Mohon tunggu...
Ira Pranoto
Ira Pranoto Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menebar kebaikan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kejutan di Hari Raya

24 Mei 2020   05:42 Diperbarui: 24 Mei 2020   05:39 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illa Allah, wa Allahu akbar. Allahu akbar, wa lillahi alhamd.

Takbir bersahutan sejak semalam, orang-orang bersuka hati menyambut hari kemenangan. Setelah sebulan penuh mereka berpuasa menahan lapar, dahaga juga nafsu.

Pagi ini orang-orang terlihat berbondong-bondong menuju ke tanah lapang, hendak melaksanakan salat Idul Fitri. Anak-anak dengan pakaian bersih dan bagus, terlihat bahagia. Berceloteh dan tertawa, menceritakan apa yang mereka miliki untuk menyambut hari raya.

Di sini, aku sendiri. Hanya bisa menyaksikan keceriaan mereka. Kupandang diriku, pakaian lusuh dengan beberapa tambalan serta sepatu usang, satu-satunya yang kupunya. Duduk meringkuk di sini, tangisku pun pecah. Tak kuasa membendung rasa sedih yang mendera hati.

"Nak, mengapa engkau menangis?" Seseorang mengelus kepalaku.

"Kenapa kamu tidak main bersama teman-temanmu?"

"Paman, dulu ayahku ikut berperang bersama Rasulullah shalallahu alaihi wa salam. Lantas dia meninggal." Masih dengan menutup wajah aku menjawab.

Tanpa berkata, paman yang bertanya itu menggenggam tanganku.

"Ibuku menikah lagi dan menghabiskan harta peninggalan ayah. Lantas suami ibu mengusir aku. Sekarang aku sendirian dan tak memiliki apa-apa. Di sana teman-teman bersenang-senang dengan orangtuanya. Aku menangis karena ingat dengan ayah."

"Nak, apakah kamu mau bila aku menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai paman, Hasan dan Husein sebagai saudara, dan Fatimah sebagai saudarimu?" tanya paman itu lagi.

Aku terkejut mendengar tawaran itu, benarkah yang berbicara padaku adalah Kanjeng Nabi Muhammad? Aku mendongak, mengusap air mata yang mengaburkan pandanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun