Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Senyummu Dapat Kulihat

10 Agustus 2023   10:00 Diperbarui: 10 Agustus 2023   10:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh Anna Alexes dari pexel.com

Suasana yang begitu tenang dan damai pada suatu sore di kota ini. Kilau matahari yang redup mulai memudar di ufuk barat, menggantikan langit biru terang dengan warna jingga dan merah yang indah. Pepohonan bergoyang menari-nari perlahan oleh sapuan angin sepoi-sepoi, mengirimkan daun-daun yang gugur berdendang di udara sebelum mendarat lembut di jalanan yang sepi.

Di gang-gang sempit, lampu-lampu jalan mulai bersinar redup, memberikan kesan romantis pada pemandangan kota kecil yang sangat begitu sederhana. Suara langkah kaki terdengar samar-samar saat penduduk setempat kembali ke rumah mereka setelah seharian beraktivitas.

Toko-toko kecil yang ada di pinggir jalan perlahan-lahan tutup, aroma kopi dari kedai kecil di ujung jalan itu menyambut orang-orang yang ingin menikmati suasana sore dengan secangkir kopi hangat. Tawa riang anak-anak yang bermain di taman mengisi udara senja yang hangat, mencerminkan kebahagiaan dan kebebasan mereka dalam mengeksplorasi dunia di sekitar mereka.

Burung-burung bergerombol membentuk formasi yang indah saat mereka terbang pulang ke sarang mereka setelah seharian bergumul dengan takdir di angkasa, membentangkan sayap-sayap rapuhnya menghantam panasnya matahari.

Sore di kota kecil itu memang sangat sederhana, tidak ada yang istimewa, namun penuh dengan kenangan manis dan kedamaian. Semua orang saling menyapa dengan ramah, menciptakan atmosfer hangat dan persahabatan. Ini adalah saat-saat di mana orang-orang bersantai, berbagi cerita, dan merenung tentang hari yang telah berlalu.

Suasana di sore hari di kota kecil ini adalah kombinasi keindahan antara kehangatan masyarakatnya dengan sentuhan alam yang menenangkan, kenyamanan serta kesederhanaan. Seolah waktu berjalan lebih lambat di kota kecil ini, untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk benar-benar menikmati momen-momen berharga dalam hidup mereka.

Sunggung tak pernah terbayang olehku, aku harus kembali ke kota ini, tempatku menghabiskan semua kenangan indah masa remaja itu, ketika semua orang kembali ke kota kecil ini dengan segudang kisah suksesnya aku kembali dengan kegagalan.

"Radit." Seorang wanita memanggil namaku ketika aku sedang duduk dibawah pohon mangga sore itu, aku segera menoleh karena suara itu tidak asing bagiku.

"Eh." Aku tidak dapat merangkai kata, hanya kata itu yang terlontar.

"Apa kabar?" Ia menyodorkan tangannya, dengan senyum yang masih sama seperti saat itu. "Radit." Lanjutnya, sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahku yang sedang terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun