Sejak bulan Maret 2020, kehidupan kita semua berubah karena virus Covid-19 yang kian merajalela. Beragam reaksi muncul kemudian.Â
Awalnya, mungkin beberapa menjadi panik, sebagian santuy, yang lain waspada berjaga-jaga dengan menggunakan akal sehat dan logika, sementara yang lain mengambil sikap 'so what gitu, lho,' karena, kasus yang terjadi seolah jauh di sana, di pemberitaan TV, maupun berita yang seliweran di hape. Bukan di depan mata.Â
Tidak terjadi dalam keluarga dekat. Meskipun lambat laun, corona makin menggila, seolah mendekati kita. Satu per satu nama yang kita kenal terjangkit virus C19.
Kegiatan belajar tatap muka terhenti. Semua anak harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru. Tatap muka hanya melalui layar gadget masing-masing. Kalau kemampuan finansial orang tua mumpuni, tidak masalah, tapi kalau tidak, lain cerita.Â
Orangtua pun beradaptasi, mendampingi anak mereka belajar. Ada yang menikmati, ada yang setengah mati membagi perannya sebagai pekerja, orangtua, dan pendidik bagi anaknya.Â
Sebagian ibu-ibu yang terbiasa memiliki waktu 'bebas' tanpa anak, ketika anak-anak mereka ada di sekolah, kini harus tahan banting melihat segala tingkah polah anak mereka dalam belajar, yang mungkin sehari dua hari terasa lucu, di kemudian hari begitu menguji kesabaran. Di semua kelompok umur anak, selalu ada kelucuan dan ujian tersendiri buat orangtuanya.
Kegiatan ibu-ibu arisan mendadak terhenti juga. Segala remeh-temeh, sepak-sepik kini sunyi. Hanya riuh di lapak grup whattsapp, dalam bentuk percakapan tertulis maupun panggilan video berkala.
Kegiatan kongkow-kongkow, di kafe-kafe kekinian meredup, begitu pula dengan pentas ini dan itu, belum lagi ajang perlombaan olahraga maupun keriaan lainnya.Â
Hampir semua batal, meskipun beberapa langsung memiliki caranya sendiri, dengan segenap kreatifitas, mengubah kegiatannya menjadi online. Suka tidak suka. Apa boleh buat. Meskipun pasti beda rasanya.
Dan masih banyak perubahan yang terjadi karena virus Covid-19, bukan hanya perubahan dalam kegiatan sehari-hari, banyak pula yang kehilangan pekerjaan karenanya. Mengubah drastis kehidupan seseorang.
Tapi kemudian, lama kelamaan, orang mulai jenuh. Sebagian memberanikan diri sekongkow-dua kongkow, bahkan plesiran demi keseimbangan pikiran.Â