Mohon tunggu...
Krispianus Longan
Krispianus Longan Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerjaan Sosial

Mengabdi di Kecamatan Riung Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Handphone KPM PKH

4 Juni 2020   09:59 Diperbarui: 4 Juni 2020   09:52 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu saya mendapatkan informasi dari Kordinator Program Keluarga Harapan (PKH) kabupaten Ngada untuk melakukan sosialisasi Perubahan Kebijakan Bantuan Sosial PKH pada masa Covid-19. Tugas yang harus saya selesaikan dalam waktu dekat sebagai pendamping keluarga harapan, dalam bayang-bayang pandemi Covid-19.

Tentu sangat tidak ideal untuk turun ke lapangan, mengumpulkan Keluarga Penerimaan Manfaat (KPM) dan menyampaikan perubahan kebijakan tersebut. Selain karena melanggar himbauan work from home, juga pertimbangan resiko.

Dalam kondisi sekarang, NTT kembali berstatus zona merah. Pasien terus bertambah walau grafiknya bergerak pelan, semua orang perlu lebih waspada lagi.

Apalagi NTT cukup minim ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendeteksi Covid-19, dan merawatnya. Semua harus waspada, termasuk saya. Jangan sampai saya yang menularkan, atau sebaliknya; jangan-jangan saya ditularkan.

Apalagi mereka yang akan saya kunjungi umumnya adalah kelompok yang profesi utamanya sebagai petani. Sejujurnya, para petani juga termasuk kelompok yang rentan covid-19, sebab mereka selalu beraktivitas dalam kelompok-kelompok besar dalam komunitasnya. Penularan akan sangat cepat kalau sudah ada individu yang positif Covid-19.

Itulah pertimbangannya, yang kemudian mendorong saya untuk memutuskan, melakukan sosialisasi Perubahan Kebijakan Bantuan PKH menggunakan teknologi, handphone. Tetapi, saya sadari, keputusan ini tidak serta merta akan berjalan mulus.

Bagi yang belum tahu, lokasi dampingan saya letaknya di ujung barat kabupaten Ngada, tepatnya Kecamatan Riung Barat; dengan sepuluh desa didalamnya.

Sebuah kecamatan yang boleh dibilang masih sangat terbatas dalam banyak hal. Kecamatan ini mungkin satu-satunya kecamatan di Kabupaten Ngada yang sampai dengan tahun 2020 belum ada aliran listrik dari PLN.

Sampai  dengan  tulisan  ini  dibuat  (Mei  2020)  baru  ada  tiga  desa  yang  "rencananya"  akan dipasang jaringan listrik. Sejak Januari 2020 memang sudah ada tiang listrik yang mulai ditancapkan sepanjang jalan menuju ketiga desa tersebut, semoga secepatnya terealisasi.

Selain listrik, fasilitas pendukung utama kegiatan sosialisasi melalui handphone adalah ketersediaan jaringan telekomunikasi, sinyal. Di kecamatan Riung Barat sudah ada tower sinyal handphone. Dari pemancar ini, sinyal bisa menjangkau beberapa desa. Namun pancaran sinyal dari tower ini sudah banyak dimaklumi oleh masyarakat setempat.

Ketika ada pancaran sinyal, pengguna boleh bersyukur; begitupun sebaliknya, harus tetap bersyukur. Sudah menjadi perihal biasa jika sang tower tidak dapat memancarkan sinyal hingga berhari-hari lamanya. Masyarakat hanya bisa "harap-maklum".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun