Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tahun 2023: Waspadai si Kambing Hitam

6 Januari 2023   14:57 Diperbarui: 6 Januari 2023   15:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak bisa dipungkiri oleh kita semua bahwa Pilkada Jakarta merupakan momentum bagi beberapa pihak untuk mengaktualisasi ide dan dirinya kepada masyarakat luas, termasuk faham yang tidak cocok dengan Indonesia. Cara-cara seperti itu sudah seharusnya dihentikan demi persatuan bangsa dan ketenangan masyarakat luas. Karena sejatinya dia ditunggangi oleh ide lain alias dikambinghitamkan.

Kenapa bisa begitu  ?

Mungkin kita ingat beberapa gerakan massa dengan label gerakan 411, 212 atau 313 yang sangat diminati masyarakat luas. Gerakan 212 atau sering disebut aksi 212 atau Aksi Bela Islam III adalah aksi yang menuntut Gubenur DKI Jakarta non aktif  waktu itu yaitu Ahok yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Aksi ini diklaim sebagai terbesar dalam sejarah karena ada sekitar dua juta jiwa melakukan aksi.

Sedangkan gerakan 313 adalah.  Aksi yang diinisiasi Forum Umat Islam (FUI) melakukan longmarch dari Masjid Istiqlal menuju Istana Merdeka dengan tujuan agar Presiden Joko Widodo memberhentikan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dari jabatan Gubernur karena kasus al Maida.

Dari dua contoh aksi di atas, nyata bahwa sebagian besar aksi-aksi itu memakai isu agama untuk mencari jalan meraih atau mengubah kekuasaan. Bahkan beberapa pihak yang menjadi militant dengan faham ini memberi opsi bahwa Pancasila tidak cocok dengan Indonesia, terbukti dengan berbagai persoalan yang tidak kunjung selesai. Dengan berani mereka menunjuk bahwa syaiaat Islamlah yang cocok untuk menjadi solusi berbagai persoalan di negeri ini.

Nah setelah pesta / kontestasi selesai, dan tokoh yang langsung terlibat dengan kontestasi itu kalah, dia menarik diri dari aksi-aksi yang mengarah ke radikal ini. Namun gerakan massaini tidak berubah dan beberapa pihak justru memelihara semangat populisme ini dengan cara seakan menjadi oposan sejati. Namun sejatinya pihak-pihak ini juga tak segan melanggar hukum untuk kepentingan mereka.

Gerakan massa seperti ini sesungguhnya tak ada artinya karena hanya menjadi kuda tunggangan beberapa pihak yang menginginkan kekuasaan, dan tak lebih dari itu. Meski gerakan ini tidak langsung berhubungan dengan terorisme, namun hal ini bukan hal yang tidak mungkin terjadi.

Karena itu, akan lebih baik jika kita mengakhiri upaya-upaya penunggangan ini demi kepentingan baik untuk semua pihak. Perpecahan dan kebencian apalagi melibatkan agama demi kekuasaan sesaat hanya membawa kemudaratan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun