Aku belum pantas disebut seorang kader, secara konsep teoritis merupakan insan yang merdeka, merdeka dari segala bentuk belenggu duniawi.. Kontinuitas dalam komitmen sebagai tulang punggung dan promotor organisatoris..
Moral ku tak lebih baik darimu..
Mungkin kesalehan individuku tak lebih sempurna darimu..
Sholatku lebih jarang darimu..
Kesalehan sosialku tak lebih mulia darimu..
Pundakku terlalu rapuh untuk mengemban amanah "kader"..
Kakiku terlalu lemah untuk menjalankan dinamika organisasi sebagai alat perjuangan..
Pendirianku tak cukup kuat untuk disebut sebagai etis independen..
Qalbuku tak begitu suci sebagai bejana azas islam..
Tekatku tak begitu bulat untuk mencapai insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan bernafaskan islam, apalagi sampai menjadi insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt, sungguh itu menjadi hal yang mustahil bagiku..
Jangankan untuk mewujudkan tujuan yang begitu mulia, lingkungan sekitar kost-anku saja aku tak mengenal satu persatu namanya, karena pulang sudah terlalu larut atau bahkan tak pernah pulang dan menginap di sekretariat, untuk bersosial saja aku tak mampu. Terkadang untuk memenuhi keinginan orang tua meminta pulang saja aku menolak, karena rasa "ketidakenakanku" terhadap kawan-kawan himpunan..