Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Negeri dalam Kantong Plastik

23 Maret 2025   12:46 Diperbarui: 25 Maret 2025   16:06 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Juan Pablo Serrano dari pexels.com

SEMUA berawal dari sebuah kantong plastik hitam yang tidak sengaja kutendang di Stasiun Tanah Abang. Ketika kuangkat, beratnya mencengangkan, tidak seperti sampah pada umumnya.

Kuintip sedikit. Isinya bukan sampah seperti yang kuduga, tapi tumpukan map, amplop dan paspor. 

Pengumuman keberangkatan kereta memanggil para penumpang untuk bersiap-siap. Orang-orang bergegas melewatiku. Aku mengedarkan pandangan, mencari sosok yang mungkin saja kehilangan kantong plastik ini. Nihil. Kumasukan kantong itu ke dalam ranselku, niatku menyerahkannya ke petugas keamanan kereta setelah tiba di stasiun Pal Merah.

Kereta datang. Seperti biasa, penuh, sesak. Orang-orang berdesakkan masuk saling dorong. Aku nyaris terjepit di pintu. Setelah beberapa kali gagal naik, kuputuskan menyerah. Mungkin karena kantong plastik yang terasa berat di ranselku.

"Ah, sial," umpatku pelan. Kulirik jam tangan. Telat lagi.

Selain berat, kantong plastik yang ada di dalam ransel membuatku penasaran. Dengan langkah cepat, kucari toilet. Bau pesing menyengat, tapi setidaknya ada privasi.

Kukunci pintu bilik toilet, lalu kubuka kantong itu dengan hati-hati. Isinya membuatku terbelalak: tumpukan map, sebuah paspor, dan amplop coklat. Kubuka amplop itu, lima puluh juta rupiah cash! Denyut nadiku berlari kencang seketika. Nama di paspor itu. Arini Kusuma.

Brengsek! ini bukan barang sembarangan. Kujejalkan semuanya kembali ke kantong plastik lalu keluar toilet dengan wajah datar tanpa ekspresi. 

Ponselku berdering. Nama bosku muncul di layar.

"Rani, lo di mana? Klien dari Jepang udah nungguin dari tadi nih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun