Mohon tunggu...
Iranti Mantasari
Iranti Mantasari Mohon Tunggu... -

A muslimah, book lover, media observer, political Islam enthusiast, learner, and someone who wish to enlighten the world through her writings.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sesat Langkah Pembakaran Ar-Rayah

27 Oktober 2018   20:27 Diperbarui: 27 Oktober 2018   21:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia dikenal sebagai negerinya para santri. Hal ini tentu menjadi hal yang wajar, mengingat terdapat banyak sekali pondok pesantren ataupun madrasah yang sejak dahulu para santri atau pelajarnya telah turut serta berjuang membebaskan negeri ini dari rongrongan penjajah dengan semangat pekikan takbir. Hingga saat inipun, para santri ini memberikan andil dalam mewarnai ranah pendidikan Islam di Indonesia.

Santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai orang yang mendalami agama Islam, meskipun banyak juga elemen masyarakat yang mendalami Islam tanpa menjadi bagian dari pondok atau institusi tertentu. Mereka yang nyantri ini tentu tidak jauh dari Bahasa Arab, bahkan ada pesantren yang mewajibkan santrinya berkomunikasi setiap hari menggunakan Bahasa Arab.

Bahasa Arab, yang juga merupakan Bahasa Al-Qur'an adalah sebuah harta yang berharga tak hanya bagi para santri, namun juga bagi seluruh umat Islam di belahan bumi manapun mereka berpijak. Dengan Bahasa Arab inilah, umat mampu memahami berbagai Sunnah serta ajaran yang sudah dijelaskan oleh baginda Rasulullah shallalahu 'alayhi wa sallam kepada para sahabat dahulu. Oleh karenanyalah, siapapun yang mendalami Islam, sudah sepatutnya pula mereka memahami bahwa umat Muhammad ini telah diwariskan sebuah pusaka yang dikenal sebagai panji atau bendera Ar Rayah.

Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Thabrani,

 - - : 

Yang artinya, "Panji (rayah) Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam berwarna hitam dan benderanya (liwa') berwarna putih".

Melihat posisi yang dimiliki panji hitam (ar rayah) dan bendera putih (al liwa') Rasulullah ini, maka apa yang terjadi di Garut, Jawa Barat pada hari Ahad, 21 Oktober 2018 dalam peringatan Hari Santri Nasional, sangat menyayat hati. Pasalnya, oknum berseragam khas Barisan Ansor Serbaguna atau dikenal dengan Banser ini telah secara nyata membakar ar Rayah. Mereka mengaku bahwa pembakaran ar Rayah ini karena mereka melihatnya sebagai bendera dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). (CNN Indonesia, 22/10/18)

Yaqut Cholil Qoumas, selaku ketua umum GP Ansor, organisasi pemuda yang menaungi Banser mengklaim bahwa kadernya melakukan pembakaran ar Rayah tersebut guna melindungi kalimat tauhid dari HTI, bukan untuk membakar kalimat tauhidnya. (DetikNews, 22/10/18) Bagaimanapun klarifikasi yang diberikan, tetap saja menjanggal di hati siapapun yang berharap kalimat tauhid ini sebagai kalimat yang terucap saat menghadap Allah nanti.

Lagipula, pernyataan yang mengatakan bahwa ar Rayah merupakan bendera HTI, sebuah organisasi yang dilarang di Indonesia adalah argumen yang dangkal dan tak berdasar. Pasalnya, Kementrian Dalam Negeripun menjelaskan bahwa bendera hitam atau ar Rayah yang sering digunakan oleh masyarakat bukanlah bendera HTI, karena bendera HTI memiliki tulisan Hizbut Tahrir Indonesia di bawah lafadz Laa ilaa ha illallah. Selain itu, pencabutan Badan Hukum Perkumpulan (BHP) HTI pada Juli 2017, secara legal tidak membuat organisasi ini dilarang, seperti dilarangnya PKI di tanah Indonesia. Atas dasar tersebut, bendera hitam ini jelas diperbolehkan untuk digunakan oleh masyarakat.

Apa yang dilakukan oleh oknum Banser ini tentu saja mengoyak hati kaum Muslimin yang tak sedikit pula menganggapnya sebagai bentuk penghinaan agama. Kecaman demi kecaman mulai bergulir dari mereka yang bangkit ghirah keislamannya mengutuk pembakaran ar Rayah ini, baik dari pimpinan berbagai pondok pesantren dan majelis hingga ormas Islam.

Mereka yang mengecam tersebut bukanlah pihak HTI seperti yang dipermasalahkan oleh Banser. Dari sini publik bisa menyaksikan bahwa tragedi ini telah secara gamblang mematahkan klaim bahwa ar Rayah adalah bendera HTI. Ar Rayah bukanlah bendera HTI, ia adalah bendera yang memersatukan kaum Muslimin tak peduli berlatarbelakang apa. Adapun HTI, mereka hanya menjadi pengingat umat bahwa umat memiliki bendera pemersatu yang tak mengenal sekat bahasa hingga teritori.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun