Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis buku "Keliling Sumatera Luar Dalam" dan "Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Terima Kasih Pak Jonan

19 Februari 2015   00:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Pak Jonan,

Pak Jonan tentu tidak kenal saya, tetapi saya kenal Pak Jonan, paling tidak, dari yang tampak di permukaan. Perkenalan saya dengan Bapak awalnya agak pahit dan sebetulnya tidak enak untuk dikenang, yaitu ketika saya naik kereta sekitar akhir 2013 (kalau tidak salah rute Bandung – Jakarta). Salah satu kru kereta menjajakan buku dengan wajah Pak Jonan di cover depannya. Judulnya: Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia.

Saat itu, saya cukup terganggu dengan aktivitas penjualan tersebut. Bahkan saya dulu mengistilahkan, maaf agak kasar, “onani”. Kok menjual produk bosnya sendiri, pikir saya begitu. Saya menyesal dulu sempat berpikir seperti itu, terlebih setelah menggunakan jasa kereta api kemarin.

Dua hari lalu (16 Februari 2015) saya menggunakan kereta ekonomi Brantas dengan jalur Jakarta (Pasar Senen) – Kediri. Kondisinya sangat berbeda dengan perjalanan saya lewat stasiun yang sama sekitar empat tahun yang lalu. Dulu, pedagang asongan di mana-mana, sekarang semua sudah tertib dan tidak terlihat kumuh. Memang sih, ada sisi negatifnya juga. Pengguna jasa KAI tidak bisa membeli makanan sevariatif dulu lagi. Juga tentu saja banyak yang kehilangan mata pencaharian dari situ. Bisa jadi, itu PR yang belum tuntas terselesaikan. Tapi bahwa penertiban pedagang asongan di stasiun, itu memang mutlak untuk dilakukan. Dan Bapak sudah melakukannya…

Mengenai pemesanan tiket, wah, banyak sekali yang sudah berubah. Dulu saya beli tiket harus ke stasiunnya langsung. Sekarang, saya tinggal klak klik sedikit sudah terpesan. Lalu tinggal ke ATM atau ke Alfamart untuk pembayarannya. Bahkan bisa lewat gadget. Konfirmasi pemesanan dan pembayaran akan langsung masuk ke email saya. Saya cukup menandai kode bookingnya saja, lalu memasukkan kode booking tersebut ke mesin pencetak tiket di stasiun ketika waktu pemberangkatan. Mudah sekali J

Dari sisi keamanan juga jauh lebih baik. Setiap calon penumpang harus boarding terlebih dahulu dan menunjukkan tanda pengenalnya (KTP atau SIM). Tentu saja ini memberangus calo tiket, baik dari internal KAI maupun eksternal.

Bicara tentang tiket, saya punya pengalaman menarik. Di akhir 2013, saya sempat bekerja beberapa bulan sebagai vendor di kantor KAI Bandung. Saya kenal cukup dekat dengan beberapa karyawan KAI. Saya pikir, akan mudah buat saya untuk mendapatkan tiket kereta selama saya kenal orang KAI. Tetapi kenyataannya sama sekali tidak demikian. Karyawan KAI sendiri harus membeli tiket ke stasiun (biasanya nitip OB). Jadi, cara pembeliannya ya sama saja antara karyawan KAI dengan masyarakat umum. Hanya saja, memang ada potongan harga untuk karyawan KAI.

Belum lagi kalau kita bicara tentang kecepatan keretanya. Dulu, kereta Brantas memerlukan waktu paling cepat 16 jam untuk sapai ke Kediri dari Jakarta. Terkadang perjalanan menjadi sangat melelahkan karena pada akhirnya memerlukan lebih dari 20 jam. Sekarang, cukup 13 jam saja J Penumpang di sebelah saya berkomentar, kecepatan waktu tempuh kereta ini adalah karena sekarang sudah double track dari Cirebon ke Semarang, dulu belum.

Kenyamanan pengguna kereta ekonomi jarak jauh sekarang semakin baik dengan adanya akses listrik di setiap kursi. AC sudah dipasang di setiap gerbong. Masing-masing gerbong punya 6 AC (ini kereta ekonomi loh…). Sekarang, bukan hanya penumpang eksekutif saja yang bisa menggigil, penumpang ekonomi juga bisa menggigil.

Mengenai harga, menurut saya penawaran harga dari KAI masih yang paling kompetitif dibanding bus dan travel. Harga tiket kereta ekonomi Brantas (Jakarta – Kediri) yang saya naiki dua hari lalu adalah Rp150 ribu. Harga ini akan disubsidi pemerintah menjadi Rp55 ribu pada 1 Maret 2015. Dengan begitu, kereta masih menjadi alat transportasi yang paling cepat di darat, paling murah, dan termasuk yang paling nyaman.

Perubahan-perubahan besar yang saya rasakan di atas, mesti perlu digerakkan oleh orang kuat. Saya rasa, perlawanan Pak Jonan melawan calo dan pedagang asongan masih tidak ada apa-apanya dibanding perlawanan dengan karyawan internal KAI sendiri. Hanya saja, “renovasi dapur dan kokinya” itu tidak terlalu tampak ke permukaan. Sepertinya, isu calo dan pedagang asongan jauh lebih menarik untuk media ketimbang isu pemecatan karyawan KAI untuk pendisiplinan.

Pak Jonan, melalui surat yang mudah-mudahan sampai ke Pak Jonan ini, saya memohon satu hal. Jika tidak dilakukan pun, tidak akan mengurangi nama baik Pak Jonan. Jika dilakukan, saya (dan mungkin orang-orang yang belum bisa kita dengar suaranya) akan sangat berterima kasih. Satu hal itu adalah… Mohon agar mushola kereta dibenahi dengan lebih layak.

Bapak sudah menyediakan mushola di gerbong restorasi, tetapi ruang mungil tersebut hanya cukup untuk sholat 1 orang, itupun ditemani dengan barang-barang yang menumpuk, dan itupun tidak di semua kereta. Saya biasanya lebih memilih sholat sambil duduk di kursi dengan bertayamum terlebih dahulu (karena meragukan kesucian air di dalam toilet). Permohonan kecil tersebut tentu sangat mudah dengan posisi Bapak sekarang sebagai Menteri Perhubungan sekaligus ex-Dirut KAI. Tetapi, bisa jadi memang ada pertimbangan lain yang kami masyarakat umum tidak ketahui, sehingga hal tersebut sulit terealisasi. Rasa hormat saya ke Pak Jonan masih tetap ada.

Sekali lagi, terima kasih Pak Jonan untuk memberikan kemudahan dalam pembelian tiket kereta, kecepatan dalam perjalanan, kenyamanan dan keamanan di kereta, dan harga yang masih bersahabat… J

Salam hangat,

Muhammad Iqbal

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun