Saat ini, kebutuhan gula di Indonesia mencapai 4,1 juta ton per tahun, sedangkan produksi gula Indonesia diperkirakan hanya 2,45 juta ton per tahun dan sisanya masih impor (Bank Indonesia 2008). Hal tersebut menjadi suatu permasalahan disektor pangan komoditas gula dan harus dicarikan bahan pensubstitusi gula tebu di Indonesia, seperti gula aren.
Pohon Aren (Arenga pinnata Merr.) menyebar luas di 14 Provinsi Indonesia diantaranya yaitu Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Aceh, dengan total luas areal sekitar 70.000 Ha. Dengan produksi 35.899 ton/tahun (Ditjen Perkebunan 2015)
Permintaaan gula aren untuk ekspor ke beberapa negara seperti USA, China, Jepang, Kanada, Australia, Singapura, Belgium, Malaysia, Korea, Selandia baru, jerman dan inggris sebesar 17.338 ton/tahun dengan kemampuan ekspor mencapai 1200 ton/bulan (Sulisto, 2015). Sehingga dengan melihat potensi yang ada, produk gula aren memiliki peluang pasar yang besar dan layak untuk dikembangkan menjadi produk gula ekspor ke beberapa negara di dunia.
Melihat peluang diatas dibutuhkan pengembangan teknologi agar dapat memiliki mutu yang berstandard internasional, higenis dan ramah lingkungan, seperti yang disampaikan oleh Adisatrya Suryo Sulisto Anggota Komisi VI DPR RI pada tanggal 16-17 Desember 2017 di Purwokerto pada acara Workshop Nasional Perkembangan gula aren di Indonesia.