Mohon tunggu...
Irawaty Silalahi
Irawaty Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Cerita yang semoga menginspirasi mereka yang membaca.

Suka bercerita dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Unfriend: Elo-Gue, End!

16 Desember 2020   23:55 Diperbarui: 17 Desember 2020   00:39 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Lukisan anak sendiri

Suatu hari, Nona Lintjah sedang asyik membalas pesan teks yang masuk melalui telepon genggamnya. Nona Lintjah memang perempuan dinamis yang selalu banyak urusan, dan semua dapat dikerjakannya dengan telepon pintarnya.

Mulai dari mencari resep masakan, membalas setiap email yang masuk, mencari materi presentasi, cari tahu pelajaran anak-anaknya, upload foto-foto selfie-nya di warung kopi ternama, tidak lupa melihat kegiatan sederet artis papan atas kesukaannya untuk bahan obrolan remeh bersama teman-teman arisannya. Semua ada dalam genggaman.

Tapi, beberapa hari ini ada yang tidak biasa dalam pesan teks yang diterimanya. "Selamat pagi, Linjah, kamu sedang apa?" demikian bunyi pesan teks yang diterima pada pukul empat pagi. Sambil memperhatikan nama pengirimnya, Nona Lintjah mengernyitkan dahinya. Sambil keheranan membaca pesan teks yang sok akrab pagi-pagi buta.

Bisa-bisanya Tuan Sok-Iye mengirimkan pesan ingin tahu kegiatan perempuan lain.  Pagi-pagi begini, pikirnya. Hmm .. ke mana istri Tuan Sok-Iye? Ah, bukan urusanku, pikirnya dalam hati. Mungkin saja Ia hanya ingin bersikap ramah. Maka, Nona Lintjah membalas demi alasan sopan-santun saja:

Selamat pagi, Tuan Sok-Iye, saya sedang siap-siap membuat masakan untuk bekal anak-anak saya sekolah. Titik. Singkat dan jelas jawabannya. Setelah itu, Nona Lintjah tak peduli, apakah Tuan Sok-Iye membaca, atau bahkan mengirimkan pertanyaan retjeh lainnya. Ia segera memasak untuk  anak-anaknya. Nona Lintjah, adalah seorang mantan Nyonya. Sekarang, ia hanya hidup dengan anak-anaknya.

Hari itu Nona Lintjah seperti biasa, mengantar anak-anaknya sekolah, pergi menemui beberapa klien-nya yang ingin dibuatkan baju pesta. Nona Lintjah terkenal akan kepiawaiannya membuat gaun yang anggun.

Setelah itu, ia pergi belanja keperluan pekerjaan dan kebutuhan rumahnya, menjemput anak-anaknya, mampir di kedai kopi sekedar untuk menjamu anak-anaknya dengan kemilan kesukaan mereka, dan kembalilah mereka ke rumah, lanjut dengan ritual sehari-hari.

Ketika malam tiba, sebelum tidur, Nona Lintjah masih melihat telepon genggamnya. Membuka sosmed, melihat si ini dan si itu, posting-posting gaun hasil karyanya, berharap banyak yang nge-like, untuk kemudian berlanjut mengontak dirinya untuk memesan gaun yang aduhai.

Tetapi, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Notifikasinya banyak sekali hari itu. Hampir semua foto yang ia pamerkan di sosial medianya, mendapat apresiasi jempol dan komen sticker dari pengguna yang sama: Tuan Sok-Iye. Nona Lintjah menarik nafas, melihat satu persatu foto mana yang disuka Tuan Sok-Iye. Alangkah herannya ia dengan kelakuan Tuan Sok-Iye yang mendadak sontak bagaikan penggemar fanatiknya.

Rasa penasarannya akan kejanggalan perilaku Tuan Sok-Iye di dunia maya, membuat Nona Lintjah membuka sosial media Tuan Sok-Iye. Padahal, selama ini, dia tidak begitu mempedulikan konten sosmed Tuan Sok-Iye.

Alangkah takjubnya Nona Lintjah dengan isi somed Tuan Sok-Iye: foto keluarga harmonis. Foto Tuan Sok-Iye merangkul mesra Nyonya Sok-Iye, kemudian foto Tuan Sok-Iye menggendong Iye Junior. Dan masih banyak foto tebar kemesraan lainnya, disertai dengan caption ala Tuan Sok-Iye: Love you, Bund ...

Waw ... diam-diam Nona Lintjah berdecak kagum sambil bertanya-tanya dalam hati: apa Nyonya Sok-Iye tahu kalau suaminya kasih "like" di setiap fotonya? Apa istrinya tahu kalau suaminya pagi-pagi buta nge-chat kepo perempuan lain?

Ah, pikirnya, mungkin Tuan Sok-Iye hanya mau bersikap ramah saja. Demikian  dia cepat-cepat menghilangkan pikiran aneh dan ke-GR-annya itu. Ia pun masih melihat ini dan itu melalui telepon yang adalah hiburannya sambil selonjoran.

Baru saja ia asyik menyimak berita kehebohan yang terjadi di kota sebelah, tiba-tiba, sebuah pesan teks masuk: Hai, Nona Lintjah, kok belum tidur? Melihat pesan itu, sontak mata Nona yang mantan Nyonya ini membelalak.

Ok, ini aneh. Sangat aneh. Begitu katanya dalam hati. Bisa-bisanya si Tuan Sok-Iye menanyakan dirinya belum tidur apa belum. Apa urusannya? Kenapa dia tidak mengobrol saja dengan istrinya, "love you-love you-nya?"

Sekalipun Nona Lintjah mantan Nyonya, dia cukup paham gelagat laki-laki "racun" macam Tuan Sok-Iye. Mungkin Tuan Sok-Iye pikir, dengan memamerkan kemesraan di dunia maya, pakai caption "love you-love you" cukup membuktikan bahwa ia seorang lelaki manis, baik, lagipula penyayang. Eyalaaaaah  ... manis, baik, penyayang tidak sama sebangun dengan setia, Ferguso!

Nona Lintjah menarik nafas, kemudian klik-klik. Selesai. Ia letakkan telepon kesayangannya, tersenyum, sambi memejamkan mata.

Apa yang Nona Lintjah lakukan? Ia cukup paham, menghadapi laki-laki macam si Sok-Iye ini, tidak usah banyak cakap. Tidak usah basa-basi. Tidak perlu ramah-tamah. Cukup dengan klik pilihan jitu masa kini: Unfriend kemudian Blocked. Habis perkara.

Nona Lintjah paham, si Sok-Iye sedang mencoba memberinya racun. Dipikirnya, perempuan yang mandiri pasti bakalan klepek-klepek dengan perhatiannya yang sok manis, gitu? Demikian Nona Lintjah berkata dalam hatinya.

Nona Lintjah tidak mau membuang waktunya dengan percuma hanya untuk menanggapi rayuan basi laki-laki beristri. Lagipula, Nyonya Sok-Iye, meskipun agak nge-sok, tetaplah seorang istri yang harus dihargai. Pastilah ia akan kecewa, bila tahu suaminya nge-chat remeh namun "apa-apaan" kepada perempuan lain. Karena, biasanya, dari yang remeh, berkembang yang aneh-aneh. Maka, jurus jitunya adalah: pikiran waras, integritas dan klik: Unfriend. Elo-Gue: End! 

Kehilangan satu teman di dunia maya macam Tuan Sok-Iye, bukanlah suatu kehilangan. Malah sebaliknya, suatu kebaikan. Setidaknya, kebaikan untuk ketenangan batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun