Mohon tunggu...
Ira Pranoto
Ira Pranoto Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menebar kebaikan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Rakyat | Teluk Awur

17 Mei 2021   10:16 Diperbarui: 17 Mei 2021   10:35 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Part 1. Kecantikan yang Melenakan 

Surya belum memamerkan sinarnya, kokok ayam jantan menghias subuh. Syekh Abdul Aziz yang sudah bangun tiga jam sebelumnya bersiap menunaikan kewajiban pada Tuhan. Menuju langgar yang sekira lima puluh langkah dari kediamannya Istrinya yang berjuluk Rara Kuning juga sudah bersiap mengikuti sang imam.

Syekh Abdul Aziz yang berpembawaan tenang dan berwajah simpatik itu memiliki kharisma di mata masyarakat. Bagaimana tidak? Lelaki tersebut adalah murid Sunan Muria yang mendapat kepercayaan dari gurunya untuk membimbing masyarakat kepada kebaikan. Mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi manusia berperilaku santun, berkarakter mulia, tunduk pada aturan ilahi. Sementara belahan jiwa sang syekh yang berparas jelita, juga menjadi pelita bagi para wanita yang tinggal di desa tersebut. Membimbing bagaimana seharusnya seorang perempuan berperilaku.

Akan tetapi, yang namanya manusia tentu tak ada yang sempurna. Mau dia berkedudukan sebagai raja, jenderal atau kyai, tentu memiliki kekurangan. Betul tidak? Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, Pencipta dan Pemilik alam semesta. Begitu pun dengan Syekh Abdul Aziz, lelaki berperawakan tinggi sedang itu amat sangat mengagumi kecantikan Rara Kuning.

Mengagumi kecantikan istri bukanlah suatu aib. Amat sangat mencintai istri juga bukan suatu dosa. Namun, kecintaan dan kekaguman Syekh Abdul Aziz pada Rara Kuning kerap mengganggu saat dia bekerja.

Hari itu, Syekh Abdul Aziz akan menanam ketela pohon di ladang. Bagian tengah ladang ditanami kacang tanah, sisi kanan ladang ada beberapa gerombol pohon pisang. Ketela pohon akan ditanam di sisa lahan sebelah kanan.
Saat baru setengah lahan yang dicangkul, Syekh Abdul Aziz teringat sang istri. Hatinya berdebar, ada dorongan kuat di hati untuk bertemu dengan belahan jiwa. Tak kuat menahan rasa, Syekh Abdul Aziz pun pulang.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam warohmatullah. Loh, Kangmas kenapa sudah pulang?" Rara Kuning yang sedang memasak keheranan.

"Aku kangen sama kamu, Diajeng."

"Ah, Kangmas, selalu nggombalin."

"La memangnya kenapa? Nggak suka ya aku kangenin?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun