Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemimpin Jangan Menambah Beban dengan Ketidakjujuran

16 Desember 2020   15:41 Diperbarui: 16 Desember 2020   17:12 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Abdullah Gymnastiar, atau Aa Gym (sumber: mediaindonesia.com)

General George C. Marshall (keempat dari kanan) (sumber: thestrategybridge.org)
General George C. Marshall (keempat dari kanan) (sumber: thestrategybridge.org)
Tepat dua bulan sebelum Invasi Polandia pada September 1939, Presiden Roosevelt menunjuknya sebagai Chairman of the Joint Chiefs. Kala itu, tugasnya satu, memenangkan perang!

Di balik keahliannya dalam memobilisasi pasukan militer, Ia dikenal juga sebagai pemimpin yang sukses berkat kemampuannya untuk menemukan talenta-talenta terbaik dari prajuritnya, dan menempatkan mereka di posisi-posisi strategis sesuai dengan kapasitasnya. 

Alhasil, setiap prajurit dapat tumbuh lebih cepat, dengan skill lapangan yang lebih terasah, sehingga makin memperkuat kompi-kompi pasukan AS kala itu.

Selain itu, General Marshall juga dikenal sebagai pemimpin yang selalu tampil, pasang badan dan bertanggung jawab untuk semua hal yang terjadi, dan mendukung para prajuritnya di masa-masa sulit sekalipun. Soal melayani pengikutnya, tak sedikitpun Ia memikirkan diri dan kenyamanannya sendiri.

General Marshall memiliki apa yang kini kita sebut dengan emotional intelligence dan mampu secara jernih melihat potensi dari setiap bawahannya. 

Kemampuan ini memunculkan ikatan emosional yang kuat dengan trust sebagai landasannya. Ia memandang setiap bawahannya sebagai pribadi yang punya keunikan masing-masing. 

Ia membangun hubungan personal. Ia menjalin ikatan yang kuat, agar ketika bawahan membutuhkannya, Ia mampu hadir dan membantu mereka dengan tepat sasaran, tak lagi memedulikan status dan kedudukan. Ini lah yang disebut sebagai servant leader. 

 

Leadership is a choice, not a rank

Dalam sebuah kesempatan, Sabtu lalu, saya belajar mengenai level-level kepemimpinan dari Prof Rhenald Kasali di Rumah Perubahan. Ia menjelaskan singkat, kalau seseorang masih menganggap kepemimpinan itu adalah jabatan, maka itu adalah level kepemimpinan yang paling rendah.

Orang mengikuti kita semata-mata karena jabatan yang kita miliki. Ketika jabatan itu hilang, hilang pula lah pengikut kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun