Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Rumah Rahasia

22 September 2023   09:06 Diperbarui: 23 September 2023   21:26 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Wayne Evans dari pexel.com

Aku tidak pernah menyangka bahwa hidupku akan berubah begitu drastis dalam waktu singkat. Aku baru saja ditinggal suamiku, ia meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil, dalam waktu yang sama aku baru mengetahui bahwa aku hamil anak pertama kami. Aku merasa kehilangan dan bingung harus bagaimana. Aku tidak punya tempat tinggal, karena rumah yang aku tinggali bersama Reno adalah milik mertuaku. Aku tidak pernah bisa bersahabat dengan mertuaku, apalagi semenjak suamiku meninggal, ada saja tuduhan-tuduhan yang menjengkelkan hatiku. Ayah dan ibuku juga sudah tidak ada, aku benar-benar sebatang kara.

Aku memutuskan untuk mencari-cari iklan sewa rumah di internet. aku menemukan sebuah rumah tua yang disewakan. Rumah itu terletak di pinggiran kota, jauh dari keramaian dan juga tidak jauh dari tempatku bekerja. Harganya pun terjangkau. Aku tertarik dan menghubungi pemilik rumah untuk melihat rumah itu.

"Halo, Selamat pagi saya Siska. Saya melihat iklan sewa rumah dari internet. Apakah rumah itu masih tersedia?" kataku melalui sambungan telepon.

"Halo. Ya, masih tersedia. Anda mau melihat rumahnya?" tanyanya.

"Ya, boleh. Kapan saya bisa datang?" tanyaku.

"Kapan saja, saya tinggal di rumah itu sendirian. Anda sudah tahu lokasi rumahnya?" jelasnya.

"Saya sudah tahu lokasi rumahnya, saya akan datang besok pagi." kataku, "Maaf, saya bicara dengan siapa?" 

"Oh, saya Dika"

"Oke, sampai jumpa besok, terima kasih." 

"Oke, sampai besok." Ia menutup panggilan telepon itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun