Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pohon Nanas di Kebun Saya

12 Agustus 2021   22:31 Diperbarui: 12 Agustus 2021   22:42 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada yang ingin menikmati nanasku (foto pribadi)

Sahabat sahabat saya yang bertandang ke rumah kami, pasti tertarik dan mengagumi tanaman saya khususnya yang satu ini, yaitu pohon nanas. Kebetulan saat itu sedang berbuah. Mereka surprised banget, karena tidak lazim orang menanam pohon nanas di halaman rumahnya.

Mereka pada heran kok sempat-sempatnya saya menanam nanas.

Ada yang bertanya dapat bibitnya dari mana? Saya merasa sangat aneh dengan pertanyaan ini. Tetapi setelah saya pikir, tidak terlalu aneh juga.

Saya mengetahui cara mendapatkan bibit dan menanamnya sekalian dari ibu saya.

Waktu saya kecil dulu, ada teman relasi ayah yang sering membawakan kami buah nanas dalam jumlah yang sangat banyak. Satu karung! 

Waktu itulah saya mulai berkenalan dengan buah nanas yang sangat manis. Bentuknya lebih kecil dari buah nanas yang biasa dibeli ibu kami di pasar. Kata ibu saya itu nanas Bogor.

Dalam bahasa Makassar, nanas disebut pandang. Jadi nanas Bogor dalam bahasa Makassar disebut Pandang Bogoro'.

Saat itulah saya mengamati ibu saya mengupas nanas. Rasanya asyik, seperti orang mengukir. Saya belum boleh membantu mengupasnya karena saya masih kecil dan kulit nanas itu tajam.

 Oh iya, sebelum mulai mengupas, ibu saya lebih dulu memotong mahkota buah nanas yang berupa daun-daun yang berduri. Saya membayangkannya seperti mahkota Raja yang ada dalam buku cerita.

Nanas yang telah selesai dikupas dan dibersihkan mata nanasnya/ dalam bahasa Makassar kami menyebutnya ka'muru artinya hidung, lalu ditaburi sedikit garam sebelum dibilas dengan air matang. Kata ibu supaya tidak gatal di lidah waktu kita memakannya.

Kemudian ibu membawa mahkota-mahkota itu ke kebun kami dan menanamnya satu persatu di dalam lubang kecil yang sudah disiapkan. Sedangkan kulit nanas dimasukkan ke dalam lubang di sudut halaman tempat ibu membuang sampah sampah dapurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun