Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Tua, Penanggung Jawab Pendidikan Karakter

3 Mei 2019   17:43 Diperbarui: 3 Mei 2019   17:57 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak macam pendidikan yang ingin dicapai manusia. Di akhir abad 18,  tumbuh istilah baru yaitu pendidikan karakter. Bila dilihat istilahnya, pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuannya membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik.

Di Indonesia, pendidikan bekarakter ini bukan hal baru. Salah satu tokoh  pendidikan berkarakter itu adalah Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang hari lahirnya 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan itu. Terkait tujuan pendidikan karakter di atas, maka KHD sudah lama menerapkannya dengan
membuat semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya. Bahkan hingga kini semboyan itu sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia.

Secara utuh semboyan dalam bahasa Jawa itu berbunyi demikian: "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Artinya ;di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Dalam pendidikan karakter, semboyan ini sangatlah tepat untuk diingat kembali. Tidak saja oleh lembaga pendidikan namun lebih tepat oleh para orang tua yang melaksanakan pendidikan utama bagi anak-anaknya di rumah.

Begitu sangat pentingnya, Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa pemerintahnya melakukan revolusi karakter bangsa. Lewat Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan hal itu dilaksanakan dengan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sejak 2016. Pendidikan karakter di jenjang
pendidikan dasar mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. Untuk sekolah dasar sebesar 70 persen, sedangkan untuk sekolah menengah pertama sebesar 60 persen.

Terkait semboyan KHD di atas, ada lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan. Masing- masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri tetapi saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis, dan membentuk keutuhan pribadi.

Sebagai orang tua yang ingin berhasil menerapkan semboyan KHD di dalam pendidikan karakter haruslah memahami nilai karakter utama ini. Pada nilai  religius orang tua harus menunjukkan sikap toleransi, antiperundungan, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. Pada nilai
nasionalis bisa dengan mengapresiasi budaya bangsa, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Pada nilai integritas ditunjukkan dengan sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial. Pada nilai mandiri orang tua harus mencontohkan pada anak-anaknya bagaimana menjadi mandiri, memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, dan kreatif. Sementara nilai gotong royong harus dicontohkan bagaimana bekerja sama, inklusif, tolong menolong, memiliki empati dan kerelawanan.

Sikap-sikap di atas bukanlah tugas lembaga pendidikan semata. Dalam tiga pusat pendidikan, sekolah hanyalah salah satu pilar yang melakukan pendidikan karakter itu. Dua pusat pendidikan yang lain disebuatkan keluarga (orang tua), dan komunitas (masyarakat). Dua pusat pendidikan inilah yang paling mempengaruhi sebab orang tuaadalah lingkungan yang paling dekat, sementara masyarakat punya daya dorong yang kuat untuk membentuk sikap seseorang.

Sebagai orang tua, tugas ini tidaklah terlalu berat. Semboyan yang dibuat KHD bisa dipakai para orang tua untuk memosisikan diri sebagai apa pada anak- anaknya. Seperti yang dipolakan KHD, di depan orang tua itu memberikan contoh atau teladan, di tengah orang tua jangan pernah putus memberi semangat kepada anak-anaknya agar tidak putus asa, di belakang orang tua menjadi pihak pertama kali yang terus mendorong anak-anaknya menggapai cita-citanya.

Formula ini memang ideal, namun di peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2019, para orang tua bisa memanfaatkan momen itu untuk mengingatkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter yang dicanangkan pemerintah sejak 2016 itu janganlah lupa untuk ditunaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun