Mohon tunggu...
Irfan Dani
Irfan Dani Mohon Tunggu... Pembelajar -

Cinta merupakan akar dari semua kehidupan.. Jadikan Cinta sebagai landasan bertumpu untuk "menuju" kesempurnaan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kapitalisme dalam Beragama

31 Agustus 2018   11:35 Diperbarui: 31 Agustus 2018   21:39 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebanyakan manusia hidup di dunia sepertinya memang cenderung mencari keuntungan... Mulai dari keuntungan dalam aspek ekonomi, sosial, hukum, maupun politik... Semua yang di cari adalah keuntungan, dan selalu memikirkan bagaimana caranya memperoleh keuntungan...

Hingga hitung - hitungan dalam aspek bertuhan dan beragama.. Yang dipikirkan adalah apa yang akan saya peroleh ketika saya melakukan sesuatu (keuntungan).. Hitung-hitungan pahala, bicara untung rugi dan perthitungan terhadap Tuhan... "Tuhan saja memberi kenikmatan nggak pakek hitung-hitungan kok, lha kita baru melakukan perbuatan A sudah mikir pahalanya segini, sholat subuh pahalanya segini keutamaannya gini gini gini, sholat dhuha supaya rezeki berlimpah ( yang dikejar untung bukan esensi dari sholatnya). Jadi, substansi bertuhannya hilang... Tidak ada keikhlasan lagi dalam menyembah Tuhan...

Seolah - olah "Tuhan, aku sholat dhuha ya.. Tapi kasih aku rezeki... Sama halnya dengan membantu orang tua supaya di lebihkan uang jajan... "Bu aku nyuci piring tapi kasih uang ya".. Harusnya tidak demikian... Itu memang sudah kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya dan seorang anak kepada orang tua nya...

Tuhan itu maha besar (Allahuakbar), kebesaran Tuhan tidak berkurang sedikitpun apabila hamba-hambanya tidak mau menyembahnya dan tidak bertambah apabila semua hambanya menyembah sujud padanya.. Jadi mau hitung-hitungan apa lagi dengan Tuhan...??

jika kita bertafakur lebih jauh kedalam sebuah perenungan.. Sadarkah kita bahwa Tuhan yang sebenarnya telah mati, kita yang membunuhnya (Nietzche, Tuhan telah mati). tuhan kita saat ini adalah surga dan neraka, harta dan dunia, selalu disembah-sembah dan di takuti,

Yang ada dipikiran kita hanyalah, apa yang bisa saya peroleh, bukan apa yang bisa saya perbuat untuk Tuhan...

Berhenti hitung-hitungan dengan Tuhan.. Biarlah sistem ketuhanan yang mengkalkulasi pahala dan dosa kita.. Jalankan saja kewajiban sebagai hamba atas dasar cinta terhadap Tuhan... Ngga apa-apa ngga dapat pahala yang penting berbuat baik, ngga apa-apa ngga dapat keutamaan sholat yang jelas niatnya menyembah Tuhan bukan surga..

"Ya Allah, jika aku menyembahMu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya, dan jika aku menyembahMu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tetapi, jika aku menyembahMu demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu Yang abadi padaku." ( Rabiah Al Adawiyah).

Kita punya apa yang bisa dijadikan modal untuk hitung-hitungan dengan Tuhan.?? Semua berasal dari pemberianNya...

Kita membenci kapitalisme, tapi kita sendiri pelaku kapitalisasi dalam beragama...

Bengkulu, 31 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun