Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Roh Sayakah Itu, Misteri Tak Berjawab...

8 Agustus 2015   17:42 Diperbarui: 8 Agustus 2015   17:54 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari itu, seperti biasa saya bangun pagi pada sekitar pukul empat subuh. Bedanya saya bangun bukan di tempat tidur saya di rumah, melainkan di tempat tidur di salah satu kamar rumah sakit di Menteng, Jakarta.

Ya, hari itu saya akan menjalani operasi histerestomy yaitu operasi pengangkatan rahim.

Puluhan tahun saya mengalami masalah karena myoma uteri dan hiperplasia endometrium, saya sering mengalami perdarahan parah. Seandainya myoma diangkat mungkin masalah berakhir, tetapi karena dokter tidak memaksa dan saya pun agak takut, maka upaya tindakan sementara dilupakan saja, namun saya tetap konsul ke dokter obgyn saya, papsmer, USG tetap teratur, malah pernah dikuret, biopsi dan  saya pun pernah menjalani histerescopy.

Sebetulnya, dulu, saya sudah sempat setuju dilakukan tindakan, tapi kemudian  batal karena saya keburu menopause. Kata dokter dengan menopause, myoma itu akan mengecil. Benar, sejak itu tidak ada masalah lagi.

Walau tidak ada masalah yang saya rasakan, namun dari USG ternyata hiperplasia endometrium itu masih berlanjut. Maka, atas pertimbangan dokter saya, nasihat dokter-dokter kandungan yang saya kenal, dan juga dukungan keluarga, maka saya putuskan setuju menjalani operasi pengangkatan rahim.

Iya, daripada kelak berubah menjadi kanker, mumpung selagi kesehatan umum saya masih oke. Soalnya usia saya sudah tidak muda lagi dan semua faktor penunjang untuk melaksanakan operasi juga masih memungkinkan.

Subuh itu tanggal 10 September 2013, saya bangun dengan badan yang sangat segar, saya mandi dan melaksanakan semua persiapan operasi.

Saking rileksnya, saya sempat berdandan dan memakai lipstik karena tidak mau terlihat pucat sekeluar dari kamar operasi. Ketika perawat datang, saya diminta menghapus lipstik yang hanya samar-samar dan sangat tipis. Waa... saya malu, untung saya tidak memakai kuteks, karena memang nggak punya. Hehehe... dasar nenek-nenek.

Hai kaum perempuan, ingat jangan pakai lipstik dan kuteks menjelang operasi. Sudah pada tahu? Ya, berarti saya doang dong yang nggak tahu.

Sekitar pukul lima pagi saya dibawa ke kamar operasi untuk menjalani operasi sekitar setengah jam kemudian.

Semua berjalan dengan baik dan saya juga merasa sangat tenang, saya disuntik di tulang belakang sampai akhirnya saya tidak merasakan apa-apa lagi.

Saya sangat heran kenapa bisa setenang itu, sementara bila berada di ruang tunggu dokter saja, biasanya saya sudah bolak balik ke kamar kecil.

Saya yakin ini adalah jawaban Yang Maha Kuasa atas doa-doa yang dipanjatkan untuk saya. Terima kasih Tuhan atas berkatMu. Terima kasih juga kepada keluarga, sahabat-sahabatku dan siapa saja yang telah turut mendoakan saya.

Saya tidak dibius total, hanya epidural tapi saya tetap ditidurkan.

Saya terbangun dan melihat jam dinding menunjukkan pukul enam lebih sekian, saya melihat dokter saya dengan seorang dokter yang lain.

Saya bertanya," Sudah selesai dok?" Jawabnya," Belum, sebentar lagi."

Lalu perawat datang menawarkan, apa saya mau ditidurkan lagi?

"Enggak usah mbak, saya merasa enak kok." Namun ternyata kemudian saya tertidur lagi.

Saya tidak tahu apa betul ada jam dinding di kamar operasi, tapi itu yang saya yakini.

Saat saya pulang ke rumah dan sudah berada di kamar tidur saya, anak-anak datang menjenguk dan terjadilah percakapan antara suami saya dengan seorang anak kami.

Saya dengar suami saya bertanya kepadanya: "Pink, kita kok bisa melihat mammi berjalan keluar dari kamar operasi, ya? Kan nggak mungkin, lagipula saya sudah cek ke suster, tidak ada siapa-siapa di situ."

Rupanya pada saat mereka menunggu di luar kamar operasi, anak saya itu mencolek bapaknya dan menunjuk ke arah pintu kamar operasi, terlihat saya sedang berjalan keluar dari kamar operasi.

Mereka berdua melihat saya. Ya hanya mereka berdua, yang lain tidak menyadari dan kurang menyimak apa yang sedang mereka berdua perbincangkan.

Waktu itu kira-kira sama dengan waktu saya terbangun di kamar operasi. Apakah itu, roh saya?

Apakah artinya itu? Siapa yang bisa membantu menerjemahkannya untuk saya? 

Tadi pagi saya bangun dengan badan yang sangat lemas, sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

Sore ini saya baru menyadari, rupanya hari ini adalah tanggal 10 September 2014, berarti peristiwa di atas telah satu tahun berlalu.

Saya langsung mengambil Galtab dan mulai mengetik. Sayangnya baru sekarang saya sempat posting di Kompasiana. Nggak apa-apa, kan ya?!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun