Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Seorang Sahabat yang Menginspirasi

12 Juni 2018   17:39 Diperbarui: 12 Juni 2018   17:42 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat sahabatku ini ditulis pada tanggal 26 April 1994. Jangka waktu yang sudah lumayan lama. Walau sudah puluhan tahun, suratnya masih saya simpan. Mengapa? Karena pesan-pesan yang tersirat dalam tulisan sahabat saya ini, selalu mengingatkan saya untuk kembali teguh, tatkala saya mulai goyah dalam menjalankan pedoman hidup yang sudah saya tentukan sendiri.

Ketika saya mulai cuek dan bersikap masa bodoh terhadap keadaan di sekitar saya, teringat isi surat sahabatku ini. Maka, saya kembali sadar bahwa saya tidak boleh begitu, karena kapan Tuhan berkehendak memakai saya sebagai alatNya, atau apa rencanaNya kita pun tidak pernah tahu.

Inilah surat sahabatku yang ditulis tangan olehnya:

tulisan-tangan-2-5b1f9c0abde57522246ca192.jpeg
tulisan-tangan-2-5b1f9c0abde57522246ca192.jpeg
tulisan-tangan-3-ed2-5b1fa084cf01b4420678aca4.jpg
tulisan-tangan-3-ed2-5b1fa084cf01b4420678aca4.jpg
Surat itu berterima kasih karena saya dan suami saya membantu membawakan Komuni baginya ketika ia baru pulang dari rumah sakit. Bayangkan, yang saya lakukan bukanlah hal yang luar biasa, tapi sungguh telah membawa dampak yang sungguh luar biasa. Karena kedatangan kami, menurut surat itu, istrinya yang sebelumnya sempat mogok ke gereja, akhirnya kembali rajin ke gereja. Tuhan telah memakai kami untuk menyapa keluarganya.

Pada sebagian isi surat itu tersirat betapa sahabatku itu kesepian dan ingin ada yang mendengarnya bernyanyi. Selama 50 tahun ia sudah menyanyi memuji Tuhan dalam berbagai bahasa. Ia terkadang menyanyi memuji Tuhan di dalam hening malam ketika tidak bisa tidur. Ia menyiratkan keinginannya untuk merekam nyanyiannya, tetapi mungkin hanya cucunya saja yang akan mau mendengar dan mengapresiasinya, demikian suratan hatinya.

Apakah hasratnya itu kesampaian? Entahlah, saya tidak tahu. Inilah yang membuat saya sangat menyesal karena tidak sempat memberi respon dan dukungan. Memang waktu itu saya sedang sibuk mengurus ibu saya, tapi sebetulnya masih bisa diusahakan karena ada kakak dan adik saya yang bisa membantu.

Saya memang telah lalai... Hal ini mengajarkan saya untuk tidak menunda suatu perbuatan baik, karena menyesal pasti selalu datangnya terlambat.

Zaman now, kita semakin sibuk dengan urusan sendiri, jangan sampai lupa memberi perhatian kepada sesama, mungkin ada teman atau tetangga yang perlu perhatian. Sebagai salah satu contoh, bau gas dari rumah sebelah yang tidak disadari penghuninya, kalau ada tetangga yang cepat tanggap ketika mencium bau tersebut, kita bisa mencegah kebakaran.

Saya mengakhiri curhat ini dengan ajakan, "Mari kita melayani Tuhan melalui sesama. Apapun itu, sekecil apapun, di mata Tuhan pastilah baik." Jadi jangan ragu, lakukan yang baik. Walau konsekuensinya, mungkin kita dikatai Gila Urusan (GU).

Terima kasih sudah membaca curhat saya ini. Salam :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun