Mohon tunggu...
Iqbal AR
Iqbal AR Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Mahasiswa

Hidup adalah pengabdian, berbagi, dan tahu ilmunya | Mahasiswa Prodi Rekayasa Perangkat Lunak | Aksara Pers | ArgumentasiRealiti Project

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Caraku Menentukan Jurusan dan Perguruan Tinggi (Bagian 1/2)

2 Februari 2020   21:22 Diperbarui: 16 Februari 2020   11:32 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lihat juga apakah kalian ingin lintas jurusan (Saintek ke Soshum atau sebaliknya) atau tidak. Ini cukup penting agar punya waktu persiapan jika memutuskan untuk lintas jurusan. Selain itu, kalian juga harus menentukan jurusan mana saja yang bisa diambil dengan kuota pilihan yang terbatas (SNMPTN dan SBMPTN hanya dua pilihan jurusan/kampus).

Pertimbangan subyektif bisa jadi patokan untuk kalian, dari pertimbangan subyektif tadi malah bisa lebih membantu menemukan jurusan yang lebih spesifik. 

Bagi penulis, pengaruh pendapat orang tua memiliki tingkatan yang sedikit berbeda. Jika kalian memiliki silang pendapat, bisa didiskusikan dan dibicarakan baik-baik agar ada titik temu. Masalah apakah kalian hanya ikut keinginan orang tua atau berkompromi, tergantung keyakinan kalian masing-masing. Semua kembali pada individu masing-masing, karena menurut penulis restu orang tua adalah restu Ilahi.

3. KAMPUS MANA YANG AKAN DITUJU

Salah satu yang salah kaprah bagi penulis adalah, banyak siswa yang ingin kuliah di kampus tertentu, tapi ketika ditanya ingin mengambil jurusan apa mereka bingung. Tidak semuanya, namun banyak kasus yang terjadi seperti ini. Rasanya nama kampus lebih bisa dibanggakan dan mengangkat nilai gengsi individu dan keluarga ketimbang menguatkan passion.

Metode penulis adalah temukan jurusan yang sesuai, baru kampusnya. Ini penting agar kalian tidak terjebak sekedar pamer almamater tapi meringis jungkir balik ketika belajar tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, dengan mempertimbangkan jurusan dahulu sebelum kampusnya, kalian bisa membandingkan antar-kampus. Banyak faktor yang bisa dijadikan pertimbangan dalam membandingkan sebuah jurusan di antara beberapa kampus. Faktor akademik seperti akreditasi, prestasi, alumni dan track record-nya.

Jangan sekedar mempertimbangkan antar-PTN semata, kalian juga bisa mempertimbangkan PTS-PTS yang ada. Bisa jadi, karena faktor tertentu kalian tidak bisa mengambil PTN dan harus mengambil PTS. 

Jika kalian bertekad mengambil Kedinasan, dipersiapkan segala sesuatunya dengan baik karena selain pesaing yang banyak, kalian juga harus siap mental dengan metode pendidikan dan juga akhirnya kalian mengabdi pada negara. Jangan semata karena jaminan kerja saja. 

Legitimasi PTN dan PTS alangkah baiknya dihilangkan, kecuali memang faktor tertentu yang membuat kalian harus memilih salah satu. Semisal harus PTN karena faktor biaya, atau harus PTS di kota asal karena orang tua menghendaki tidak berkuliah jauh.

Tapi, banyak juga beasiswa yang dapat meringankan beban biaya kalian. PTS-PTS unggulan juga bahkan menyediakan beasiswa yang cukup besar. Tapi faktor biaya kuliah bukan menjadi alasan tunggal, bukan? Ada faktor biaya hidup (yang mungkin tidak di-cover oleh beasiswa kalian), lingkungan akademik, dll.

Beasiswa bisa menjadi alternatif bagi kalian yang memiliki masalah biaya dalam melanjutkan studi. Tenang saja.

Bagaimana penulis menerapkannya? (Studi kasus)

Saat itu, sejak awal penulis mempertimbangkan untuk mengambil jurusan yang terkait dengan IT. Selain karena sejak dahulu memang "identik" dengan komputer, pertimbangan malas mengambil lintas jurusan (FYI, penulis sempat tertarik mengambil jurusan sastra dan kejurnalistikan) juga menjadi alasan untuk tetap bertahan di Saintek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun