Mohon tunggu...
Irah Fazaliya
Irah Fazaliya Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jalan- jalan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nasib Seorang Kakek

12 Desember 2022   09:29 Diperbarui: 12 Desember 2022   10:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Nasib Seorang Kakek

Oleh: Irah / Pendidik SMPN 4 Maja, Majalengka

Kendaraanku di pacu dengan cepat menuju supermarket. Aku ingat ada beberapa kebutuhan yang belum aku beli. Setelah memarkirkan kendaraanku, aku langsung menuju ke dalam supermarket, dan segera membeli kebutuhan untuk di rumah dan langsung membayarnya ke kasir.

Kutempatkan belajaanku, dan langsung aku meluncur memacu kendaraan. Di perjalanan pulang, aku merasakan begitu haus, segera ku masuk ke tempat kelapa muda, tentunya pasti  seger, siang-siang minum kelapa muda.

Pandanganku tertuju pada seorang kakek tua, berjalan terhuyung-huyung.  Oleh pemilik warung kakek tersebut diberi minum. Setelah kelihatan agak seger, kami pun menanyakan tentang kakek tersebut. Ku lihat kulitnya sudah mulai keriput, dan sepertinya dia memaksakan diri untuk bepergian. Ternyata benar ia katanya habis berkunjung ke anaknya, yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya beda kecamatan. Aku begitu tersentuh sekali, rasanya aku malah ingat kepada orang tua. Sedih sekali aku melihat dan mendengar ceritanya. Dia pergi hanya berjalan kaki beralaskan sandal capit, karena dia tidak punya uang  sama sekali.  Dan anak yang dikunjunginya juga tidak punya uang, dan membiarkan si bapak tua berjalan kaki untuk pulang.

"Kakek sekarang pulang ke kampung naik angkot ?' tanyaku

" Ga, mau jalan kaki saja, kakek tidak punya, ini juga habis dari anak kakek tapi mereka juga tidak punya uang" katanya sambil menunduk.

" Maaf kakek ikut beristirahat dulu di sini, nanti kalau sudah capenya kakek mau jalan lagi" katanya .

" Kakek sudah jangan jalan kaki, nanti saya anter sampai depan " kataku pada si kakek

" Terima kasih bu" kata kakek

 Setelah hauasku hilang dan membayarnya . Aku mempersilakan Si kakek naik ke kendaraanku . Aku pikir,  kalau dia naek angkot malah kasian naik tuturnya karena aku lihat dia sudah rempo sekali. Dan aku kasian sekali padanya. Akhirnya aku anterin, dia bilang rumahnya dekat alun di kampungnya ternyata sudah melewati malah dia bilang menyuruh aku belok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun