Terkadang , peran seorang Tourist Guide itu seperti memandu perjalanan menembus lorong waktu dengan cara yg menyenangkan.....
Perempuan di sebelah saya adalah Tya, Tourist Guide lokal di Museum Ullen Sentalu , Jogja. Ini adlh museum super kereen yang terletak di Kaliurang dan dikelola oleh swasta dan mendapat penghargaan sbg salah satu museum terbaik di Indonesia. Koleksi Museum Ullen Sentalu seputar peninggalan kerajaan raja raja Jawa zaman Mataram, Surakarta hingga para keturunannya di Kraton Jogja dan Kraton Solo.
Yang menarik, saat berkunjung ke Museum ini harus di dampingi Pemandu (Tourist Guide) dan selama Tur pengunjung dilarang mengambil gambar dan foto.
.
Dalam Tur selama 1 jam, Tya memandu rombongan dengan sangat mengesankan. Ia bercerita detail banyak hal tentang koleksi koleksi di Museum. Sambil menunjukkan beragam koleksi barang barang kuno di Museum, Tya juga banyak bercerita seputar kehidupan raja raja di Jawa dari zaman Mataram, hingga saat ini, yg sangat kental menganut nilai nilai Islam tapi tetap mempertahankan tradisi Jawa.
Sepanjang tur, saya seakan diajak utk menelusuri lorong waktu, menguak pelajaran dan nilai nilai kehidupan masa lalu tetapi masih relevan hingga saat ini. Ada cerita menarik ttg putri putri Kraton yg harus bisa menari sejak dini karena tarian adalah ekspresi keindahan dan bentuk apresiasi kpd Dewa/Tuhan dan Raja. Dan seorang Raja Jawa juga harus bisa menjadi Kreator dan menciptakan setidaknya satu jenis tarian. Raja yang paling produktif menciptakan tarian selama bertahta adalah Sultan Hamengku Buwono IX yang menciptakan 9 jenis tarian yang hingga kini masih rutin ditampilkan di acara acara resmi Kraton. Hebat! Ada juga kisah Gusti Nurul, perempuan Kraton yg kisah hidupnya sangat inspiratif dengan prinsip nilai yg dianutnya. Ia pernah menolak lamaran Soekarno karena tidak sudi di poligami. Sedari muda, Nurul juga termasuk berani mendobrak pakem stereotype seorang putri kraton. Ia jago berenang dan berkuda, sesuatu hal yang sangat jarang dilakukan seorang putri saat itu. Tapi ia juga jago menari dan bahkan diundang ke Belanda utk menari di Istana saat ulang tahun Ratu Juliana. Nurul juga menolak untuk dijodohkan dan menikahi lelaki pilihannya seorang tentara KNIL yang lalu menjadi anggota TNI. Sungguh banyak sekali inspirasi dan pelajaran yang saya peroleh dari kisah kisah hidup yang diceritakan Tya sepanjang Tur di museum ini.
Setelah tur selesai, saya sempat bertanya kepada Tya, kenapa di Museum tersebut pengunjung tak boleh berfoto2 selama Tur? Bukannya di zaman sosmed ini, foto foto yang diunggah ke sosmed dari peserta akan membantu promosi museum ini? Ternyata jawaban Tya sungguh mengena. "Museum ini melarang pengunjung berfoto2 selama Tur supaya pengunjung fokus kepada cerita dari pemandunya. Karena kami ingin pengunjung datang kesini bukan sekedar utk foto foto, tapi juga mendapat pengalaman berbeda dengan mendapatkan banyak cerita dan mendapat pelajaran berharga dari Museum ini".......
wah benar juga, seberapa sering kita berkunjung ke suatu tempat baru hanya untuk kebutuhan foto2 dan eksis di sosmed tanpa menyerap inspirasi dan pelajaran berharga dari tmp yg dikunjungi?
Bagi saya yang juga bekerja sebagai seorang Tourist Guide, kunjungan ke Museum kali ini terasa sungguh berbeda. Kunjungan tur di Museum Ullen Sentalu tentu tidak akan meninggalkan kesan kuat jika tidak didampingi seorang Tourist Guide seperti Tya yg sepenuh hati memandu perjalanan kami menelusuri lorong waktu.
Saya sengaja tidak memposting foto2 keindahan Museum Ullen Sentalu, supaya Anda kunjungi dan rasakan sendiri pengalaman yg mengesankan di Museum Ullen Sentalu
NB : Kalo Anda ingin pengalaman yg berbeda dan mengesankan utk berwisata di Jakarta dan sekitarnya dg didampingi Tourist Guide spesial, tau kan mesti hubungin siapa...hehehehe...ujungnya numpang iklan
#27yearsWriterJourney #17yearsTouristGuideJourney