Mohon tunggu...
Iqlima QurotulAyun
Iqlima QurotulAyun Mohon Tunggu... Lainnya - halo

hidup sehat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Novel Sejarah

14 November 2021   18:37 Diperbarui: 14 November 2021   18:39 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

USMAN JANATIN

(Kenangan Tak Berakhir)

Karya by Iqlima Qurotul A'yun

BAB I 

KEDATANGAN JEPANG 

            Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang masuk ke Indonesia lewat Tarakan, Kalimantan Timur. Begitu tiba, tentara Jepang di sambut oleh tentara Belanda yang sudah siaga melawan Jepang. Belanda yang tidak terima tentu menyerang tentara Jepang, sehingga terjadilah pertempuran sengit. Tarakan merupakan wilayah pertama yang jatuh ke tangan Jepang. Kemudian, Jepang mulai menguasai wilayah Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin dan Palembang. Setelah daerah luar Jawa dikuasai, Jepang kemudian melakukan penyerangangan ke daerah Jawa. Karena daerah Jawa merupakan pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

             Pada tanggal 1 maret 1942 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus yaitu di teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Akhirnya, tanggal 5 Maret 1942 Batavia pun jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke kota-kota lain di Jawa sehingga dengan mudah kota-kota tersebut jatuh ke tangan Jepang.

            Awal kedatang Jepang disambut baik oleh bangsa Indonesia. karena ada beberapa alasan yaitu, akibat kesengsaraan dari imperialis Belanda, tokoh tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta yang sebelumnya diasingkan Belanda dibebaskan Jepang, diizinkanya pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia raya, dan juga ada kepercayaan masyarakat jawa terhadap ramalan jayabaya. Namun ternyata itu hanya sebentar  jepang mulai mengkang Indonesia dan juga mengharuskan rakyat Indonesia melakukan seikerei. Seikerei adalah  membungkukkan badan ke arah utara (negeri Jepang) dengan maksud penghormatan kepada Kaisar Jepang.  Bagian inilah yang membuat kekhawatiran di kalangan umat Islam dan para pemuka agama saat itu, karena gerakan Seikerei mirip dengan gerakan Ruku' dalam shalat.

Pada tahun 1943 Indonesia masih di jajah oleh Jepang. Kehadiran Jepang di Indonesia bukanlah mendatangkan keberuntungan yang ada ia sama dengan Belanda menjajah bangsa Indonesia. Jepang melakukan kerja paksa yang biasa disebut Romusa. Kebanyakan yang melakukan romusa adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani untuk menjadi romusa. Adanya penerapan sistem kerja paksa Romusa. Sistem ini sangat tidak manusiawi dan menyebabkan banyak korban yang meninggal dunia. Jepang menyebabkan rakyat menderita kelaparan, karena perampasan hasil bumi dan sumber pangan rakyat.

Kedatangan Jepang tidak begitu lama sekitar 3,5 tahun berbeda dengan Belanda. Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, hampir 4 abad lamanya. Jepang dating ke Indonesia dengan semboyan bahwa Jepang akan membebaskan asia darai belenggu barat atau penjajahan, namun kenyataannya malah sebaliknya. Rakyat Indonesia malah mendapatkan penderitan yang melebihi masa penjajahan Belanda. Dominasi kolonialisme
Jepang di Indonesia membuat para penduduk Indonesia dikuasai, ditindas bahkan
berujung pada kekerasan. Sadisnya penjajahan Jepang di berbagai negara asia
seperti Korea, Myanmar, Filipina, Indonesia dan daerah jajahan Jepang lainnya.

Kekejaman bukan hanya romusa ada banyak lagi yaitu, membuat penjara yang tidak manusiawi seperti contohnya adalah penjara bawah tanah yang ada di Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah. Terdapat dua macam penjara yang terkenal di Lawang Sewu, yakni penjara jongkok dan berdiri. Penjara jongkok dibuat seperti bak dengan tinggi 50 sentimeter. Para tahanan harus jongkok di dalamnya. Seakan tak cukup kejam, bak tersebut diisi air yang mencapai leher lalu ditutup dengan besi. Sementara penjara berdiri dibuat dengan ukuran 1 x 1 meter. Ruangan tersebut biasanya diisi oleh delapan orang. Para tahanan yang berasal dari pribumi maupun warga Belanda harus berdiri berdesak-desakan di dalamnya. Kemudian jepang juga merampas seluruh hasil pertanian rakyat Indonesia. Seperti jagung teh, rempah rempah,dan sebagianya. Hingga mengakibatkan banyak rakyat yang mati kelaparan. Tanam Paksa Saat Jepang menjajah Indonesia, Jepang memberlakukan sistem tanam paksa. Dalam sistem tanam paksa, rakyat Indonesia harus mengolah pertanian lalu diberikan kepada Jepang. Pajak Walaupun petani diperintah untuk tanam paksa, namun mereka tetap harus membayar pajak kepada Jepang. Rakyat Indonesia harus membayar pajak ketika melewati jembatan, jalan raya, dan fasilitas umum lainnya. Hal ini membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Pembatasan Pers Jepang sangat mengawasi dan membatasi pers di Indonesia. Bahkan semua media massa pun disegel. Jika seandainya Sutan Syahrir tidak mendengar berita lewat radio internasional bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, maka bisa jadi Indonesia tidak akan merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.


BAB II 

KELAHIRAN

            Seorang anak laki-laki lahir pada tanggal 18 Maret 194 di Desa Tawang Sari, Kelurahan Jatisaba, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Anak bayi itu diberi nama dengan Usman Janatin. Ayahnya bernama Haji Muhamad Ali dan ibunya Rukiyah. Janatin merupakan akan ketujuh dari depalan saudara. Muh.Chusni, Moh. Chueni, dan Moh. Matori adalah tiga kakak laki-laki tertua Janatin, dilanjutkan Siti Rochajah, Moh. Chalimi dan Siti Rodiyah, sedangkan Siti Turiah merupakan anak terakhir yang juga merupakan satu-satunya adik Janatin. Lima anak laki laki dan tiga anak perempuan.

            Ketika ibu Rukiyah mengandung Usman, dia bermimpi bulan terang menyinari kampung Jatisaba dan disusul dengan mimpi lain yaitu menemukan telor di sisi rumah sebelah barat. Dan tentang apa makna dari mimpi tersebut tidaklah menjadi fikiran ibu Rukiyah dan tidak ingin mengetahui apakah makna mimpi itu. Ketika ibu Rukiyah mengandung Usman, keadaannya biasa saja, tidak ada kelainan dan petunjuk akan membawa kesenangan dan kesusahan dari bayi yang sedang dikandungnya. Demikian sebagai ibu yang soleh dan taat pada ajaran agamanya selalu mendoakan agar bayi yang dikandung lahir dengan selamat.

            Setelah genap bulannya, agak terasa sedikit hambatan kecil, sehingga agak payah bila dibanding dengan kelahiran saudaranya yang Jain. Tetapi berkat bantuan dua dukun kampung (bidan), Embah Guwen dan Embah Sawiji, Usman lahir dengan selamat. Upacara pemberian nama dilakukan dengan cara sederhana tidak menunggu waktu sepasaran yang lazim dilakukan dengan menghamburkan biaya yang tidak sedikit. Pemberian nama ini, begitu langsung dipersiapkan sebelumnya oleh ibu Rukiyah. Sedang bapak Haji Muhamad Ali tidak memberikan reaksi atas pemberian nama ini, beliau setuju dan mengikut akan kehendak ibu Rukiyah. Dan sebagai peresmian nama ini disediakan kenduri kecil dengan memanggil tetangga terdekat dan dibacakanlah doa selamat atas Janatin. Usman nama yang dipakai dalam menjalankan tugas Dwikora.

            Walaupun Janatin lahir dalam jaman susah yaitu jaman jepang menjajah Indonesia, dimana banyak kehidupan rakyat Indonesia sangat prihatin, dan serba kekurangan. Tetapi tidak mengurangi rasa kasih saying ibu rukiyah terhadap janatin kecil dan anaknya. Kelahiran janatin tidaklah membawa beban bagi keluarga, karena anak adalah rezeki yang diberikan allah swt. kepada kita.

            Ayah Usman Janatin bekerja sebagai petani, sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga biasa. Keluarga Janatin merupakan keluarga yang sederhana, bukan merupakan keluarga kaya tetapi juga tidak kekurangan. Hidup di tengah suasana pedesaan yang asri dan bersih, membawa keluarga ini ke dalam kehidupan yang damai dan penuh kebahagiaan. Keluarga Haji Muhamad Ali merupakan keluarga yang hidup sederhana dan displin dalam hal agama.

Kedudukanya cukup terpandang dan dihormati oleh banyak masyarkat di desanya. Karena ayahnya janatin memiliki jabatan kayim yang diemban di desanya. Beliaulah yang mengatur soal yang berhubungan tentang keagaman di dalam masyarkat desanya. Makanya ayahnya selalu menerapkan pendidikan agama islam kepada putra-putrinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membina keluarganya terutama putra-putrinya menjadi manusia yang berguna adalah dengan pendidikan agama. Maka tidaklah heran semua putra putrinya dapat mengaji Al Qur'an yang lebih luas sasarannya dengan baik. Agar kelak anak anaknya bisa berguna untuk nusa dan bangsa, dan masih tetap mempunyai landasan agama yang kuat.

            Ketaatan keluarga janatin pada agama dapat terlihat nyata di depan rumahnya dibangun masjid yang cukup menarik dengan ukuran sedang. Masjid ini berfungsi sebagi tempat beribadah berjamaah keluarga dan juga bagi tetangganya yang dekat. Setiap waktu berkumandang suara azan dari masjid ini memanggil orang mukmin untuk sholat. Pembagunan masjid ini dibiayai sendiri oleh haji muhamad ali sebagai amal perbuatan yang baik seperti yang pernah di lakukan oleh nabi dan para wali serta pengikutnya di Indonesia.

            Haji muhamad ali memberikan pendidikan agama pada anak anak di desanya, bahkan orang tua ikut turut mengaji dengannya. Karena itu semua yang dilakukan oleh haji muhamad ali adalah contoh panutan bagi masyarkat desanya. Walaupun keluarga Haji Muhamad Ali termasuk orang yang termuka dalam agama, tetapi tidak berpandangan kolot serta menganut faham fanatik buta. Pandangannya luas tentang masalah dunia dan akhirat. Hal ini kelihatan dari putra putrinya yang mendapatkan pendidikan agama di rumah dan juga ikut sekolah umum. walaupun tidak mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini kiranya dapat dirasakan karena terbatasnya kemampuan untuk meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi.

            Dalam zaman revolusi putera Haji Muhamad Ali turut aktif mengambil bagian dalam menentang penjajah Belanda di garis depan. Sebelumnya mereka ini ikut aktif dalam berbagai kegiatan pada zaman Jepang. Dan dari pengalaman inilah mereka terlatih secara militer yang didapat dari pendidikan Jepang. Anak tertua haji muhamad ali yaitu yang bernama Muhamad Chusni. Ia ikut aktif berjuang di daerah banyumas bersama pejuang lainnya. Demikian pula saudaranya Chuneni dan Matori ikut gerak dalam perjuangan menentang Belanda. Namun, pada suatu pertempuran chusni harus gugur dan dikuburkan di karang kobar. Gugurnya chusni pada tahun 1949 tingallah chueni dan matori yang akan meneruskan perjuangan, mereka terus bergerak menuju bagian barat sampai ke Cirebon. Dan di sini mereka bergabung dengan para pejuang lainnya untuk bahu membahu menentang Belanda. Demikianlah sumbangan keluarga Haji Muhamad Ali, ia turut memberikan andil perjuangan periode 1945 - 1949 di wilayah Banyumas dan sekitamya.

            Melihat ketiga putranya telah masuk militer timbullah kekhawatiran pada dua anak anak laki lakinya yaitu, chalimi dan jantin takut kelak meraka akan masuk militer seperti kakak mereka. Haji muhamad ali berkeinginan dua anak laki lakinya agar tidak masuk militer. Ia  tidak ingin dua puteranya yang lain harus ikut dalam militer dan dapat menjadi sandaran hidup di hari tuanya, jangan jauh seperti kakaknya yang harus berdinas militer. Demi menunjang keinginan tersebut, beliau berusaha dan mendorong kedua putranya untuk bersekolah. Demikian pula dengan ibu rukiyah mendukung apa yang dilakukan oleh suaminya. Ia merasakan ketika ketiga putranya harus jauh dari nya karena iku militer.

            Kehadiran janatin dalam keluarganya menambah semarak kebahagian. Walau apa yang terjadi, masa-masa demikian ini kasih sayang terus dicurahkan terhadap Janatin kecil. Kehidupan yang menghimpit akibat tekanan pemerintahan jepang. Keadan ini dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rakyat jatuh sengsara yang selalu bergulat untuk memerangi kemiskinan yang diciptakan Jepang. Kemiskinan ini bukanlah karena tidak memiliki harta benda dan bukan pula karena kemalasan, tetapi kemiskinan ini karena tidak ada kesempatan untuk bekerja. Bapak dan pemuda - pemuda dipaksa bekerja untuk kepentingan orang Jepang meluaskan wilayah kekuasaannya. Tidak berbeda dengan kaum bapak, kaum ibu dipaksa menyerahkan barang perhiasannya untuk kepentingan perang. Akibat ini ibu-ibu jatuh bangun dalam berusaha menanggulangi hidup yang ditinggalkan suami pergi kerja paksa. Dan timbullah bencana besar yang tidak dapat dielakkan yaitu kelaparan di mana-mana.

            Dengan tidak terasa janatin tumbuh menjadi besar, tingkah laku dan kelucuannya membuat menarik perhatian bagi keluarga semuanya. Hingga tak terasa janatin memiliki adik seorang perempuan yang diberi nama Turiyah. Dengan bertambah anggota semarak rumah menjadi begitu meriah dan ramai akan kehadiaran anak anak pa ali.

            Pernah suatu ketika adiknya Turiyah dengan asik bermain jual jualan kacang sendiri, tiba tiba di panggil ibunya ke dapur. Kesempa ini janatin merusak mainan adiknya hingga berantak. Betapa kesal adiknya melihat mainannya dirusak, dan menjerit yang menimbulkan keributan. Janatin seolah tidak tahu apa apa. Tetapi dari kenyataan tidak ada anak lain yang bermain di situ kecuali Janatin dan Turiyah maka adiknya Turiyah bersikap keras tidak ada orang lain kecuali Mas Janatin yang ada di situ, pasti ia yang merusaknya. Dengan mimik yang serius ia tetap menolak. Dalam hatinya merasa puas, karena demikianlah kesenangannya dalam mengganggu adiknya sehari-hari. Ia merasa puas setelah adik berurai air mata.  Kemudian mereka berdamai kembali seperti biasa dan begitu lucu dengan tingkah mereka.

            Usman Janatin kecil dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan dan humoris, sehingga tidak mengherankan jika Janatin mempunyai banyak teman. Banyak hal yang ia lakukan bersama dengan teman temannya, salah satunya memancing. Saat musim penghujan tiba, air sungai didekat desanya mulai meluap. Hal ini dimanfaatkan oleh Usman Jantin dan teman-temannya untuk memancing ikan yang ikut terbawa arus sungai. Mereka kemudian menyiapkan perlengkapan memancing yaitu alat pancig dan umpan untuk menarik perhatian ikan. Tidak lama menunggu, tiba-tiba pancingnya disambar, Janatin pun dengan sigap segera menariknya. Seekor ikan yang cukup besar berhasil ditangkap. Janatin pun pulang sambil membawa hasil tangkapannya itu dan kemudian memberikannya kepada sang ibu untuk dimasak.

            Selain itu, Janatin juga sempat mempunyai hewan peliharaan. Janatin pernah memelihara tupai yang ia tangkap dari pohon kelapa di depan rumahnya. Karena banyak terdapat pohon kelapa di depan rumahnya, tupai-tupai sering menghampiri untuk sekedar mencari makan. Setelah berhasil menagkap tupai buruannya, Janatin merawatnya dengan sangat hati-hati, dan tak pernah terlambat untuk memberinya makan.


BAB III 

BERTEMU TETANGGA BARU

            Di samping rumah janatin ada rumah yang lumayan besar dengan halaman yang begitu luas. Tiba tiba terlihat kehadiaran sebuah keluarga yang sedang menunggu di depan rumah tersebut. Mereka sepertinya menunggu seseorang ternyata yang mereka tunggu adalah pak Ali ayah janatin.

"Assalamualaikum" ucap pa ali sambil menghampiri keluarga tersebut.

"waalikumsalam" jawab mereka serentak.

"Bagaimana kabar mu nak, sudah lama tak berjumpa?" tanya nenek tua tersebut

"Kabar ku baik bu" jawab pa ali.

"Ah, ini putra ku yang paling bungsu namanya luqman kamu pasti belum pernah bertemu" ucap nenek tua itu bernama Lastri.

"Tentu ibu sudah lama tidak tinggal disini. ketika umur saya 6 tahun ibu harus pindah ke bandung" jawab pa ali dengan tersenyum.

"Iya. Ini menantu saya namanya lara dan ini tiga putrinya yang paling besar namanya haira yang tengah arunika dan paling kecil ini alia" sambil menunjukan satu persatu.

"Halo paman" ucap haira.

"Mereka sangat cantik dan lucu. Ah, sampai lupa ini kunci rumahnya." Sambil memberikan kunci rumah tersebut.

"Terima kasih pa kali" kata pa luqman.

"Kalau gitu saya bantu angkat barang ini" sambil mengkat koper.

            Dirumah janatin ibu memanggil janatin, rodiyah, dan turiyah untuk ke dapur. Mereka bertiga disuruh ibunya untuk mengantarkan kue nopia dan manco wijen ke rumah yang di samping. Karena sekarang mereka kedatangan tetangga baru. Mereka bertiga pun tiba dirumah tetangga tersebut dan bertemu dengan ayahnya. Kemudian ayahnya menghampiri mereka bertiga, lalu memperkenalkan anaknya ke keluarga pa luqman.

"Assalamualaikum" ucap mereka sambil membawa makanan.

"waalaikumsalam" jawab orang rumah.

"ini ada kue dari ibu untuk bapa dan ibu sekelurga dari ibu" ucap janatin sambil tersenyum.

"terimakasih, ini anak mu ?" Tanya bu lastri pada pa ali.

"iya bu, ini janatin dan ini rodiyah dan ini yang paling kecil turiah" jawab pa ali.

"kalau begitu kami pamit dulu, assalamualikum" kata pa ali kepada bu lastri dan keluarganya.

"waalaikumsalam" ucap keluarga tersebut.

            Keluarga pa luqman dan pa ali sering bertemu dan Saling bertegur sapa. Mereka hidup sejahtera dan rukun. Pa luqman berniat untuk mengundang keluarga pa ali makan malam bersama dirumahnya. Selepas pulang dari kantor pa luqman mampir kerumah pa ali untuk niat mengundang mereka makan malam bersama hari ini. Pada malam hari sesudah isya keluarga Janatin membawa tempe mendoan dan buntil.

"Assalamualaikum" kata keluarga Janatin.

"Waalaikumsalam, ayo silakan masuk" Jawab pa Luqman sambil membukakan pintu.

"Aduh kenapa repot repot bawa makanan disini kita udah menyiapkan." Ucap bu lastri Sambil tersenyum.

"Tidak ini saya bawa masakan khas daerah purbalingga. Mungkin ibu suka" ucap bu rukiyah sambil memberikan makan tersebut.

"Oh, terimakasih" ucap bu lastri.

"Anak anak ayo kita makan" kata bu lara sambil mendatangi anaknya.

Mereka semua pun makanan bersama diruang makan dan istri pa luqman menyiapkan makanan khas sunda ada lalapan yang terdiri dari ayam goreng, tempe, tahu, samabal, dan ia juga membuat soto bandung. Setelah selesai mereka pun berbincang bincang sebentar. Anak anak pun mereka saling berkenal di ruang keluarga. Disini mulai terlihat keakraban kedua kelurga tersebut. 

"hai, nama aku arunika dan ini adik ku alia".

"hai, aku Haira. Aku kakak dari mereka" sambil melihat ke arah arunika dan alia.

"salam kenal, aku Janatin. Ini adik ku turiah".

"hai, aku Rochajah dan ini rodiyah".

"hai aku Chalimi".

"kalian berapa bersaudara?".

"Kita delapan bersaudara, tiga kakak laki - laki kita ikut tentara jadi kita harus berpisah dan jarang bertemu dengan mereka".

"Kalau kamu anak pertama?" Menunjuk kearah haira

"Ah tidak. aku anak kedua, kami punya satu kakak laki -- laki dia sedang bersekolah di singapura dan tinggal dengan kakek"

Mereka pun sambil cerita satu sama lain tentang hal hal yang lucu dan kehidupan mereka. Disisi lain para orang tua sedang berbincang bincang tentang kenapa keluarga pa luqman pindah ke purbalingga.

"Oh iya bu kenapa sekarang pindah kesini" Tanya bu rukiyah.

"Itu karena luqman sedang pindah dinas ke daerah pubalingga" jawab bu lastri.

"Istri pa luqman orang bandung?" Tanya kembali bu rukiyah

"Iya, saya asli orang bandung" jawab bu Lara.

"Ibu asli orang sini juga?" Tanya bu Lara.

"iya" jawab bu Rukiyah.

            Malam pun sudah begitu larut keluarga Janatin pun kembali pulang ke rumah. Arunika dan Janatin mereka suka bermain bersama. Karena arunika anak baru di daerah itu ia tidak begitu memiliki banyak teman. Di kesempatan waktu Janatin mengajak Arunika main kerumah temannya. Nama temannya adalah Mei dan Jiang. Mereka orang cina yang memperkenal kepada janatin cara bermain bulu tangkin. Maka janatin mengenalkan mereka kepada arunika.

"Hai perkenalkan namaku mei dan ini jiang kakak ku" ucap mei sambil tersenyum.

"Hai salam kenal nama ku arunika. Kalian anak kembar" Tanya arunika.

"Iya kami saudara kembar tapi kakak ku duluan yang lahir hehehe" jawab mei.

"Kata mau main bulu tangkis. Ayo sekarang kita main bulu tangkis" ucap jiang.

"Arunika aku ajarin kamu gimana cara main bulu tangkis yah" kata mei.

            Mereka pun bermain bulu tangkis. Terlihat saat jiang dan janatin sedang saling lawan main bulu tangkis. Mei dan arunika saat terkejut melihat permain mereka berdua. Tak begitu lama sore pun tiba arunika dan janatin berpamitan kepada mei dan jiang. Hari demi hari arunika akhir memiliki banyk teman berkat janatin. Janatin adalah anak yang menyenakan dan humoris. Dia juga mudah bergaul dengan siapa saja. Berbeda dengan arunika ia agak sedikit tertutup pada banyak orang dan tidak mudah bergaul dengan banyak orang.

            Arunika dan janatin sering sekolah bersama dan belajar. Mereka menjadi teman yang akrab dan saling tolong menolong. Ketika musim penghujan tiba, Janatin akan memancing. Karena air sungai di dekat desanya meluap. Hal ini di manfaatkan janatin untuk memancing ikan yang ikut terbawa arus sungai. Janatin dan teman temanya juga menyiapkan pancingan dan umpan. Tidak lama menggu umpan mereka pun lansung disambar oleh ikan. Jantin membawa ikan yang begitu besar dan akan diberikan kepada ibunya untuk dimasak.

            Ada suatu kejadian dimana janatin pernah memelihara seekor tupai. Hal ini menimbukan masalah dirumah. Karena orang dirumah merasa terganggu dan Janatin tidak mengindahkan tegoran dan larangan orang tuanya. Hal ini disebabkan Janatin membiarkan seekor tupai piaraannya yang sudah jinak dilepas begitu saja dalam rumah. Sehingga binatang piaraannya itu mengotori rumah.

            Sejinak apa pun jika binatang liar, ia akan tetap ingin lepas di alam liar. Tetapi tiba-tiba tupai kesayangannya ini pergi tanpa pamit menuju alam bebas. Dengan membawa kekecewaan Janatin berusaha untuk mendapatkan dengan mencari keliling kebun, memeriksa pohon demi pohon, mengintai di sela dedaunan namun hasilnya tidak ada. Begitu cintanya kepada tupai kesayangannya sampai berhari-hari ia melakukan pencaharian. Karena tidak berhasil, kelihatan wajahnya dalam kemurungan.


BAB IV 

HARUS BERPISAH

            Hari begitu cepat berlalu, bulan berganti tahun hingga tiba ketika mereka tumbuh menjadi remaja. Pada tahun 1959 Arunika dengan keluarga harus pindah kembali ke bandung karena ayahnya dipindah tugaskan ke bandung. Namun neneknya tidak ikut ia akan tetap tinggal. Nenek ditemani seorang pembantu bernama mbak ayu. Bukan pa luqman meninggalkan ibunya tapi iya harus pindah dinas dan juga ibunya sudah tua mulai cepat lelah. Ibunya pun tidak ingin terus ikut anaknya. Ia ingin tinggal di pubalingga. Pa luqman pun bilang jika ia akan tiap tahun sekali datang mengunjungi ibunya.

            Arunika binggu untuk mengatakan kepada Janatin kalau dia harus pindah ke bandung dan meninggalkan janatin dan yang lainnya. Dia berat hati meninggal kan temanya. Arunika masih berpikir bagimana cara dia bilang ke janatin. Disatu sisi beberapa hari lagi dia dan keluarga akan pergi ke bandung. Dia pun pergi menuju rumah janatin dan ternyata janatin tidak ada dirumahnya. Dia pun menunggu di teras rumahnya. Dan melihat ke jalan.

"Apa yang harus ku katakana padanya?" ucap arunika.

Tiba tiba janatin pulang kerumahnya. Sebelum janatin memasuki pekarangan rumahnya. Arunika memanggilnya.

"JANATIN" teriak arunika.

"Apa?" tanya  janatin sambil sedikit terkejut.

"Ehhh, ada yang ingin aku bicarakan"  jawab arunika.

"Apa ayo cepat aku buru buru" ucap janatin sambil terburu buru.

"Tapi kamu jangan marah yah" kata arunika sedikit gelisah.

"Iya, apa katakana cepat" ucap janatin.

"Sebenarnyaaaa" kata arunika.

"Mas mas janatin" teriak turiah.

"Iya ada apa" jawab janatin kepada adiknya.

"Mas dicari ibu cepet" kata turiah.

"Arunika mungkin lain waktu saja aku harus pergi" kata janatin sambil meninggalkan arunika sendirian.

"Tapi ini sangat penting" ucap arunika dengan sedikit kesal.

            Karena tak sempat arunika bertemu dengan janatin. Dia pun menulis surat untuk janatin sebelum besok ia harus pergi ke Bandung. Dalam isi surat tersebut arunika bilang bahwa dia minta maaf karena tak bisa menjelaskan tentang ke pergian dia ke bandung yang menandak ini. Dan dia juga bilang akan sering mengirim surat kepada janatin.

            Setelah itu sekitar tahun 1962 arunika tidak pernah lagi mengirim surat kepada janatin. Pada tahun itu juga Janatin mulai mengikuti pendidikan militer di Malang yang dilaksanakan oleh Korps Komando Angkatan Laut. Pada awal keberangkatannya orang tuanya tidak  ingin jika anaknya harus masuk militer kembali. Kedua orang tua janatin menginginkan anaknya terus melanjutkan sekolah ketingkat selanjutnya. Dan mengharap supaya Janatin jangan masuk dinas militer, beliau telah merasa cukup atas ketiga anaknya yang besar memasuki dinas militer dan Janatin biarlah bekerja pada lapangan lain. Tetapi karena kemauan keras yang tak dapat dibendung Janatin , ia berusaha mendapat restu melalui ibunya dan berhasil. Ibunyalah yang melemahkan pendirian ayahnya dan akhirnya Janatin memperoleh izin untuk masuk dinas militer.

            Pendidikan dan latihan yang diperoleh Janatin dapat kiranya membentuk tubuh yang sehat, fikiran yang jernih dan yang lebih penting ia telah terbina dalam disiplin yang tinggi, patuh, taat dan tunduk kepada peri.ntah atasan. Setelah selesai menjalankan tugas dalam rangka penyelesaian Irian Barat, tugas lain telah menanti. Tugas itu merupakan beban utama bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Begitulah Janatin kembali menjalankam tugas ke daerah perbatasan. Sebagai anggota KKO. AL yang bertugas pada Ops A KOTI berstatus Sukarelawan.

            Masalah Irian Barat sudah menjadi permasalahan antara Indonesia dan Belanda sejak lama. Belanda menjalankan politik dekolonialisasi dengan tujuan ingin menjadikan Irian Barat sebagai negara merdeka. Permasalahan yang semakin berkepanjangan ini membuat menteri luar negeri Belanda saat itu Dr. Joseph Luns mengajukan suatu rencana pemecahan masalah Papua Barat pada Perserikatan Bangsa-Bangsa saat sidang umum pada tanggal 28 November 1961. Rencana Luns terdiri dari empat pasal yang berisi harus ada jaminan tentang adanya suatu undang-undang penentuannasib sendiri bagi orang Papua (Irian Jaya), harus ada kesediaan sampai terbentuknya pemerintahan dengan persetujuan internasional, sehubungan dengan kesediaan tersebut juga akan diberikan kedaulatan dan Belanda akan terus membiayai perkembangan masyarkat ke taraf yang lebih tinggi.

            Pada tahun 1963, Batalyon III KKO-AL di bawah pimpinan Mayor KKO Abdul Muis dikirim ke Irian Barat dengan tugas menerima dan menguasai instansi Angkatan Laut serta mengurus dan membebaskan tawanan-tawanan anggota gerilya Irian Barat. Janatin yang merupakan anggota dari Batalyon III KKO-AL juga turut menjalankan tugas ini. Penugasan ini merupakan yang pertama bagi Janatin. Walaupun demikian, Janatin tetap dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik. Janatin menunjukkan bahwa ia merupakan seorang prajurit yangmemiliki disiplin tinggi dan juga kekompakan dalam bekerjasama dengan anggota lain saat menjalankan tugas.

Setelah selesai menjalankan tugas Pasukan Batalyon III KKO-AL ditarik kembali untuk kemudian digantikan dengan Batalyon IV KKO-AL. Seluruh pasukan yang tergabung didalamnya pun tidak luput dari pembebasan tugas yang diberikan. Begitupun dengan Janatin, seusai menjalankan tugas di Irian Barat ia kembali ke kampung halamannya di Desa Jatisaba, Kabupaten Purbalingga. Saat kembali ke desanya, Janatin tidak mengenakan pakaian dinas seperti kebanyakan prajurit lainnya. Janatin merasa tidak enak apabila dilihat oleh orang-orang di desanya. Janatin tidak ingin dianggap sombong karena jabatannya sebagai salahsatu anggota dari KKO-AL.

            Saat kembali ke rumah, Janatin tidak lupa membawakan buah tangan untuk orang tua dan saudara-saudaranya. Adik dan semua kakaknya diberikan sepasang pakaian, begitu pun dengan ayah dan ibunya. Selain itu Janatin juga membawa sebuah radio untuk keluarganya. Menurut Janatin radio itu dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan berita yang terjadi pada saat itu, agar keluarganya kelak dapat mengetahui kabar Janatin saat Janatin kembali mendapat tugas.

 

BAB V 

KEMBALI BERTEMU 

Arunika kembali ke Purbalingga pada tahun 1962. Kedatangan dia membuat dia sedih karena ia tidak bisa bertemu kembali dengan sahabatnya yaitu Janatin. Dengan begitu ia tetap tinggal di Purbalingga menemani neneknya yang sekarang sudah sakit sakitan. Hari nya disibukan dengan merawat sang nenek dan mengajar anak anak di SD. Ketika di Bandung dia melanjutkan pendidikannya unuk menjadi guru karena itu ke inginan orang tuanya. Arunika yang dulu dan sekarang berbeda. Sekarang dia berani untuk berbicara di depan umum dan tidak tertutup lagi.

Walaupun jauh dimata tapi tetap dihati. Itu lah isi hati arunika terkadang dia merasa bersalah kepada janatin. Karena saat arunika kebandung mungkin itu ada hari terakhir mereka saling melihat. Bahkan arunika tidak tau bagaimana rupa janatin sekarang. Apak dia seperti dulu atau berbeda. Hari harinya di selalu bertemu dengan muridnya karena rata rata mereka ada dilingkungan yang sama.

Saat siang hari ada segerombolan anak sedang main dan ada dari mereka yang jatuh hingga lututnya berdarah. Saat itu janatin baru pulang dari dinas militernya. Kemudian di membantu anak itu. Tapi tak disangaja anak itu memanggil seseorang.

"bu guru"

"Malik, apa yang terjadi dengan mu"

"Dia sepertinya terjatuh saat bermain"

"Kalau gitu tolong angkat malik dan bawa di kerumah biar aku obati lukanya takutnya ini akan jadi infeksi jika tidak langsu di obati." Sambil tergesa

"Setelah tiba di rumah guru tersebut dia mengobati malik. Ia terlihat seperti yang mengerti tentang masalah mengobati orang."

"Terima kasih bu. oh iya makasih juga mas janatin"

"Ia sama sama. Makanya kalau main hati-hati"

"Itu lihat ada ayah ku. Sepertinya dia akan menjeputku"

"MALIK. Kamu tidak apa apa"

"Aku tidak apa apa. Ini lihat aku sudah di obati oleh bu guru"

"Terima kasih bu guru, mas. Kalau gitu kami pulang dulu"

"Iya, sama sama."

"Tunggu kamu kenal aku." Sambil memegang pundak janatin

"Iya aku mengenal, Masa temen sendiri lupa. Kalau begitu aku pergi dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam." Sambil sedikit terkejut

Bu Lastri mengetahui ternyata Janatin sudah pulang dari dinas militer segara membutkan makanan untuk Janatin. Dia juga menyuruh cucunya arunika untuk mengantarkan makan itu untuk Janatin. Setiba dirumah Janatin, Arunika bertemu dengak kak Rodiyah. Dia memberiakan makan tersebut kepadanya.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba

Kak ini ada makanan dari nenek buat janatin dan keluarga

Oh terimaksasih

Ah, arunika aku boleh minta tolong ngak sama kamu

Iya, apa kak?

Tolong bantu aku beli beberapa kain dan bahan untuk menjait ke pasar. Kamu bisa ngak?

Bisa, lagian ada beberapa barang yang mau aku beli

Kalau begitu. JANATIN!. Sambil sedikit berteriak

Apa kak?

Tolong kamu anterin arunika ke pasar itu pake sepeda

Ngak usah aku bisa sendiri

Udah ngak usah lagian dia ngak ada kerjaan. Sekalian dibantu akan barang barang belanjanya.

Ayo buruan keburu sore nih

Iya tunggu

Arunika dan janatin tiba di pasar. Mereka membeli beberapa barang yang disuruh oleh kak rodiyah. Janatin membawa beberapa kain dan diselang waktu saat mencari barang barang. Dia bertanya pada arunika.

Kamu sekarang jadi guru?

Ia emangnya aneh yah kalau aku jadi guru

Engak, beda ajah sama sifat mu yang dulu pendiem dan ngak bany bicara

Hmmm, lagian kan udah lama sekarang aku udah jadi lebih baik

Iya juga heheeh

Setelah beres belanja mereka pun pulang. Beberapa bulan pun cepat berlalu dimana janatin harus kembali di tugaskan. Namun sebelum dia pergi dia berpamitan dengan temannya yang paling dia sayang. Disisi laian arunika mendaptkan kalau janatin akan pergi bertugas lagi dari adiknya janatin. Dengan sontak dia buru buru menemui janatin.

"janatin, apakah benar kamu akan segera pergi?"

"Iya, arunika maaf kan aku"

"Sudah tidak apa-apa. Hati-hati dijalan jaga kesehatan kamu dan juga jangan lupa selalu berdoa sama Allah agar diberi perlindung"

"Baik terimakasih"

Pada bulan April 1964 Janatin bersama temannya memasuki pendidikan khusus di Cisarua. Pendidikan berlangsung selama satu bulan. Sebagai Komandan Latihan dipercayakan kepada My. KKO. Boedi Prajitno dan Ltn. KKO Harahap sebagai wakil Komandan Latihan. Jumlah peserta dalam pendidikan khusus ini sebanyak 300 orang yang dibagi dalam 13 team. Mata pelajaran yang diberikan dalam Pendiidikan ini antara lain : Intelijen, kontra intelijen, sabotage, demolis:ion, guirella warfare, jungle warfare dan lain-lain.

 

BAB VI 

TUGAS NEGARA

Pada 8 Maret 1965, dia, Harun Thohir, dan Gani bin Arup ditugaskan untuk melakukan sabotase di Singapura. Dilengkapi dengan perahu karet dan 12,5 kilogram (28 pon) bahan peledak, mereka diberitahu untuk membom sebuah rumah tenaga listrik, tetapi sebaliknya, pada tanggal 10 Maret 1965, mereka menargetkan bangunan sipil, bangunan Hong Kong and Shanghai Bank, yang sekarang dikenal sebagai MacDonald House, menewaskan 3 orang dan melukai sedikitnya 33 lainnya, yang semuanya warga sipil.

Pengeboman MacDonald House terjadi pada 10 Maret 1965 di gedung Hong Kong dan Shanghai Bank yang saat ini dikenal sebagai MacDonald House. Insiden ini terjadi di sepanjang Orchard Road, Singapura, beberapa bulan sebelum Singapura merdeka dari Malaysia. Bom waktu tersebut dipasang oleh dua orang Indonesia yang merupakan anggota Korps Komando Operasi, Harun Said dan Usman. Pemasangan bom dilakukan selama periode konfrontasi Indonesia-Malaysia. Ledakan yang terjadi pukul 03.07 PM menewaskan tiga orang dan mengakibatkan sedikitnya 33 orang cedera.

Latar belakang kejadian ini terjadi Selama konfrontasi Indonesia-Malaysia berlangsung, Indonesia secara terbuka menentang pembentukan Malaysia. Pertentangan tersebut telah dilontarkan pihak Indonesia sejak tahun 1963. Indonesia menganggap pembentukan Negara Federasi Malaysia adalah proyek neokolonialisme Inggris. Sejak saat itu, pemerintah Singapura mengatakan bahwa Indonesia kemudian mengirimkan orang-orang dengan tujuan menyabotase keadaan di Singapura dan Malaysia. Penyabot Indonesia melakukan teror di Singapura dengan total 37 pengeboman dari tahun 1963 hingga 1966. Mereka telah dilatih untuk menyerang instalasi militer dan fasilitas umum. Namun, karena mengalami kegagalan dalam menyerang instalasi yang dijaga ketat, penyabot Indonesia meledakkan bom tanpa pandang bulu untuk menciptakan kepanikan. Tahun 1964, ledakan bom semakin sering terjadi.

Puncak pengeboman terjadi pada 10 Maret 1965. Dua orang Indonesia, yaitu Komando Laut Usman dan Harun tiba di Singapura pada 10 Maret 1965 sekitar pukul 11.00 AM. Keduanya menyamar sebagai warga sipil. Kemudian, mereka melanjutkan gerakan mereka ke gedung MacDonald House. Gedung MacDonald House merupakan gedung perkantoran berskala besar pertama yang dibangun di era pascaperang. Penyewa utamanya adalah Hong Kong dan Shanghai Banking Corporation (HSBC). Oleh sebab itu, gedung ini menjadi target utama pengeboman. Masing-masing telah menanam seikat bahan peledak di tangga lantai Mezzanine. Setelah sekring dinyalakan, mereka segera meninggalkan gedung sekitar pukul 15.00, kemudian menaiki sebuah bus. Seorang saksi mata mengatakan bahwa ia melihat tas travel yang mengeluarkan suara mendesis dengan asap yang keluar. Tidak berselang lama, bom meledak pada pukul 15.07. Bom meledak sejauh radius sekitar 90 meter. Sepanjang radius tersebut, bom menghancurkan hampir setiap mobil yang diparkir di luar gedung. Setelah dilakukan pemeriksaan, hasil menunjukkan 9 sampai 11 kg bahan peledak yang digunakan adalah nitrogliserin.

Akibat bom tersebut, dua karyawan bank tewas seketika karena ledakan. Dua karyawan tersebut adalah Elizabeth Suzan Choo, sekretaris pribadi berusia 36 tahun dan asisten sekretaris berusia 23 tahun Juliet Goh. Korban lain adalah Mohammed Yasin bin Kesit, 45 tahun, seorang sopir. Ia meninggal beberapa hari kemudian setelah koma karena terkena ledakan. Selain itu, sekitar 33 orang lainnya terluka. Beberapa dirawat di Rumah Sakit Umum, sementara yang lain menjalani rawat jalan. Selain merusak area lantai Mezzanine dan sekitarnya, ledakan juga merusak kantor Komisi Tinggi Australia yang ada di dalam gedung. Ledakan tersebut juga merusak ruang pamer mobil yang terletak di sekitar gedung milik dealer mobil Cycle dan Carriage serta Wearne Brothers. Pukul 15.30, unit cadangan tiba. Segera setelahnya, regu penjinak bom Angkatan Darat Inggris tiba di tempat kejadian. Karyawan dari departemen kesehatan juga datang untuk membersihkan pecahan kaca dari jalan. Malam harinya, pukul 18.15, Menteri Kesehatan Yong Nyuk Lin mengunjungi para korban yang dirawat di rumah sakit. Kemudian, disusul oleh Wakil Perdana Menteri Toh Chin Chye. Ia mengatakan bahwa serangan ini merupakan tindakan kekejaman yang tidak masuk akal.

 

 

 

BAB VII 

TAK SENGAJA BERTEMU DI SINGAPURA

            Arunika sebenernya sedang berobat ke singapura ditemani kakak laki-lakinya. Namun saat tanggal 10 Maret 1965 arunika tak sengaja berada di dekat  MacDonald House. Dia melihat janatin berada disanah, tadinya ia berniat ingin menyapa. Dia merasakan ada hal yang mengganjal. Kemudian tiba tiba kakaknya memanggilnya untuk cepat cepat pergi kerumah sakit. Didalam mobil dia merasa gelisa dan khawatir dia takut terjadi suatu masalah yang besar.

            "Arunika kamu kenapa?"

            "Tidak kak aku baik baik saja"

            "Kalau kamu tidak ingin ke rumah sakit kakak tidak akan memaksa mu." Sambil melihat arunika yang terlihat berkeringat dingin

            "Tidak, aku harus segera sembuh biar bisa bersama kakak dan kelurga kita"

            Setelah tiba dirumah sakit ternyata tiba tiba terjadi mengeboman di Mac Donal House yang membuat rumah sakit menjadi ricuh karena banyaknya para korban yang berjatuhan. Ketika arunika melihat ini dia jatuh pingsan dan suster pun segara membawa arunika ke ruangan rawat inap. Hal ini membuat beban pikiran kepada arunika ia takut kalau nantinya janatin akan di penajara dan hal lain lainnya. Ketika sadar ia menangis tiba- tiba membuat kakaknya khawatir.

            "ada apa kenap kamu menagis"

            "aku tak melihat janatin ada di tempat pengeboman, aku takut dia terluka"

            "dengar kak. Mungkin yang kamu lihat bukan janatin mungkin orang lain"

            "tapi itu bener"

            "udah sekarang kamu istirahat jangan pikiran yang lain. Kesehatan mu sekarang adalah yang penting"


BAB VIII 

PERPISAHAN 

Ketika melarikan diri, Janatin dan Thohir pergi ke pantai, sementara Gani memilih rute yang berbeda. Janatin dan Thohir menyita perahu motor, tetapi di laut perahu motor rusak. Mereka ditangkap oleh pasukan patroli Singapura pada 13 Maret 1965 dan dihukum karena pembunuhan, karena mereka telah mengenakan pakaian sipil pada saat itu dan telah menargetkan bangunan sipil, dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Singapura.

Setalah mendapat kabar itu arunika berusaha mencari cara untuk bertemu dengan janatin. Karena kakaknya Arunika akut adiknya berbuat hal yang nekat dia bilang pada arunika kalau ia akan membantu agar dia bisa bertemu dengan janatin dipenjara. Walaupun kecil kemungkinan kakaknya bisa membantunya. Dengan susah payah kakanya akhirnya ia mendaptkan koneksi untukbisa bertemu dengan jantin di penjara.

Sekitar pertengan bulan oktober 1965 arunika bisa bertemu dengan janatin. Orang yang paling ia kasihi. Tak banyak yang mereka bahas, namun dikarekan waktu tak banyak hal yang ceritakan.

"Bagaimana kabar mu"

"Aku baik, bagiamana dengan mu dan kelurgaku"

"Mereka baik baik saja"

"Janatin, sekarang Indonesia sedang tidak baik- baik saja"

"Apa yang terjadi?"

"Kemarin tanggal 30 september terjadi pembunuhan tujuh perwira tinggi militer Indonesia"

"Terus bagimana sekarang?"

"Sekarang banyak demo dan Indonesia sedang ricuh. Kamu jaga dirimu, tak banyak yang harus aku katakana karena waktu"

Pada malam 30 September-1 Oktober, tujuh unit dikirim untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan Jenderal tersebut. Nasution berhasil melarikan diri melompati tembok, sementara atase militer Pierre Tendean datang berlari keluar, memegang pistol; Tendean dengan cepat ditangkap, dan ketika ditanya di mana Nasution, mengaku dirinya adalah jenderal tersebut. Yani, yang melawan, tewas di rumahnya; Mayor Jenderal MT Haryono mendapat nasib yang sama. Kepala Jaksa Militer Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen Siswondo Parman, dan Letnan Jenderal Soeprapto ditangkap. Brigadir Jenderal DI Pandjaitan ikut dengan rela, tetapi ketika dia berdoa terlalu lama sebelum memasuki truk dia dibunuh. Mayat dan tahanan yang dibawa ke kamp G30S/PKI di Lubang Buaya, di mana para korban yang tersisa disiksa dan dibunuh. Tubuh mereka kemudian dilemparkan ke dalam sumur. Pagi berikutnya, anak buah Letnan Kolonel Untung mengambil alih kantor RRI dan memaksa staf di sana untuk membaca pidato Untung (Bram Adrianto) yang menyatakan bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah kudeta oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan "Dewan Revolusi". Anak buah G30S/PKI lain pergi ke istana untuk mengamankan presiden tetapi menemukan bahwa ia telah pergi meninggalkan istana. Di pangkalan Halim, Presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan bahwa ia akan mengambil kontrol penuh dari Angkatan Darat. Pidato radio lain kemudian segera dibacakan, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan hierarki Angkatan Darat. Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian mereka dari Halim, yang harus dilakukan sebelum tengah malam.

Pada 20 Oktober 1965, Harun dan Usman divonis oleh Pengadilan Tinggi Singapura atas pembunuhan tiga warga sipil. Pada akhirnya, Harun dan Usman dijatuhi hukuman mati atas peristiwa pengeboman MacDonald House. Keduanya dihukum mati dengan cara digantung pada 17 Oktober 1968.

Mereka dihukum gantung di Penjara Changi, Singapura, pada 17 Oktober 1968. Jenazah Janatin dan Harun dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Mereka dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.

Pada tahun yang sama di bulan desember setelah meninggalnya Janatin. Arunika meninggal dikarenakan penyakitnya yaitu kanker darah stadium akhir. Selepas meninggalnya janatin arunika tidak lagi mengikuti pengobatan karena dia merasa hidupnya sudah hilang bersama orang yang dia cintai.

Tak sempat ku katakan bahwa aku mencinta mu,

maka kita akan bertemu di syurga-Nya Allah

-Arunika


BAB IX 

KENANGAN TAK BERAKHIR

Usman dan Harun diberi penghargaan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden No 050/TK/1968. Untuk mengenang nama Usman Janatin, pemerintah daerah Purbalingga membangun sebuah taman bernama Taman Kota Usman Janatin yang memiliki luas sekitar 3,5 hektar dengan biaya Rp 5,2 miliar.  Nama Usman Harun mungkin menjadi polemik antara Indonesia dengan singapura dimana mereka melakukan pemboman di MacDonald House.

Nama Usman Harun pun dipakai oleh kapal KRI. Alasan ini dikarenakan aksi heroic meraka untuk mencegah terjadi nya kolonialisme. Indonesia khawatir Malaysia membentuk "negara boneka" yang pro-kolonial, sehingga Presiden Sukarno waktu itu membentuk Komando Dwikora pada 3 Mei 1964 di Jakarta.

Walaupun Usman dikenal sebagi teroris oleh singapura, namun ia adalah pahlawan bangsa Indonesia. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta dan kini nama dia diabadikan menjadi nama Jalan di depan Markas Korps Marinir (Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun), Kwitang, Jakarta Pusat. Kapal Republik Indonesia, KRI Usman-Harun (359). Sekarang pun nama Jannatin diabadikan menjadi nama sebuah masjid di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.


"Kemarin kenangan dan pelajaran, hari ini tantangan yang harus 

terselesaikan, dan esok adalah tantangan baru untuk memulai 

kehidupan yang lebih baik."

 

-Tamat-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun