Mohon tunggu...
Iraarta Krismonika
Iraarta Krismonika Mohon Tunggu... -

Tax 16 BDK Pontianak

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Globalisasi Ubah Gaya Hidup Lewat Starbucks Coffee

16 September 2016   13:34 Diperbarui: 16 September 2016   16:22 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puluhan orang di Starbucks Malang

STARBUCKS, salah satu korporasi penjualan kopi ternama yang sudah tak asing lagi di benak masyarakat. Gerai kopi milik perusahaan Amerika Serikat ini, kini telah lebih dibanjiri kalangan remaja khususnya Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa berkembang pesatnya Starbucks Coffee di seluruh dunia dimotori oleh sebuah fenomena yang dikenal sebagai globalisasi.

Proses mendunia ini, telah banyak mempengaruhi tatanan hidup masyarakat. Starbucks dikatakan sebagai usaha yang lifestyle branding dimana adanya Starbucks, membeli dan meminum kopi menjadi sebuah pengalaman yang berharga untuk dilakukan. Warung kopi (warkop) khas Indonesia kini telah tersaingi dengan usaha branded itu. Para remaja tak cuma-cuma membeli kopi tersebut meskipun harganya relatif mahal. Hidup konsumtif mereka lakukan demi kelihatan trend di Era Tahun 2016 ini.

Jika kita memasuki salah satu gerai Starbucks di Indonesia, terlihat kumpulan remaja dengan kegiatan yang sangatlah beragam. Sebagian dari mereka mengerjakan tugas atau pekerjaannya di   balik layar  laptop sambil menikmati segelas minuman kopi atau teh Starbucks.  Beberapa lainnya memilih untuk menggunakan sebagai tempat  hang-out  atau sekadar membaca. Penyajian minuman kopi ini nampak elegan pada gelasnya membuat para remaja tak lupa memposting foto agar terlihat lebih “kekinian”. Satu sama lain tak mau kalah, mereka rela menghamburkan uang mereka demi terlihat “kekinian” di Era Globalisasi ini.

Kopi telah menjadi life style tersendiri. Konsumen yang terus berdatangan membuat Starbucks tetap langgeng dan kokoh. Budaya meminum dan menikmati kopi telah menjadi sebuah gaya hidup “kekinian” sebagai pengaruh dari global corporateidentity.

Kebiasaan konsumtif ini juga telah menjalar ke anak-anak di bawah umur dengan meniru gaya hidup orang tua maupun kakaknya. Anak-anak tidak perduli dengan harga yang relatif mahal itu. “Ketika di mall, anak saya yang masih Sekolah Dasar selalu mencari Starbucks walaupun sekadar untuk meminum teh. Ini sungguh memprihatinkan dan membuat anak bertingkah laku boros dalam kedepannya”, tutur salah seorang dosen. Terlihat bahwa sebenarnya menu dalam Starbacks tidak sesuai dengan asupan masyarakat namun kelekatan manusia khususnya remaja dengan Starbucks nyatanya mengubah hal tersebut menjadi suatu kebiasaan.

Pelayanan yang diberikan oleh Starbucks sendiri juga merubah bagaimana cara kita memesan dengan penggunaan bahasa yang berbeda dan permintaan-permintaan khusus. Selain itu, Starbucks juga merubah adat kebiasaan orang-orang bertemu. Kini, mereka lebih memilih gerai Starbucks yang lebih santai untuk berkumpul daripada rumah yang mana hal itu membuat adab dan perilaku manusia bertamu luntur.

Dengan demikian, Starbucks dapat dikatakan sebagai salah satu fenomena globalisasi dalam aspek sosial budaya. Dalam kasus ini berupa pergeseran nilai-nilai dan gaya hidup manusia, khususnya remaja. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda seharusnya tetap melestarikan budaya kita agar tidak tersaingi oleh budaya asing dan tetap berpedoman pada pancasila agar nilai-nilai pancasila tidaklah luntur. Hidup konsumtif tentunya sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ada. Hiduplah yang sewajarnya dan tetap menjujung tinggi nilai-nilai pancasila dengan menghargai dan melestarikan adat dan budaya kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun