Mohon tunggu...
Shofatus Shodiqoh
Shofatus Shodiqoh Mohon Tunggu... Penulis - I'm a mommy with 4 childern, interest to read, write, food, n travelling

Hidup untuk beribadah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Pandemi, Tantangan untuk Berkreasi

23 Juli 2020   15:26 Diperbarui: 23 Juli 2020   15:27 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di masa pandemi ini, masyarakat tak banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Meskipun sudah diberlakukan new normal (tatanan normal baru), aktivitas belum pulih 100 persen. Contohnya, belum diaktifkannya sekolah sebagai tempat belajar tatap muka. Pasar pun masih belum ramai seperti sebelum pandemi. Karena sekarang serba online. Bagi ibu-ibu, banyak yang memilih untuk membeli bahan-bahan dapur secara online, atau menunggu pedagang sayur keliling komplek rumahnya.

Apalagi jumlah penderita Covid di Indonesia yang sudah dirilis sampai 22 Juli 2020 mencapai 91.751 pasien positif, 50.255 orang sembuh, dan yang meninggal sebanyak 4.459 jiwa. Ironis memang, melihat angka kematian korban yang terpapar virus Corona di Indonesia ini meningkat drastis sejak adanya pandemi akhir Maret 2020 lalu. Inilah yang membuat masyarakat masih banyak yang semakin bergidik, masih parno untuk melakukan aktivitas di luar rumah, apalagi ke luar kota.

Pandemi yang merupakan wabah internasional ini menjadi cobaan bagi masyarakat. Utamanya di segi ekonomi. Keadaan ekonomi masih melemah sejak adanya Covid19 ini. Lihatlah, banyak masyarakat kecil yang meraung dan sambat karena terhimpitnya ekonomi mereka. PHK massal atau rasionalisasi sebagian karyawan perusahaan atau lembaga swasta mutlak terjadi.

Lihatlah pula mereka yang menjadi pedagang keliling, tak lagi meraup omset yang besar seperti dahulu. Masyarakat masih parno untuk membeli makanan di luar, akibatnya pedagang kaki lima banyak yang kukut. Mereke lebih cenderung memasak sendiri di rumah. Alasannya, jika memasak di rumah, masakan lebih higienis dan terjamin bebas dari virus.

Belum lagi kita lihat, bagaimana malangnya pedangan asongan yang sehari-hari menjajakan dagangan di bus-bus. Atau PKL yang biasanya menawarkan jajanannya di lingkungan sekitar sekolah. Padahal sudah lebih dari empat bulan sekolah tutup. Kita mendengar bagaimana keluhan mereka di media sosial. Hingga pernah ada yang menawarkan peralatan rumah tangganya untuk dibeli oleh tetangganya. Maklum, dia sudah tidak berjualan di sekolah selama berbulan-bulan. Dia tak kuasa mendengar rintihan anaknya minta makan, sementara tidak ada bahan makanan yang bisa diolah untuk dimasak. Masya Allah. Keadaan ini miris.

Namun jika pandemi ini masih berlangsung lama, patutkah kita menyerah dengan keadaan? Jawabannya tentu tidak. Justru dengan keadaan terhimpit ini, kita harus bisa berpikir bagaimana bertahan hidup. Ada satu solusi untuk menyikapi pandemi ini. Terutama bagi yang sudah tidak lagi bisa bekerja. Solusinya yaitu mulai BERKREASI lah. Mulai lah membaca peluang-peluang usaha yang ada di sekitar kita.

Pandemi ini sebenarnya bisa menjadi opportunity atau peluang bagi kita. Pandemi yang mengharuskan orang-orang memakai masker atau APD lainnya, justru menjadi peluang bagi orang-orang untuk membuka usaha membuat masker. Kita bisa lihat di media sosial, bejibun orang yang berdagang online menjual masker, faceshield, thermo gun, dan APD lainnya. 

Bagi mereka yang menganggur dan butuh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berjualan masker atau APD lainnya ini tentu menjadi solusi. Kita tak perlu khawatir dagangan kita tidak laku karena pedagang komoditi ini sudah merebak. 

Rejeki tak akan lari ke mana kalau memang sudah menjadi jatah kita. Apalagi jika kita bisa menproduksi masker cantik, kerena, dan berbeda dengan yang lainnya, tentu akan diminati banyak orang. Mengingat masker sekarang seolah sudah menjadi kebutuhan wajib. Bahkan netizen kini lebih suka pamer masker dibandingkan pamer baju. Satu orang akan membutuhkan banyak masker untuk berganti. Bahkan masker pun sekarang setengah menjadi  fashion.

Peluang lain yang bisa kita ambil adalah bisnis kuliner. Saya salut dengan teman-teman saya yang karena penghasilannya menurun mulai berjualan makanan. Bisa mengambil barang dari produsennya, atau ia yang berkreasi menciptakan menu makanan sendiri. Kita bisa lihat jumlah pedagang online di bisnis kuliner ini yang mendadak menanjak drastis. Mereka menawarkan berbagai jajanan yang diminati masyarakat seperti Garlic Bread, Roti ala Boy, mpekmpek, salad buah dan lainnya. Bagi bisnis catering yang omsetnya sudah menurunpun beramai-ramai menjual secara online dan dijual ecer, bahkan menerima reseller.

Lantas bagaimana dengan yang tidak hobi berjualan? Terkena PHK tapi merasa tidak cocok berjualan? Anda mungkin punya hobi menulis. Entah tentang sosial, ekonomi, hiburan, gaya hidup, fashion, atau fiksi. Menulis merupakan langkah yang tepat untuk mengisi kekosongan waktu Anda. Tulisan ini lantas anda share di facebook atau media sosial lainnya dan mungkin kemudian menjadi viral, tentunya akan menjadi hiburan tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun