Mohon tunggu...
Irfan Dani
Irfan Dani Mohon Tunggu... Pembelajar -

Cinta merupakan akar dari semua kehidupan.. Jadikan Cinta sebagai landasan bertumpu untuk "menuju" kesempurnaan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberagaman Keyakinan

19 Februari 2018   10:51 Diperbarui: 14 Maret 2018   15:00 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia merupakan entitas tunggal yang merdeka, bebas memilih sesuai dengan yang diyakininya. Sebuah kepercayaan merupakan keniscayaan yang dipeluk oleh masing-masing individu yang seharusnya melalui beberapa tahapan untuk dapat mencapainya. Berawal dari sebuah keraguan yang mengharuskan seorang individu melakukan proses pencarian dan membandingkan dengan perbandingan yang lain hingga pada akhirnya menemukan titik terang dan meyakini apa yang sebelumnya ia ragukan.

Dalam hal berkehidupan dalam ruang lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia setiap orang bebas menganut suatu kepercayaan dalam hal memeluk agama  sesuai dengan fitrah manusia yang merdeka. Indonesia juga menjunjung tinggi kemerdekaan warga negaranya dalam memeluk agama dan meyakini kepercayaan sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini ditegaskan dalam UUD 1945 Pasal 28E. Meskipun demikian, masih banyak konflik yang terjadi entah itu akibat perbedaan keyakinan (agama) atau terdapat hal lain yang menungganginya.

Perpecahan antar umat beragama kerap kali terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, seakan-akan dapat dikatakan bahwa semuanya harus seragam agar tidak terjadi perpecahan akibat keberagaman agama. Namun, hal itu merupakan sesuatu yang mustahil terjadi. Satu negara beda agama ricuh, satu agama beda aliran ricuh, satu aliran beda pemikiran ricuh, yaaa.. begitulah yang terjadi.

Dalam sudut pandang islam, sudah merupakan sebuah keniscayaan bahwasannya umat manusia terlahir dalam keberagaman, sesuai dengan firman Allah swt yang berbunyi :

"Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal." (Qs Alhujurat : 13).

Berdasarkan qalamullah diatas, sudah cukup jelas bahwa Tuhan menciptakan manusia dalam pluralisme kehidupan yang merupakan takdirnya. Jangan sampai setiap individu terjebak dogmatisme  dalam beragama (cara beragama dengan memaksakan kehendak) yang mengharuskan setiap individu seragam, tidak boleh ada perbedaan sedikitpun baik mengenai cara berpikir, berpakaian, bertingkah laku dan hal-hal lainnya yang biasa dilakukan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh sang guru yang dikultuskan/dianggap paling benar dan menganggap setiap apa yang dilakukan orang lain yang berbeda dengannya adalah sesat.

Perpecahan juga sering kali terjadi karena setiap umat merasa agamanyalah yang paling benar dan agama lainnya adalah kafir, sesat dan pasti masuk neraka. Padahal sudah cukup jelas firman Allah swt dalam al-qur'an bahwa surga bukan hanya untuk satu umat/golongan tertentu saja.

"Katakanlah, jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu disisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar." (Qs Al-baqarah :94).

Selain itu Tuhan menyeru kepada setiap umat untuk senantiasa melakukan kebaikan dalam berkehidupan dan menjalankan apa yang diyakini, karena manusia telah terbagi menjadi beberapa golongan yang meyakini kebenaran aqidah dan syari'atnya masing-masing (Islam, Nasrani, Yahudi, Hindu, Budha dan umat lainnya).

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat) sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu." (Qs Al-baqarah : 148).

Maka dari itu setiap umat seyogyanya menjalankan kehidupan beragamanya sesuai dengan keyakinan masing-masing dan tidak mengganggu satu sama lain dalam hal aqidah dan syari'at, tidak saling mengkafirkan antara golongan yang satu dengan yang lain serta memupuk nasionalisme dalam bingkai kebhinekaan sehingga terwujud agamawan yang toleran dalam berkehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun