Mohon tunggu...
Priyono Budisuroso
Priyono Budisuroso Mohon Tunggu... Dokter - Dokter SpA di Purwokerto

Pangkat dan Golongan sebagai PNS sudah "mentok" IV E, tidak ada Pangkat dan Golongan yang lebih tinggi lagi, kalo di Ketentaraan berarti " Jendral" ya., Tidak cari musuh dan tidak ingin dimusuhi " Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wejangan Ibunda Tercinta

4 Agustus 2019   23:37 Diperbarui: 4 Agustus 2019   23:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya adalah "anak kolong", kami bersaudara 8 orang, 3 wanita dan 5 laki2.

Sebagai anak kolong, konsekuensinya kami sering berpindah kota karena pindah tugasnya ayah. Saya lahir di komplek tentara Tuguran 65 tahun silam, saat ayah menjadi Komandan Batalyon 436 Magelang. Dari Magelang kami ikut pindah ayah ke Pati, kemudian Bandung karena ayah masuk pendidikan SSKAD, kemudian pindah  Kaliurang sambil menunggu penempatan ayah yang ternyata dipindah ke Padang, kemudian pindah  Bukittinggi,menjadi komandan KOREM 32. kemudian pindah kembali ke Bandung karena ayah mengikuti pendidikan SESKOAD. Dari Bandung sempat tinggal di Jogyakarta sambil menunggu penempatan ayah yang ternyata di pindah ke Salatiga, menjadi DanRem 73 Makutarama, setelah itu pindah kembali ke Magelang, ayah jadi Komandan Resimen Induk Diponegoro .

Kemudian mengikuti ayah pindah Semarang menjadi WaKasDam VII Diponegoro. Saat ayah di pindahkan lagi ke Padang menjadi KasDam , saya tidak ikut, takut mengganggu adaptasi sekolah , karena saat itu saya klas 3 SMA.

Ibunda adalah ibu rumah tangga biasa, karakter kami terbentuk dari hasil didikan yang kolot dengan disiplin yang ketat, cenderung keras.
Mungkin karakter saya terbentuk dari didikan kuno ibunda tercinta .

Ada beberapa wejangan yang tetap melekat di benak saya.sampai sekarang.

Wejangan nya  antara lain :
* Bila engkau dapat penghasilan pertama, bagi menjadi 3 bagian, sepertiga kasihkan orang tua mu, sepertiga kasihkan istrimu dan sepertiga sisanya untuk kamu.

Saya masih ingat, setelah lulus dokter, pernah di minta kakak ipar menggantikan praktek. Saat itu dapat 3 ribu rupiah, sesuai wejangan ibunda, seribu saya serahkan ke bunda tercinta, seribu untuk istri dan seribu buat saya. Uang seribu rupiah tersebut buat kenang2 an, agar tidak rusak atau terpakai, saya simpan di plastik dan terselip di dompet, menjadi semacam "jimat" yang sampai sekarang sudah 39 tahun umurnya. ( Baca juga di Kompasiana  : jimatku uang seribu rupiah).

* Wejangan lainnya adalah, bila engkau punya penghasilan, serahkan pada istrimu , ambil sedikit saja sebagai "pegangan" agar kamu tidak "Ingah ingih" ( bahasa Jawa), supaya kamu punya "percaya diri". Sampai sekarang, wejangan tersebut tetap saya pegang teguh. Semua penghasilan saya serahkan ke istri, saya hanya mengambil sedikit saja untuk "pegangan dan isi dompet". 

Beruntung saya punya istri yg bukan golongan suka foya2, hampir semua penghasilan dia sebagai dosen dan setoran penghasilan saya di tabung di beberapa bank, sampai ada beberapa bank tergolong "NASABAH PRIORITAS". Kalau Hari Raya, berjejer parcel dari Bank2 untuk istri tercinta, bila ulang tahun, berjejer kue ultah dari beberapa bank.

Bila akan membeli mobil, rumah atau segala sesuatunya yang butuh uang banyak, kami rundingkan bersama.
Saya tidak bisa memberi hadiah "kejutan" saat ulang tahun istri berupa mobil atau rumah, tetapi sudah merupakan rutinitas untuk ultah pernikahan dan ultah nya, saya beri hadiah perhiasan ataupun lainnya misal Hp, jadi sekedar hadiah paling puluhan juta dan tidak ratusan juta. Itupun dari penyisihan uang pegangan/ uang saku saya yang tidak seberapa.

Karena hemat menabung istri, kami bisa membeli beberapa mobil dan beberapa rumah untuk investasi, semua kepemilik atas nama istri.
Dengan diberlakukan nya "pajak progresif" untuk mobil, memang jadinya pajak mobil kami menjadi mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun