Mohon tunggu...
Irawaty Silalahi
Irawaty Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Cerita yang semoga menginspirasi mereka yang membaca.

Suka bercerita dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendampingi Orangtua "Nge-zoom"

10 Desember 2020   23:39 Diperbarui: 10 Desember 2020   23:42 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak virus corona dinyatakan sebagai pandemi pada awal Maret 2020, mendadak sontak kita beradaptasi dengan banyak hal, yang tidak semuanya baru, hanya saja baru kita lakukan demi menjaga diri dan memutus rantai penularan virus corona. 

Cuci tangan, tentu saja bukan hal baru, kan? Tapi, kita selama ini abai, menganggap perkara cuci-mencuci ini sesuatu yang sepele. Saat ini, dalam sehari entah berapa kali kita mencuci tangan, baik dengan sabun dan air, ataupun menggunakan handsanitser.

Menjaga jarak, hal yang baru kita alami. Dunia per-kongkow-an sejenak lesu, beralih ke dunia maya, panggilan video ramai-ramai, bikin foto dengan pencet print screen, terus girang semuanya. Lama kelamaan, garing juga. Kemudian mulai ada yang memberanikan diri, bertemu tatap muka lagi, nogki-nongki kembali.

Secara umum, yang percaya diri pergi hanya sekedar ngopi-ngopi adalah mereka yang masih dalam kelompok usia produktif.  

Mereka yang lanjut usia, biasanya dijaga ketat oleh sanak saudara. Dalam arti, tidak diperbolehkan keluar kalau tidak ada keperluan yang sangat mendesak. Orangtua lanjut usia, sangat rentan terpapar virus corona.

Kesepian dan kejenuhan kerap melanda orangtua lanjut usia. Jangankan masa pandemi, pada waktu situasi normal saja mereka kadang merasa kesepian ketika orang muda di sekitar mereka sibuk dengan dunianya. Kini, gerak mereka sangat terbatas. Keinginan berjumpa dengan kawan seumuran untuk saling bercerita harus ditunda entah sampai kapan.

Kesepian dan kejenuhan ini juga yang dirasakan ibu saya. Kegiatan arisannya vakum. Kegiatan ibadah pun dilakukan secara virtual. Tidak secara fisik. 

Apa boleh buat, lebih baik virtual daripada tidak sama sekali. Masalahnya, semakin bertambah usia, bukan perkara mudah untuk beradaptasi, apalagi untuk urusan menyangkut kemajuan teknologi.

Tahun ini kali pertama perayaan Natal diadakan secara online. Pengurus Usinda (Usia Indah), kelompok tumbuh bersama untuk oma-oma usia enam puluh tahun ke atas di gereja kami, berinisiatif untuk mengadakan perayaan Natal dengan diakhiri acara tukar kado. Saling memberi. Untuk menambah semarak acara yang digelar secara virtual.

Beberapa oma-oma didampingi anak atau cucu mereka, yang bertugas sebagai asisten, kalau-kalau diperlukan. Kejadian yang menggelitik saya adalah ketika ibu saya berkata, "Dek, ini kok Mama keliatan terus, mukanya? Orang lain enggak, lho!" katanya bingung karena yang kelihatan di layar hanya tiga partisipan saja. 

Setelah saya tunjukkan bahwa partisipan yang lain pun terlihat di layar, barulah ibu saya merasa "aman" karena, dia bukan yang satu-satunya terlihat. 

Karena, Ibu saya adalah pendatang baru dalam kelompok ini, ibu saya merasa canggung, apalagi ketika sesi berkenalan. Dapat dimengerti, rasanya memang beda, berinteraksi secara tatap muka dengan tatap layar. 

Setelah selesai berkenalan, kegiatan dimulai. Namun, kembali ibu saya colek-colek saya yang ada di sebelahnya, "Dek, ini kok pada ngeliatin Mama terus?"  meskipun merasa lucu, saya jelaskan kepada beliau: "Mereka semua lihat kamera, Mah, jadi keliatannya saling liat-liatan ..." kemudian barulah ibu saya tenang kembali mengikuti kegiatan sampai akhir.

Kebahagiaan tersendiri melihat keceriaan semua orangtua lanjut usia ini berinteraksi merayakan Natal dalam situasi yang baru sama sekali bagi mereka. Juga bagi kami, generasi yang lebih muda.

Dalam diri semua partisipan yang sepuh,  saya melihat mungkin begitulah kita semua yang lebih muda suatu hari nanti: beradaptasi dengan semua kemungkinan yang terjadi. 

Dengan mengingat semakin bertambah usia, mungkin semakin sulit untuk menyesuaikan diri. Semogalah nanti orang-orang muda di sekeliling kita diberi kesabaran dan kebijaksanaan untuk mendampingi hari-hari senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun