Mohon tunggu...
Iqbal AR
Iqbal AR Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Mahasiswa

Hidup adalah pengabdian, berbagi, dan tahu ilmunya | Mahasiswa Prodi Rekayasa Perangkat Lunak | Aksara Pers | ArgumentasiRealiti Project

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Sejarah: Mengapa Bangsa Barat Lebih Baik?

10 Januari 2016   17:01 Diperbarui: 15 Juli 2016   14:51 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada abad ke-21, kita melihat bahwa perkembangan dunia ini semakin pesat dan jauh berbeda dengan beberapa dasawarsa silam. Dahulu, orang hanya berkomunikasi dengan alat komunikasi yang sederhana, berupa surat merpati ataupun kode asap, tetapi kini kita tidak hanya sekedar bercakap-cakap sederhana dari telepon, bahkan kita sekarang bisa komunikasi jarak jauh dengan suara dan bertatap muka lewat segenggam alat. Perkembangan IPTEK yang dipelopori oleh negara-negara barat ini membuat bangsa barat diakui sebagai bangsa yang unggul. Lalu pertanyaan sederhananya, apa sumbangsih Islam untuk dunia modern ini? Mengapa Islam cenderung “tersudut” dalam persaingan global saat ini?

Islam diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw. di jazirah Arab, tepatnya di kota Makkah. Muncul sebuah pertanyaan, mengapa Islam diturunkan di negeri Arab, bukan tanah Jawa atau di suatu tempat yang lain?. Jawabannya adalah secara geografis Arab dikelilingi padang pasir yang tandus dan kering, kondisi geografis seperti ini membuat masyarakatnya harus hidup berpindah-pindah (nomaden). Kebiasaan masyarakat Arab yang berpindah-pindah ini yang diharapkan turut mempercepat penyebaran Islam ke seluruh dunia.

Hal tersebut sudah tertulis pada al-Qur’an surah Quraisy.

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
لإيلافِ قُرَيْشٍ
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
إِيلافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah).
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

 

Dari dalil di atas, dapat ditafsirkan bahwa orang-orang Quraisy (dan juga bangsa Arab pada umumnya) memiliki suatu kebiasaan bepergian (rihlah) pada musim dingin maupun musim panas sehingga memiliki ketahanan fisik yang kuat. Fisik yang kuat ini membantu bangsa Arab menyampaikan risalah dari Allah kepada seluruh umat manusia di seluruh dunia.

Bukti akan karakter kuat pada bangsa Arab adalah kekuasaan Islam yang sangat luas meliputi Andalusia (Spanyol) hingga anak benua India. Selain itu, Allah memberikan perlindungan dari rasa lapar dengan memiliki kekuatan ekonomi yang kuat sehingga mampu dengan mudah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Arab. Dan juga perlindungan dari rasa takut dengan kuatnya kekuatan politik bangsa Arab sehingga mampu menaklukkan wilayah-wilayah luar. Masa keemasan Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dan Dinasti Umayyah selama ± 120 tahun membuktikan kekuatan bangsa Arab. Bangsa Arab diakui sangat penting dalam perkembangan Islam dan penyebaran ajaran Allah.

Setelah runtuhnya Umayyah, Islam kemudian “dipegang kendalinya” oleh orang-orang Ajamatau non-Arab. Persia, Turki, India, dan Mesir adalah beberapa bangsa yang turut serta dalam perkembangan Islam. Bangsa-bangsa ini sudah diakui sebagai bangsa berilmu pengetahuan tinggi sehingga bangsa Ajamberhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam baik ilmu umum (Matematika, Kimia, Kedokteran, dsb.) maupun ilmu agama (Fiqih, Filsafat Islam, Hadits, dsb.), contoh nyata dari kemajuan ilmu pengetahuan Islam di masa itu adalah dasar ilmu aljabar yang kita kenal sekarang ini, praktek bedah dalam medis, atau lainnya. Selain itu, madzhab Fiqih dan pengelompokan hadits juga berkembang di masa ini. Selama ± 5 abad, ilmu pengetahuan ini terus berkembang di bawah Dinasti Abbasiyyah hingga kaum Mongol datang dan menghancurkan Baghdad pada 1258 M.

Orang-orang Eropa mulai mengenal ilmu pengetahuan yang lebih dalam ketika terjadi perang salib dalam rangka memperebutkan Yerusalem pada abad 11. Orang-orang Eropa mulai mempelajari dan membawa kitab-kitab dari Yerusalem untuk kemudian ditelaah dan diterjemahkan ke dalam bahasa mereka masing-masing. Kemudian mereka mampu menyaingi umat Islam yang saat itu shockdengan peristiwa tahun 1258 M.

Sebenarnya, masalah yang timbul dari persaingan Maghribi(Barat) dan Masriq(Timur) adalah cara pola pikir mereka yang sudah jauh berbeda. Gaya pemikiran orang-orang Barat yang cenderung makro (segala sesuatu harus ada bukti nyata/rasional) sangat kontras dengan pemikiran orang-orang Timur yang cenderung mikro (segala sesuatu belum tentu berbentuk nyata). Mungkin secara ilmu pengetahuan, dasar-dasar yang sudah dikembangkan ilmuwan Islam kemudian diimplementasikan oleh orang-orang Barat dalam bentuk nyata, namun jika dari segi spiritual mereka cenderung menolak agama karena pemikiran mereka yang “meminta bukti” bahwa Tuhan itu ada. Maka dari itu, kebangkitan Renaissancekemudian memunculkan pemikiran ideologi sekularisme yang memisahkan urusan negara dan duniawi dengan urusan agama. Sehingga Islam yang semula menang dalam perang salib, justru mendapat serangan balik dan membuat kondisi Islam semakin terpuruk. Pola pikirlah yang menyebabkan kaum Muslimin kalah dari Eropa.

Pemikiran Barat tentang alam yang memiliki skema bahwa Tuhan memberikan alam kepada manusia untuk dikelola sepenuhnya oleh manusia memicu eksploitasi alam secara berlebihan. Contoh nyata adalah kasus Freeport di Papua, dalam pelaksanaannya terjadi banyak kerusakan alam di sekitar penambangan, dan juga Indonesia hanya kebagian 10% jatah keuntungan. Sungguh tak adil. Berbeda dengan Islam yang memiliki pemikiran bahwa ketika manusia meminta kepada Tuhan, kemudian Tuhan memberikannya melalui alam, dan manusia mengambil dengan merawatnya, dan seterusnya. Perputaran antara Manusia, Tuhan, dan Alam membuat keadaan bumi menjadi lebih terawat.

Kebangkitan Renaissance juga membangkitkan semangat orang-orang Barat untuk lebih mengeksplor lebih jauh alam semesta, sehingga mereka mulai berpikir lebih jauh bagaimana mereka bisa mengetahui seisi semesta ini. Sedangkan umat Islam masih merasa hidup di Abad Pertengahan, ketika mereka mampu menaklukkan negara-negara Kristen pada Daulah Umayyah. Nostalgia inilah yang membuat Islam semakin terpuruk saat ini.*

Pemikiran modern Barat ini memunculkan berbagai macam sikap kaum Muslim dalam menghadapi globalisasi ini, yakni

  1. Islam Radikalisme :Islam ini cenderung memerangi bentuk kemodernan saat ini, penganut aliran radikal cenderung budaya modern adalah bid’ah dan fasik.
  2. Islam Modern : Golongan ini cenderung lebih menerima bentuk kemodernan namun terlalu terbuka dalam menerimanya, sehingga mengikis pemahaman Islam seseorang.
  3. Islam Tradisional : Golongan ini lebih memilih mempertahankan tradisi Islam (Sunnah) yang dikembangkan sejak masa lampau sebagai benteng menghadapi gempuran globalisasi dan modernisasi dunia. Golongan ini biasa disebut ahlussunnah wal jama’ah.

Dari sejarah di atas, kita bisa melihat bahwa dari segi sejarah bahwa kondisi Islam sekarang berbeda dengan kondisi di negara Barat. Bisa kita lihat bahwa di negara-negara Islam banyak terjadi peperangan dan konflik yang membuat mereka semakin terpuruk, gelombang pengungsi berlarian menuju Eropa demi kehidupan lebih baik dengan mempertaruhkan nyawa dan mungkin juga iman. Sebagai umat Islam yang masih dapat mensyukuri kedamaian yang ada di tanah air, kita harus menyikapi diri dengan mengubah pola pikir kita meski tidak sepenuhnya kebarat-baratan. Kita tetap berpegang pada Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup, berpikir maju sehingga secara tidak langsung kita berkontribusi terhadap kemajuan bangsa dan umat Islam pada umumnya serta turut serta dalam menjaga kelestarian bumi ini.

Referensi (Untuk Peristiwa Sejarah):

Modul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah kelas IX, KKMTs 01 Jepara, Jawa Tengah.

*Revisi 13 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun