Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Perhatikan Hal Ini Ketika Mencari Kado Spesial

2 Desember 2020   07:37 Diperbarui: 7 Desember 2020   19:44 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membungkus kado | Foto oleh Any Lane dari Pexels

Namun, performanya cenderung naik ketika mindset yang digunakan adalah untuk membantu, cuma-cuma, dan tanpa bayaran sama sekali (social norms).

Kelanjutannya, peneliti juga memberikan hadiah pada setiap orang yang dimintai bantuan untuk terlibat dalam penelitian. Hasilnya pun tetap sama, usaha tiap orang dari kelompok ini berada pada angka yang lebih tinggi ketimbang kelompok orang yang menerima insentif uang.

Maka, menurut hasil penelitian, untuk memperoleh motivasi tertinggi, insentif materil bukan satu-satunya jalan. Kita bisa memberi kado sebagai ganti imbalan, atau tidak sama sekali.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana kalau partisipan diberi tau berapa harga dari tiap kadonya? Apakah effort mereka juga akan terpengaruh harga kado?

Heyman dan Ariely juga melakukan itu. Mereka melabeli permen dan sebungkus cokelat dengan nilai yang berbeda. 50 sen untuk permen, 5 dolar untuk sebungkus cokelat.

Hasilnya?
Seperti yang dibahas di tulisan sebelumnya, market norm crowds out social norm. Permen dan sebungkus cokelat tak lagi dipandang sebagai hadiah, melainkan insentif. Niat baik dan ketulusan yang menjadi fundamental pemberian kado (social norms) serta merta hilang. Semua dipandang hanya sebagai obyek materiil.

Artinya, semakin kecil harga kadonya, semakin sedikit effort yang diberikan. Sama saja dengan ketika kita bekerja untuk uang, gaji, atau bentuk imbalan materil lainnya.

Ini sebabnya, pemberian kado, dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun, harus betul-betul dijaga agar tak tercampur aduk menjadi transaksional di kedua belah pihak. A successful gift stays in the world of social norms. 

Karena, memberi kado tak seperti transaksi biasa. Kado memberikan manfaat tak hanya bagi yang menerima, melainkan juga dari yang memberi. Semua orang senang. Penerima kado merasa dihargai dan diapresiasi. Pemberi kado pun merasa lebih bahagia karena mampu berbagi.

Studi pada 2009 menunjukkan, berbagi membuat si pemberi merasa lebih bahagia ketimbang mengonsumsi barang yang sama untuk diri sendiri. Dan ketika kebahagiaan ini ditularkan kepada orang lain, orang tersebut pun akan lebih bahagia dan terpacu untuk berbagi lagi dengan yang lain. Inilah siklus kebahagiaan.

Lalu, pertanyaannya, kado terbaik itu yang seperti apa?
Monetary & Non-monetary Gifts 
Bicara soal pilihan, tentu ada banyak sekali. Ariely menyebutkan ada dua jenis kado: monetary dan non-monetary.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun