Membaca adalah suatu aksi yang bisa membuat kita terlihat beda dari orang yang disekitar kita

Email : irvandi00@gmail.com || Suka Baca dan Nonton Film || Pekanbaru, Riau ||

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merayakan Hari Raya di Rumah Saja, Mudik Nanti Dulu!

21 Maret 2025   12:16 Diperbarui: 21 Maret 2025   12:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
antrian menunggu jalan didalam kemacetan (sumber foto: Photo by Aayush Srivastava: https://www.pexels.com/photo/selective-focus-photography-of-cars-1)

Tradisi mudik menjadi sebuah prioritas bagi umat muslim yang ada di Indonesia. Istilah mudik sama halnya dengan balik kampung dan berkumpul dengan keluarga, sanak saudara dan seluruh orang-orang yang kita kenal. Tujuannya untuk menjalin kembali tali silaturahmi agar semakin terjaga dan solid.

Mudik biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berada dan hidup di perantauan, dan jauh dari kampung halaman untuk mencari peluang yang lebih baik di ibukota. Momen baliknya dimanfaatkan pada saat edisi lebaran telah tiba.

Namun, mudik tidak wajib untuk dilakukan oleh semua orang. Melainkan bagi siapa saja yang memiliki peluang atau keinginan untuk balik dan berkumpul dengan orang-orang tercinta. Kita semua tahu mudik pun harus butuh modal dan persiapan yang matang, bukan sembarangan dan asal ikut-ikutan saja.

Tapi dalam hal ini banyak terjadi adalah memaksakan kehendak atau hanya mengikuti trend saja. Padahal (maaf kata) ekonomi dan finansial tidak memadai atau cukup. Jangan pernah memaksakan sesuatu diluar dari kemampuan kita. Sesuatu yang dipaksa akan memiliki hasil yang tidak baik pula.

Wajar jika banyak orang-orang hanya memikirkan sesaat dan mengambil keputusan yang singkat, seperti berhutang sana-sini, berani melakukan peminjaman online (pinjol), atau bahkan nekat berangkat dengan menggunakan sepeda motor yang melebihi kapasitas penumpangnya.

Beberapa contoh sikap diatas kerap sekali terjadi didalam lingkungan sekitaran kita. Tidak heran jika permasalahan baru datang lagi setelah tradisi itu selesai ditunaikan. Sama halnya kita mencari masalah dan beban pemikiran yang sia-sia.

Pandangan penulis terhadap tradisi mudik

Saya hidup didalam sebuah keluarga yang sederhana, dimana masih bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan keperluannya. Dalam hal ini orangtua memiliki peran penting didalam memberikan sebuah contoh kepada anak-anaknya, bagaimana cara untuk dalam bersikap.

Keluarga saya sangat jarang yang namanya mudik atau balik kampung. Sebagai orang perantauan, dimana pun kita berada, suasana tetap sama saja jika kita menikmatinya dengan keluarga yang utuh dan lengkap. Tapi sekali atau dua kali pernah balik kampung, tapi mudiknya telat setelah hari  raya idul fitri.

Toh banyak hal yang ditakutkan atau diwaspadai ketika kita melakukan perjalanan jauh untuk mudik. Persiapan itu sangat penting, jauh-jauh hari kita telah memikirkan bagaimana segala kebutuhan yang ingin dipenuhi harus lengkap. Ibarat kata sedia payung sebelum hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun