Sebagai pendidik penulis merasa gelisah, Mengapa demikian? Karena penulis mengalami bahwa setiap pergantian menteri pasti akan berganti pula kebijakan yang digunakan. Diluar pro dan kontra yang ada, iya apa tidaknya namun ketika penulis alami sendiri memang nyatanya demikian.Â
Kurikulum merdeka sendiri dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim di era Pemerintahan Joko Widodo pada tahun 2019 yang dilatarbelakangi dari hasil penilaian Programme for Internasional Student Assesment (PISA)Â dengan hasil penilaian peserta didik yang ada di Indonesia sangat kurang.Â
Kurikulum merdeka sendiri berdasar data dari pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id mempunyai karakteritik yaitu 1) Fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam; 2) Waktu lebih banyak untuk pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (p%); 3) Capaian pembelajaran adalah per fase dan jam pelajaran fleksibel mendorong pembelajaran yang menyenangkan; 4) Memberikan fleksibilitas bagi pendidik untuk membuat perangkat ajar dan 5) Mengedepankan gotong royong dengan seluruh pihak.Â
Hal yang mendukung kurikulum merdeka ini sudah disiapkan banyak oleh pemerintah sebagai contoh adalah Platform merdeka belajar, seri webinar, komunitas belajar, narasumber praktik baik, mitra pembangunan dll. Dengan dukungan ini semua pendidik diharapkan mau dan mampu untuk belajar mandiri, mengembangkan kemampuan dirinya untuk mendukung tercapainya kurikulum merdeka ini.Â
Pada praktiknya para siswa sendiri lebih bisa leluasa dalam belajar, ada mata pelajaran P5 terjadwal sendiri yang membuat anak-anak bisa membuat sesuatu hal yang lebih berguna dan beranekaragam dengan tema-tema yang ada, mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan minat dan bakat baik di bidang seni yaitu musik, tari, rupa dan teater juga dalam bidang sains, teknologi dan olahraga. Disisi lain anak-anak juga masih perlu ditekankan pada kemampuan pemahaman, literasi dan numerasi yang masih kurang. Para siswa terlihat santai karena tidak ada lagi standar utama kelulusan sebagai contohnya UN pada kurikulum sebelumnya. Perlunya motivasi dan semangat yang lebih untuk ditekankan kepada anak-anak.Â
Nah, dengan pergantian menteri saat ini yaitu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Bapak Abdul Mu'ti di era Presiden Prabowo wacana pergantian kurikulum juga semakin santer mencuat. Pembelajaran Deep Learning nampaknya akan mengantikan kurikulum merdeka.Â
Dikutip dari akun instagram ditjen.gtk.kemdikbud menuliskan bahwa Deep Learning sendiri adalah pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Metode ini ada 3 elemen utama yaitu 1) Mindful Learning yaitu menyadari keadaan murid yang berbeda-beda. 2) Meaningful Learning yaitu dilakukan untuk mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar. 3) Joyfull Learning yaitu cara untuk membuat siswa merasa senang dan puas dalam mencari pemahaman mendalam suatu pelajaran. Â
Merdeka? Apakah kurikulum baru ini akan menjawab dan melengkapi kekurangan dari kurikulum sebelumnya atau malah merubah semuanya dari kurikulum sebelumnya? Kita lihat saja kedepannya, penulis yang berprofesi sebagai guru tentunya juga selalu menantikan perkembangan dan perubahan apa yang akan terjadi untuk diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia.Â
Dari informasi di atas, apakah benar kurikulum Deep Learning bakalan menggantikan KurikulumMenyikapi hal itu sebagai pendidik tentunya harus bersiap dan bersikap dengan keadaan apapun, pasti semua kurikulum yang dibuat itu sudah dengan pemikiran yang matang oleh para pakar dan ahli pendidikan. Penulis mengalami pergantian berbagai kurikulum dan disitu juga banyak menemukan hal yang baik namun juga mesti ada kekurangan.Â
Pendidik harus bersiap disegala medan apapun dan harus selalu bersikap untuk belajar mengupgrade kemampuan terus menerus dan tidak berhenti begitu mengalami perbedaan atau pergantian. Pendidik harus selalu tertantang dan harus menjadi pembelajar sepanjang hayat.Â