Rencana pemerintah untuk meningkatkan tingkat kesulitan soal-soal UN ternyata tidak hanya sekedar isapan jempol belaka. Kisi-kisi Ujian Nasional yang turun untuk tahun 2016 menunjukkan tingginya kesulitan dalam soal-soal ujian nanti. Saya mengamati sedari awal, sebagai siswa, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan UN 2016 dipandang “seram” oleh sebagian siswa dan membuat gusar sebagian guru pengampu.
Pertama, Kisi-kisi Ujian Nasional yang bersifat umum/universal. Tidak seperti UN-UN sebelumnya, pada pelaksanaan UN tahun ini, pemerintah hanya menurunkan kisi-kisi yang bersifat umum. Kebijakan ini diambil agar siswa lebih luas mempelajari materi-materi UN dan tidak terpaku pada kisi-kisi. Namun konsekuensi yang harus diambil adalah UN yang jauh memiliki kesulitan tinggi dibandingkan sebelumnya.
Kedua, Berdasarkan tingkat kesulitan, Soal UN 2016 dibedakan menjadi tiga level yang meliputi level pengetahuan/pemahaman, level aplikasi, dan level penalaran. Tiga level tadi akan terdistribusi secara proporsional dalam sebuah paket soal dengan perbandingan tertentu. Sudah tentu, kehadirannya menuntut kita sebagai siswa untuk berpikir lebih keras. Sebagaimana penggambarannya, soal UN tahun lalu didominasi oleh soal-soal pemahaman yang berlevel rendah.
Bagi kami selaku calon peserta UN tahun ini, tidak spesifiknya kisi-kisi UN setidaknya membuat belajar menjadi grambyang dan tidak fokus, harus meraba-raba untuk menentukan materi yang keluar di soal ujian, dan belum lagi jika materi tersebut dikaitkan dengan materi kognitif. Alangkah pusingnya.
Ditambah lagi dengan adanya soal-soal selipan dalam paket soal yang berkategori higher order thinking skill (HOTS) yang memiliki kesulitan tingkat tinggi. Untuk mengerjakannya, tidak saja kami dituntut berpikir lebih keras, namun juga lebih jeli dan cermat. Inilah yang membuat UN 2016 (lebih) menakutkan.
Kami sebagai peserta hanya bisa menerima dan berusaha untuk mendapat nilai yang terbaik serta menjunjung tinggi kejujuran. Besar harapan bahwa kelak stigma UN sebagai momok menakutkan dapat dihapus secara perlahan. Ada hikmah di setiap peristiwa yang terjadi.
Tidak ada yang tak mustahil di dunia ini, Semangat kawan-kawanku sesama peserta UN 2016!