Mohon tunggu...
Iqbal Djawad
Iqbal Djawad Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar

Ph.D di Bidang Aquatic Animal Physiology, Hiroshima University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelulusan yang Sakral

27 Mei 2020   12:42 Diperbarui: 27 Mei 2020   12:39 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Matahari belum menampakkan dirinya di Makassar ketika sebuah email tiba ditandai notifikasi ke smartphone saya dari seorang sahabat di Jepang. Dia mengabarkan kalau anak tertuanya baru selesai di SMA dan akan melanjutkan belajar di Nagoya University.

Saya sangat terharu dengan emailnya karena, pertama ditengah kesibukannya, budaya mengabari masih sangat kental, dan yang kedua saya terasa di bawa ke belakang untuk mengingat upacara kelulusan 20 tahun lalu di Hiroshima dan upacara kelulusan SD dua anak saya di SD Shirokane, Tokyo beberapa tahun lalu.

Di Jepang setiap tahun akhir bulan maret dan awal bulan April merupakan bulan yang menguras banyak keharuan dan airmata. Bulan ini merupakan bulan pergantian tahun ajaran baru. Jepang mengenal dua kalender, tahun kalender dari Januari hingga Desember dan tahun fiskal dari April hingga Maret. Upacara Wisuda di Universitas dan Upacara penamatan di Sekolah yang biasa disebut Sotsugyo Shiki.

Ada berbagai kegiatan yang terkait dengan masuknya tahun fiskal yang baru. Untuk setiap orang Jepang, lulus setelah menyelesaikan studi mereka merupakan tonggak penting. Upacara wisuda adalah peristiwa paling penting musim ini untuk semua fasilitas pendidikan dari sekolah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah, sekolah kejuruan, universitas, dan sekolah pascasarjana.

Yang menarik dari upacara penamatan di Jepang adalah para wisudawan atau lulusan menyampaikan rasa ungkapan terima kasih kepada para guru yang telah mendidik dan mengajari mereka melampaui masa-masa belajar. Mungkin itulah sebabnya setiap lagu "aogeba toutoshi" (terima kasih dari hati) dinyanyikan oleh paduan suara sekolah, bulu kuduk kita akan merinding dan akan menguras keharuan serta airmata.

Sepertinya semesta di dalam gedung perayaan wisuda bersatu padu memberi ucapan terima kasih kepada para guru yang telah mengajar mereka dengan tulus. Lirik lagu ini antara lain "omoeba ito toshi kono toshituki" (saya belajar dari guru, jalan yang benar dan apa yang harus kami lakukan) dan "ima koso wakareme iza saraba" (sekarang waktunya untuk berpisah dan dari hati kami terdalam mengucapkan terima kasih), "wakaruru nochinimo yayo wasuruna" (kami akan selalu mengingat apa makna hidup yang telah diajarkan) dibawakan dengan sangat khidmat dan menembus relung2 hati yang paling dalam disetiap sanubari semua orang yang mendengar lagu ini.

Di akhir upacara biasanya paduan suara akan menyanyikan lagi satu lagu sekolah mereka dan "Hotaru no Hikari" (Cahaya kunang2). Lagu-lagu terakhir ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada murid junior, guru dan orang tua, tekad mereka untuk berhasil dalam tahap berikutnya dari kehidupan mereka.
Kata kelulusan atau sotsugyo dalam bahasa Jepang, tidak hanya digunakan dalam referensi untuk pendidikan, tetapi juga untuk mengungkapkan fakta bahwa banyak jenis lain dari hal-hal yang "selesai".

Tampaknya banyak orang Jepang merasa bahwa tonggak dalam kehidupan dicapai selama acara, seperti kelulusan, yang terjadi pada akhir tahun fiskal. Oleh karena itu, bagi banyak orang Jepang, bunga sakura sering disimbolkan sebagai suatu promosi, naik kelas, masuk sekolah, atau memasuki dunia sebagai anggota dewasa dari masyarakat. Bunga sakura mekar bertepatan dengan musim kelulusan di Jepang.

Bersamaan dengan musim wisuda dan kelulusan, teman-teman seangkatan di Hiroshima University biasanya menyanyikan bersama dua lagu yang sangat popular di Jepang berkaitan dengan wisuda dan upacara kelulusan. Lagu yang pertama berjudul "Sotsugyo Shasin", (foto wisuda) yang pertama kali di nyanyikan oleh seorang penyanyi dan pencipta lagu terkenal di Jepang, namanya Yumi Arai di awal tahun 80-an.

Setelah menikah dengan Masataka Masutoya, seorang komposer lagu di Jepang, namanya berubah menjadi Yumi Masutoya. Lagu ini sekarang diaransemen ulang dan dinyanyikan oleh Ayumi Hamasaki, seorang penyanyi muda terkenal di Jepang kelahiran Hakata, Fukuoka. Lagunya berceritera tentang arti dari sebuah kelulusan yang di gambarkan dalam sebuah foto. Si pengarang lagu ingin mengatakan bahwa kelulusan boleh selesai tetapi semuanya bisa diputar ulang melalui foto-foto kelulusan.

Lagu kedua yang juga digemari mahasiswa-mahasiswa yang baru lulus adalah "Sotsugyo" yang diciptakan dan dinyanyikan sendiri oleh Yutaka Ozaki, penyanyi dengan talenta yang luar biasa dan sangat digemari oleh anak-anak muda Jepang pada di akhir tahun 80-an.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun