Mohon tunggu...
Irfan Amalee
Irfan Amalee Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Eksekutif Peace Generation Indonesia

Co-founder PeaceGeneration, Mudir Peacesantren Welas Asih, Writer, Father, Udar-ider.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Sikap yang Seharusnya Kita Lakukan Ketika Nabi Kita Dihina

16 Januari 2015   17:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01 7533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika kita berharap Nabi kita bebas dari dihujat dan dihina, pasti kita kecewa.

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW kenyang dengan hujatan atau istihza' (QS 36:30) dengan disebut sebagai orang gila atau majnun (QS 15:6) orang yang kena sihir (QS 17:47), mengada-ada (QS 16:101), dan kata-kata menyakitkan lainnya. Di abad pertengahan, dalam karya Divine Comedy, Dante menggambarkan nabi Muhammad masuk neraka dan gambaran yang menghina lainnya. Waktu saya kecil, heboh Salman Rushdy yang menerbitkan Ayat-ayat Setan. Di Indonesia, Arswendo pemred Tabloid Monitor dihujat habis-habisan dan masuk bui karena menyimpan Nabi Muhammad di urutan sekian pada daftar tokoh pilihan tablod tersebut. Di tahun 2000an muncul kartun-kartun sinis mulai dari media Denmark Jyllands-Posten, hingga kasus Charlie Hebdo akhir-akhir ini.

Jika kita berharap tidak akan ada lagi orang menghina nabi, pasti kita kecewa. Peristiwa ini pasti akan terus terjadi. Buktinya pasca penyerangan, Charlie Hebdo dengan jumawa terbit lagi dengan cover (yang diasumsikan sebagai) Nabi Muhammad dengan tulisan Je Suis Charlie (Saya Charlie) dengan tambahan kata-kata, semua dimaafkan. Tak tanggung-tanggung, edisi ini dicetak tiga juta exemplar dan terbit dalam berbagai bahasa. Dukungan moral dan finansial mengalir deras ke redaksi majalah yang tadinya hampir bangkrut itu.

Tapi kita juga jangan lupa, begitu banyak puja puji kekaguman terhadap sosok Muhammad SAW dari orang-orang non Muslim. Setelah menamatkan biografi Nabi Muhammad, Mahatma Gandhi menyampaikan kesannya, "Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh paling mempengaruhi manusia. Saya lebih yakin bahwa bukan pedanglah yagn memberikan kebesaran pada Islam. Tepi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar baisa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinan pada tuhan dan tugasnya". Sejumlah biografi Muhammad ditulis dengan penuh respec oleh penulis nonmuslim seperti ternama seperti Annemarie Schimmel, Karen Armstrong, hingga Deepak Chopra. Serta yang paling fenomenal adalah Michael H. Hart yang menempatkan Muhammad pada urutan no. 1 manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah.

Mari kita lihat, siapa yang menghina dan siapa yang memuji. Orang-orang yang menghina kebanyakan adalah orang orang yang tak mengenal sosok Muhamamd secara benar. Sementara orang-orang yang memuji adalah mereka yang membaca dengan hati terbuka. Charlie Hebdo, adalah media yang sepanjang karirnya spesialis menghina, bukan hanya Islam tapi agama-agama lain.

Pujian dan hinaan adalah bagian dari hidup setiap orang. Khusus bagi tokoh-tokoh besar dua hal itu memiliki intensitas yang lebih dahsyat. Semakin tinggi pohonnya, semakin besar anginnya. Ketika dipuji, mereka dipuja bahkan dikultuskan. Ketika dihina, dihina habis-habisan.

Bagaimana kita menyikapinya, tiru saja bagaimana Nabi kita menghadapinya.

1. Jangan hiraukan. Jangan share, jangan broadcast. Cuekkin aja. Para penghina itu akan semakin mendapat tempat ketika kita menanggapinya. “Allah telah menurunkan kepadamu, bahwa apabila kamu dengar ayat-ayat Allah diingkari dan diolok-olok maka jangan kamu duduk beserta mereka, hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.” (QS 4:140)

2. Maafkan mereka. Saat futuh Makkah, Nabi datang dengan puluhan ribu pengikutnya. Bisa saja dia membantai orang Makkah yang dulu mengusir Nabi Muhamamd. Tetapi Nabi berseru, "...hari ini adalah hari permaafan, tak ada lagi perumpahan darah". Agama ini bukanlah agama pendendam. "Upaya membalas kejahatan dengan kejahatan juga dapat menjadi sebuah kejahatan. Karena itu siapa yang memafkan musuhnya dan melakukan perdamaian balasannya ada di sisi Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai ornag yagn zhalim" (QS. Asy-Syura: 40)

3. Membalas dengan kebaikan. "Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, sehingga rasa permusuhan itu akan menjadi pertemanan" (QS. Fushilat [41]; 34). Nabi Muhammad membalas hinaan yang dilontarkan oleh pengemis Yahudi buta dengan memberinya makan setiap hari, hingga si pengemis tersebut luluh hatinya, saat dia menyadari kebaikan Nabi.

4. Mendoakannya: Setelah dilempari penduduk Thaif, dengan luka yang masih basah, Nabi Muhammad ditawari Malaikat untuk menimpakan gunung ke penduduk thaif. Tapi Nabi Muhammad menolak tawaran itu. Alih-alih Nabi Muhammad memaafkan dan mendokaan mereka. Di masa-masa berikutnya, thaif menjadi daerah penting dalam wilayah Islam. Mungkin kita ingat juga, salah satu pembuata film Fitna, akhirnya masuk Islam setelah menyaari kesalahannya. Mungkin itu karena doa kita, bukan sikap mengutuk dan balas dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun