Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Monolog Ramadan #1: Waktu Bersahabat Makna

1 April 2023   10:06 Diperbarui: 1 April 2023   10:15 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri monolog Ramadan #1

Monolog Ramadan #1 : Waktu Bersahabat Makna

Jaman serasa bergerak cepat.
24 jam sehari. 60 menit sejam. 60 detik semenit. Sama. Baku. Tapi kenapa jadi cepat?

12 bulan setahun. Bulan demi bulan. Bertemu kembali dalam putaran setahun sekali. Umurpun bertambah. Jaman berubah.

Masih ingat Ramadan lalu. Lebaran setahun lalu. Jika sama, belum ada makna perubahan. Karena dinamika itu bukan tetap. Karena kualitas itu harus meningkat. Jadi lebih baik itu harus.

Makna Ramadan. Apa ada maknanya? Tiap orang temukan beda. Karena kadar iman tingkatnya beda. Karena waktu bersahabat makna. Dan makna bersahabat peduli. Peduli bersahabat komitmen. Ada usaha, ada yang lebih kuasa. Ada juang, ada yang menentukan.

Rencana milik manusia. Apa terwujud? Bisa iya, bisa tidak. Bisa berganti arah. Bisa tetap, bisa berubah. Dievaluasi sudah benar, kenapa tak berubah. Kenapa.

Itu makna ramadan. Jika mau menalar. Tapi jika tak peduli, langit bumi punya ceritanya sendiri. Takdir terus berjalan. Terus melangkah. Sekalipun kamu demo. Tak terima. Itu urusanmu sendiri.

Waktu bersahabat makna. Tiap waktu punya pesan makna. Sejenak renungkan, jika ingin temukan permata. Tapi jika dianggap tak penting, waktu juga anggap kamu tak penting. Waktu tak akan bersahabat dengan mereka yang jatuh dilobang yang sama. Punya otak untuk berpikir, kenapa tidak berhikmah?

Berhikmah, bisa pada apa saja. Sesekali lihatlah keluar. Orang orang yang mengeluh. Para ahli sambat. Mereka yang isi hidupnya menyesal dan putus asa. Kenapa mereka.

Merekalah orang orang yang tak pandai bersyukur. Lalai gunakan waktu. Lupa memaknai waktu. Hidupnya berisi, andai dulu begini. Dulu begitu. Tapi kenapa dulu tak berhikmah? Tak sempatkah sejenak tafakur. Sibuk apakah dulu? Apa sibukmu model dulu, yang membuahkan sesal itu, diulang lagi sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun