Mohon tunggu...
Irfan Aulia
Irfan Aulia Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog

Pejalan Kaki, menyenangi tema psikologi positif, psikologi konsumen dan psikologi politik & kebijakan publik, aktif mengajar dan melakukan riset di tiga tema tersebut sambil mempraktekkan ilmu yang didapat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Me-Ruang

3 Juli 2018   11:46 Diperbarui: 3 Juli 2018   11:46 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sambil duduk di depan kemudi, saya melihat pertigaan yang sudah mulai ramai dengan kendaraan yang akan berbelok sesuai dengan tujuan masing masing. Di jalan yang berbeda ada mobil yang semakin cepat hendak berbelok ke sebelah kanan, tidak ingin kalah cepat dengan mobil dari ujung jalan yang lain. Pertigaan ini tidak ada lampu merah kuning hijau yang membantu pengemudi mengatur arus, hanya ada lampu merah kuning menyala hidup, sehingga masing masing pengemudi perlu memilih akankah dia memacu atau menunggu atau memilih bergantian menyusuri arus jalan. 

Pilihan dari masing masing pengemudi dapat membuat arus lancar, arus macet, atau arus dead lock. Saat dead lock melihat pengemudi motor yang menyalip hendak lewat, atau sesama pengemudi mobil yang terhenti, tak dapat maju atau mundur. Jadi merenung walau kami semua ada di ruang jalan yang sama, namun kami sedang tidak bertemu di ruang yang sama.

 Tidak bertemu di ruang yang sama menyebabkan saya dan aku dan kamu dan beta dan seterusnya tidak sedang menjadi kita yang sedang berada di ruang jalan yang sama.  Karena merasa tidak satu ruang maka orang di lain ruang, dapat menjadi musuh atau lawan yang harus dikalahkan.

Karena manusia selalu berada di dalam sebuah ruang, maka menyadari ruangan yang telah dipilih adalah proses me-ruang. Duduk sejenak lalu kemudian menyadari bahwa di depan ada sebuah laptop, dengan layar, dan key board, beserta pilihan kata yang dituliskan adalah proses me-ruang.

Saat kembali di belakang kemudi dan menyadari ruang kemudi dan jalan yang sedang ada di depan, sambil memperhatikan arus motor dan mobil, menjadikan saya memahami dan merasakan ruang saat ini. 

Rasanya berbeda, semacam menyambungkan tubuh dengan jalan, mobil, motor, dan orang lain, menjadikan saya lebih khusyuk melihat dan merasakan suasana ruang yang ada di saat ini. Menjadikan saya lebih sensitif terhadap ruang batin pengendara mobil di depan atau pengendara motor di samping dan belakang atau pemakai jalan yang hendak menyeberang. 

Dan pada saat itu saya berhenti sejenak, mempersilahkan pengendara mobil di depan untuk lewat, pengendara motor untuk lewat, sambil menyadari ruang kebersamaan kami sebagai sesama pengendara. Tak jauh di depan ada pejalan kaki hendak menyeberang, ia berhenti di trotoar jalan, pada jalan yang ia hendak seberangi, mobil sedang yang sedang melaju, berhenti dan mempersilahkan pejalan kaki tersebut menyeberang. 

Saya tertegun sejenak, lalu memperhatikan pengendara di jalan yang lain menunggu. Pada saat itu ruang batin saya mengatakan silahkan jalan. Sambil melihat sekeliling saya pun mengambil giliran saya untuk berjalan, pada momen itu saya menyadari ruang saya dan ruang-ruang lain bertemu tanpa perlu bicara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun