Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi

Bukan buzzer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kita Mengenal Acara Tersebut dengan Nama Tahlilan

14 Januari 2021   08:10 Diperbarui: 14 Januari 2021   08:25 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hidup di desa dengan segala bentuk kegiatan tradisi dan budayanya membuat saya mau tidak mau harus mengikutinya dan lama-lama saya senang mengamatinya.Dari mulai kerigan (gotong royong bersih irigasi sawah atau bersih kuburan ). ingkungan, kepungan (kenduri ), hingga tahlilan. Dan tahlilan menurut saya adalah salah satu tradisi yang " unik " ketika diadakan.

Tahlilan merupakan acara ritual seremonial yang biasanya dilakukan oleh kerumunan masyarakat Indonesia  untuk memperingati hari-hari kematian (pengertian ini saya dapat dari salah satu Jurnal berjudul Kearifan Lokal Tahlilan-Yasinan Dalam Dua perspektif Menurut Muhamadiyah karya Khairani Faizah. Baca di http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/AJIP/article/view/722/577 ).

Di desa saya ketika ada seseorang yang meninggal maka sorenya ~ atau sehabis dikebumikan~ biasanya digelar kepungan. Lalu malamnya dilanjut dengan tahlilan  selama 7 malam kedepan dan ditutup dengan kepungan lagi.  Setelah tahlilan selama 7 malam selesai, maka tahlilan akan dilakukan kembali di hari ke 40 atau biasa kami sebut matangpuluh /  40 hari.Setelah tahlilan 40 hari, maka ada pula 100 hari atau nyatus dino dalam bahasa jawa.  Belum usai di 100 hari, masih ada meling ( 1 tahun ) ,dan nguisi (3 tahun). Tahlilan juga kerap dilakukan secara rutin di desa saya setiap malam jumat secara bergilir dari rumah kerumah.

Lalu apakah menggelar acara tahlilan adalah suatu hal yang terbilang susah ? menurut saya susah-susah gampang. Karena sejak SMP saya kerap kali disuruh menggantikan bapak saya yang berhalangan hadir tahlilan ditambah keluarga kami juga cukup sering menggelar acara tahlilan, maka saya sedikit banyak tahu perihal acara tersebut. 

Hal pertama yang dipersiapkan adalah tanggal acara. Layaknya membuat acara-acara atau festival di kampus yang penuh dengan drama satu sama lain disertai kerumitan yang haqiqi, bisa dibilang  tahlilan adalah sebuah bentuk Event organizer dalam skop yang kecil dan sederhana. Keluarga penyelenggara pasti akan berembug terlebih dahulu mengenai tanggal acara dan tentu harus mengira-ngira  juga apakah  ada keluarga lain yang akan menyelenggarakan tahlilan di hari yang sama ?

Jika dirasa sudah aman dan fix maka giliran bapak saya yang bertindak sebagai humas untuk segera menghubungi pak kyai selaku imam tahlil. Rapat keluarga kembali digelar kali ini membahas jumlah peserta dan siapa saja yang akan diundang plus hidangan apa yang akan disediakan baik makanan beratnya atau makanan ringannya. 

Perlu kalian ketahui  dalam perencanaan acara  tahlilan tidak usah repot-repot untuk membuat proposal segala, apalagi pake kontraprestasi dengan paket-paket yang sok-sokan menjanjikan. Cukup tuliskan saja harga-harga kebutuhan bahan masakan dan jumlahkan semuanya, mungkin wanita khususnya emak-emak akan  lebih mahfum dengan urusan dapur. Oh iya, biasanya akan ada satu orang lagi yang akan membantu proses memasak, entah itu saudara atau orang yang biasanya membantu hal-hal begituan ~di desa saya ada semacam profesi yang jobdesk nya adalah membantu masak-masak ketika ada hajatan~.

Ketika kesiapan pak kyai, konsumsi, dan jumlah peserta sudah jelas maka kali ini saya yang memiliki kewajiban untuk meminjam ke tetangga atau ke masjid karpet dengan ukuran besar-besar. Tidak di kampus atau di desa, saya selalu saja kebagiaan pekerjaan semacam logstrans ini. Yang menyebalkan adalah kadang kala karpet-karpet ini tidak diketahui rimbanya dimana.

Kata marbot masjid masih dipinjam sama si A, kata si A sudah dipinjam lagi sama si B, giliran ke si B karpetnya ga lengkap karena sebagian dipinjam rapat karang taruna. HADEHHHHHH, padahal saya tidak sedang mencari tujuh bola dragon ball. Setelah karpet berhasil terkumpulkan saatnya men setting tata letak rumah. Kursi di ruang tamu akan di susun sedemikan rupa khusus untuk tempat duduk sesepuh dan pak kyai nantinya, lalu perabot lainnya dikeluarkan dan karpet digelar. Tidak lupa juga biasanya ada rokok djarum atau 76 kretek  tersedia dalam gelas-gelas yang  berdekatan dengan asbak.

Setelah semuanya sudah beres, baik konsumsi, udangan tahlilan yang disiarkan dari rumah kerumah ~selain jobdesk masak-masak, di desa saya ada juga orang yang selalu dipercaya untuk mengundang orang-orang  datang ke tahlilan~, hingga properti acara, maka tahlilan siap dilaksanakan. Sehabis isya atau sehabi asyar adalah waktu dimana biasanya tahlilan dilaksanakan, orang orang akan datang berombongan berjalan kaki bersama-sama kemudian menyalami tuan rumah dan duduk melingkar didalam. Sembari menunggu pak kyai datang orang-orang akan mengobrol menanyakan kondisi sawah garapannya, hasil tanding bola semalam, atau sekedar bercanda membicarakan hal hal remeh.

Setelah pak kyai datang,tuan rumah dan pemuda-pemuda yang berinisiatif membantu, langsung menuju dapur untuk mempersiapkan teh dan jajanan ringan yang akan dibagi. Sebelum tahlilan dimulai biasanya kami minum teh, merokok, ngemil camilan terlebih dahulu sampai akhirnya pak kyai membuka acara dan doa tahlil dimulai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun