Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ayah Muda

4 Desember 2017   01:06 Diperbarui: 4 Desember 2017   01:11 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
southbayfamiliesconnected.org

Seorang lelaki paruh baya duduk di salah satu bangku besi panjang. Menunggu dengan cemas, sesekali matanya mengarah ke ruangan yang ada di salah satu sudut rumah sakit.

Pikirannya campur aduk dan ia seakan tak bisa duduk tenang, menunggu kepastian nasib orang tercintanya. Mempertaruhkan nyawa dirinya atau calon sang buah hatinya. Kini istri sedang melalui proses menjadi seorang ibu dan dirinya menjadi seorang: Ayah muda.

Itu seakan diperparah karena ia sangat takut dengan darah. Kecemasan mungkin bukan hanya punya wanita, lelaki tak jarang harus merasakan ketakutan yang sama besarnya.

Kata siapa seorang ayah tak punya rasa takut, kadang ia punya kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang sedang melahirkan. Ia seakan takut mendampingi sang istri. Ia lebih baik duduk di luar dengan perasaan cemas dan takut.

Rasa takut darah hingga menggendong saat bayinya seakan dirasakan. Banyak dari para ayah yang sulit mengekspresikan perasaannya.

Campur aduk semuanya..

Apakah itu cemas, takut, senang, hingga sedih. Semua campur baur satu sama lain, tak seperti wanita yang mudah mengekspresikan diri. Lelaki seakan sangat sulit menitikkan air mata, hanya raut wajah yang sedikit banyak menggambarkan semua itu.

Seakan pikirannya membayangkan jauh ke belakang, saat ia mengucapkan janji suci kepada istrinya. Menaruh tangan dia ubun-ubun istrinya sambil membacakan doa.

Semua telah berlalu setahun lamanya, kini ia sudah membangun bahtera rumah tangga dengan orang ya ia cintai. Kini ia menunggu hal-hal mendebarkan tentang kelahiran anak pertama. Seakan membuat keluarga kecilnya terasa lengkap.

Masa-masa saat istrinya mengandung sang calon ayah begitu siaga. Kebiasaannya yang sering keluyuran saat lajang hilang. Ia seakan menjadi seorang suami siaga. Andai istri ngidammacam-macam semua bisa ia lakukan.

Ia seakan tak sungkan-sungkan mendengarkan keluhan istri. Telinga penuh dengan curhatan saat istri mengandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun