Mohon tunggu...
Iqbal Pradana Rizqi Abdillah
Iqbal Pradana Rizqi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Seonggok daging yang berusaha berguna untuk keluarga dan sekitar

Saya adalah apa yang anda pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Manusia yang Berbudi Luhur, Mari Menjadi Manusia yang Mulia di Hadapan Semesta!

26 November 2020   21:30 Diperbarui: 26 November 2020   23:54 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak lama setelah itu, beliau chat lagi saya dengan kalimat yang beliau rangkai sendiri, dan saya yakin itu tulisan dari lubuk hati yang paling dalam. Tulisannya seperti ini;

“Beberapa bulan ini saya lagi iseng-iseng belajar jualan, cuma, baru-baru kemarin saya coba pake sistem door to door dengan cara ngejapriin temen2 kontak whatsapp saya. Niatnya biar sekalian silaturahim. Awalnya saya cuma pengen nyari tambahan uang jajan aja dari jualan ini secara kondisi lg begini ya kan, tapi ternyata dari jualan baju kecil2an ini saya dapet lebih dari sekedar untung rugi. Saya seolah dibukakan perspektif baru tentang seperti apa dan bagaimana saya di mata orang lain. Lewat tanggapan beberapa orang di contact list yang saya tawari sambil bersliaturahim, ternyata selama ini ada juga yang hanya sebatas kenal doang krn ketika saya japri utk coba menawarkan dagangan, chat saya cuma diread doang lah asyuu! Salah saya apa, ceesku? 😭 Tapi alhamdulillah banyak jg tipe temen yg selalu support dengan main transfer aja ga pake nanya2 dlu, mungkin niat mereka yg penting pengen bantu larisin aja biar saya tambah semangat jualan. Huhuuu kuterharuuu. 

Trus ada juga temen2 yg pesen dulu bayar pas gajian (alhamdulillah ketalangin), dan saya percaya banyak jg temen2 yang memang niat support tapi belum pengen beli krn mungkin blm cocok atw belum ada duitnya. Hahahaa macem2 lah pokonya responnya, dan hrs saya syukuri biar ditambah lg rezekinya. Yg lucu mah tipe2 orang yg biasanya di sosmed keliatan banyak duit dan selalu meVVah, giliran saya tawarin dagangan mah ga dibeli satu pun padahal barang saya kisaran 100-200rb, apa ga level kali ya? 😂 Btw apapun respon kalian, makasih banyak ya guys. 

Kalian sudah mengajarkan hal yg lebih penting dari sekedar nyari keuntungan, yaitu how to treat other people properly. Karena kalo yg orang tua kita selalu nasehatin mah gini ceunah, perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Saling respect aja intinya mah yah. I love you, all. Semoga pandemi ini lekas selesai biar kita bisa ngobrol satu meja lagi, berkumpul dan bercengkrama seperti dulu lagi. Keep healthy and safety. ❤”. 

Dari percakapan itu dan ditambah tulisan yang Pak Prat kirim, saya berpikir, bahwa memaknai kehidupan itu adalah ilmu yang sangat mahal, langka dan tidak akan didapati dalam lingkungan pendidikan yang selama ini kita enyami. Tentang pelajaran sosial, yang mungkin hal-hal seperti itu tidak ada di dalam buku Imu Sosial, Kewarganegaraan, seiyanya ada tentang Tenggang Rasa, pegang kalimat saya ini, kita hanya sekadar tahu apa itu yang dimaksud dari kalimat “Tenggang Rasa”.

Hal-hal lainnya yang bisa kita selami dari kejadian ini, yaitu, manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang berpasangan, bergerombol, dan saling membutuhkan. Kemudian, bagaimana pentingnya memposisikan mana teman, teman kantor, sahabat dan saudara, iya, seperti kita mengatur folder di PC ataupun gadget kita. Atur sampai tertata rapi.

Kita semua pasti sudah sering mengalami pahitnya tentang pertemanan, mau itu perihal kerjaan, urusan wanita, dan juga uang. Dalam kamus kehidupan pribadi, saya sengaja membuat sekat tentang pertemanan. Saya sebut Piramida Pertemanan. Bagaimana maksud dari Piramida Pertemanan yang saya maksud? Saya coba jelaskan.

Kalian semua pastinya sudah tahu bagaimana bentuk piramida kan? Iya, berbentuk segitiga. Dibagian bawah saya simpan yang namanya teman, tahanpan kedua teman kantor, tahapan ketiga sahabat, sampai tingkatan selanjutnya yaitu saudara. Iya, tepat dibagian puncak piramida saya tempatkan orang-orang yang lebih dari sekadar sahabat, dan juga bahkan arti hadir mereka bisa melebihi saudara kandung sendiri.

Dari curhatan Pak Prat saja kita sudah dapat memahami, bahwa orang yang selama ini kita kenal, tidak semua bisa masuk dalam kategori sahabat bahkan keluarga. Kalau bukan diri kita sendiri yang membentengi hati, mau siapa? 

Ketika kita membutuhkan dukungan, baik itu berbentuk moral maupun moril dari orang yang kita sangka bahwa mereka akan mendukung kita, dan pada aktualnya berbalik. Dari pada kita sakit hati dan malah membuat tali pertemana menjadi benang kusut, maka lebih baik kita posisikan sejak awal, antara teman, teman kantor, sahabat dan juga saudara.

Untuk manusia-manusia yang berbudi luhur, barang kali kita semua lupa bahwa manusia itu sfiat dasarnya saling mendukung, mari kita lakukan itu bersama-sama. Candi tidak akan pernah menjadi Candi jika manusianya tidak mau berbondong-bondong membangunnya. Toh dukungan itu bukan berarti harus membeli kok. Ayo, kita bersama-sama menjadi manusia yang mulia dihadapan semesta, niscaya Sang Hyang mencintai kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun