Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Moderat dan Masa Depan Bangsa

10 Juli 2019   20:40 Diperbarui: 10 Juli 2019   20:44 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat Nelson Mandela ? Mantan Presiden sekaligus pejuang Afrika Selatan yang mendapat Nobel atas perjuangan yang luar biasa untuk melawan apartheid yang pernah memerintah negaranya selama berpuluh tahun. Apartheid adalah praktek diskriminatif masyarakat kulit putih terhadap kulit hitam. Dalam sejarahnya dia malah pernah dipenjara selama 27 tahun ketika pemerintahan apartheid sedang berkuasa.

Saat itu penduduk Afsel sangat menderita bukan saja karena kemiskinan tapi diskriminasi, perlakuan pemerintah atas mereka dan pendidikan yang tidak bisa mereka enyam dengan baik.  Ironisnya Afsel dipandang dunia sebagai negara dengan pemandangan alam eksotik dan kekayaan emasnya yang sangat terkenal. Sayangnya itu tidak membuat masyarakat asli Afsel dalam hal ini kulit hitam menjadi lebih sejahtera, malah miskin dan dimiskinkan.

Setelah Nelson Mandela bebas dan dia berbuat hal mencengangkan yaitu memaafkan pemerintah yang menahan dan menyiksanya. Dia mengadakan rekonsiliasi nasional yang mempertemukan antara orang-orang kulit putih (yang kebanyakan adalah orang kaya dan kaum pemerintahan) dengan orang-orang kulit hitam yang kebanyakan adalah budak atau pembantu kulit putih itu.

Pertemuan itu dimaksudkan untuk menghilangkan dendam yang bisa saja masih terpatri di benak banyak kulit hitam atas perlakukan atau penyiksaan yang dilakukan oleh kulit putih. Ini kemudian disebut rekonsiliasi nasional Afsel. Sarana untuk menghilangkan dendam yang terpatri selama puluhan tahun. 

Mandela meyakini bahwa hanya dengan rekonsiliasi bangsa, rakyat akan melangkah menatap masa depan dengan sikap yang jauh lebih ringan dibanding dengan menghadapi masa depan dengan dendam di dada yang beum selesi.

Bagi bangsa Afsel sendiri, hal itu tak mudah. Butuh kerelaan dan kebesaran hati untuk menerima hal yang berbeda bahkan berbaikan dengan pihak yang memusuhi. Beberapa negara juga meniru langkah ini atas beberapa persoalan yang mereka hadapi (semisal memaafkan kebijakan tertentu atau satu peristiwa besar di masa lalu).

Mereka juga mengakui bahwa itu adalah langkah atau sikap yang tak mudah, tapi bisa dilakukan. Pada masyarkat Afsel sendiri tampaknya langkah ini tepat dan kini Afsel bisa tumbuh dan berkembang sebanga negara dan bangsa tanpa ada bayang-bayang dendam dan nuansa kebencian.

Itu tak lepas dari sikap moderat dan bijaksana dari seorang Nelson Mandela. Moderat adalah kcenderungan untuk berfikir jalan tengah. Sikap moderat nyaris tidak pernah bersikap ekstrem / keras, terlalu kiri atau terlalu kanan.

Sikap seperti ini biasanya solutif dan bisa diterima banyak pihak. Berbeda halnya dengan radikal atau ekstrem yang punya sifat fanatik atau keras dalam berfikir atau berkehendak. Sehingga bisa dikatakan bahwa moderat adalah antonym dari radikal.

Berkaca dari ilustrasi soal Nelson Mandela, mungkin kita bisa berfikir ulang soal fundamentalis dan fanatisme yang dimiliki oleh sebagian warga Indonesia.

Saat ini kita melihat beberapa dari kita punya sikap keras terhadap agama dan pandangan politik. Pdahal dalam beberapa kejadian, pandangan politik itu sudah seharusnya diubah agar kita bisa menselaraskan kondisi kita dengan masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun