Mohon tunggu...
Iqbal Hidayatullah
Iqbal Hidayatullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa STIBA

You Only Life Twice

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Mencintai Rasulullah dan Balasannya

20 Desember 2020   20:22 Diperbarui: 20 Desember 2020   20:40 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara tentang cinta, setiap orang memaknai cinta tersebut dengan makna yang berbeda-beda. Beberapa orang ditanya, siapakah yang paling ia cintai dimuka bumi ini? Ada yang menjawab: yang paling saya cintai dimuka bumi ini adalah orang tua saya, dan orang lain menjawab: istri saya yang paling saya cintai, yang lainnya lagi menjawab: artis ini dan artis itu yang saya cintai.

Cinta terhadap orang tua, istri, maupun seorang idola merupakan suatu yang lumrah, akan tetapi dibalik semua itu, tahukah kita? Ada seseorang yang pernah hidup di muka bumi ini mencintai kita semua, melebihi cinta seorang anak terhadap orang tuanya, melebihi cinta suami terhadap istrinya dan terlebih lagi, melebihi cinta fans terhadap idolanya. Siapakah dia? Dia adalah Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam-.

Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- rela disiksa, dihina, dipukul, itu semua karena beliau cinta terhadap ummatnya, dikisahkan dari beberapa riwayat, penduduk Thaif pernah menghujani Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- dengan batu, pukulan dan berbagai macam siksaan lainnya, akan tetapi Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- tidak sedikitpun menyalahkan ummatnya. Beliau beranggapan bahwa mereka hanya belum tahu apa itu Islam, oleh karena itu mereka melakukan siksaan tersebut.

Setelah berbagai penyiksaan yang dialaminya Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bermunajat kepada Allah Ta'ala dan mengatakan: "Ya Allah, kemana lagi engkau membawaku setelah ini? Apakah ke tempat yang dekat dan aku masih disiksa? Ataukah ke tempat yang jauh dan aku masih dihina dan disakiti? Maka aku ridho ya Allah, selama engkau tidak murka terhadapku.

Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-, mengorbankan setiap jiwa dan raganya agar supaya cahaya Iman dan Islam menerangi bahtera kehidupan kita. Tapi nyatanya, kita datang 1400 tahun setelah Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- wafat, justru meninggalkan, menganggap remeh, bahkan ada dari kaum muslim yang mengejek sunnah Nabi itu sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "sungguh telah ada pada diri Rasululah -shallallahu alaihi wa sallam- itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah Ta'ala dan kedatangan hari kiamat dan banyak mengingat Allah Ta'ala."

Marilah kita renungi bersama, seandainya Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- masih hidup kemudian melihat keadaan umatnya seperti "sekarang ini" apakah kita tidak malu? Berapa dari kita yang menjalankan sunnah-sunnahnya? Berapa dari kita yang sholat berjamaah dimasjid? Lalu adakah dari kita yang membaca Al-Qur'an setiap harinya?

Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- sangat mencintai dan merindukan kita semua, kenapa kita tidak merindukannya?. Buktikan cinta kita dengan perkataan dan amal (mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya) kalua saja cinta kita dibuktikan dengan perkataan, maka orang-orang kafir cukup mengatakan: "aku cinta kepada Allah dan Rasulnya", maka mereka akan masuk surga. Tapi, ternyata cinta tidak cukup dibuktikan dengan kata-kata melainkan dibarengi pula dengan amal.

Oleh karena itu, cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- adalah kewajiban bagi kita semua selaku umat islam.

Dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- adalah jalan bagi setiap hamba, agar dicintai oleh Allah.

"Katakanlah wahai Muhammad: "Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun