Mohon tunggu...
Ipeh Alena
Ipeh Alena Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Love to Learn

Penulis Konten - Blogger - Pembaca Buku - Suka Ulas Buku - Fotografer Amatir

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mengenang Satu Tahun Kepergian Stan Lee Melalui Marvel Universe

13 November 2019   09:56 Diperbarui: 14 November 2019   12:26 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
stan lee | cinemablend.com

Mengikuti film superhero dari awal hingga akhir kemudian mencari relasi antara satu film dengan film lain, sampai mencari kode-kode yang tidak disampaikan secara blak-blakan merupakan satu pencapaian yang tak pernah bisa dilupakan. Semua ini karena sosok mendiang Stan Lee.

Berawal dari menikmati tontonan Iron Man. Yang berlanjut ke film Thor. Hingga saat menyaksikan tayangan ulang Hulk, di mana kemunculan Tony Stark pada bagian akhirnya membuat saya terperangah. Barulah diri ini paham, bahwa ini dinamakan Marvel Universe. Sebuah cerita yang terus memiliki kaitan dengan cerita di film lain dalam satu dunia yang sama. 

Bagi pembaca buku seperti saya, kisah ini bisa dinikmati di buku-buku dwilogy, trilogy atau serial. Namun, untuk benar-benar menyaksikan film, bukan drama series, baru Marvel yang membuat saya melek. Berkenalan dengan dunia yang dibangun Stan Lee dalam setiap karakter heroiknya.

Membawa saya pada kondisi candu. Ada saja keinginan untuk terus menonton film-film Marvel. Sampai, menebak-nebak apakah anggota X-Men juga akan tampil bersama para Avenger atau tidak.

Dari banyaknya Superhero karya Stan Lee. Ada satu sosok yang entah kenapa saya selalu dibuat takjub. Thor, si putra Odin. Dari penggarapan film pertamanya, saya jatuh cinta.

Terutama dengan dunia Asgard yang tampak benar-benar sempurna bagi saya. Dalam cerita world building merupakan hal yang sering dianggap remeh. Tak sedikit pula beberapa kisah yang menyajikan dunia baru untuk dinikmati namun berakhir mengecewakan.

Contohnya, world building dalam film Stardust. Di novelnya, saya sangat menikmati alurnya sampai dunia yang dibangun Neil Gaiman (gatakwa :p). Sementara di filmnya, sungguh saya tak mau menilai karena kecewa.

Dunia Asgard, berisi banyak hal yang membuat saya menyukainya. Mulai dari hubungan Thor dan Loki. Bagaimana dinginnya sikap Odin yang sering seperti tak peduli. Sampai, lembutnya sosok sang Ibu, meski hanya sebentar saja menampakkan diri, tapi masih terasa kuat karakternya. 

Apalagi, kisah di dunia Asgard ini menampilkan satu kondisi ilmiah, yaitu dunia paralel. Yang masih enak untuk dibahas. Namun, bagi pribadi dengan otak terbatas seperti saya, rasanya saya hanya menyukai jika pembahasannya mengenai hal yang ringan. 

Pertama kali mengenal dunia paralel ini dari trilogi karya Philip Pullman berjudul His Dark Material. Pada buku the Subtle Knife, dikisahkan seorang anak yang merobek sesuatu yang tampak tak kelihatan. Namun, rupanya sobekan itu membawanya pada dunia lain. Dunia yang tampak sama dengan yang dihuni oleh mereka. Tapi, memiliki banyak sekali perbedaan.

Nah, dari sinilah saya mudah masuk ke dunia Asgard yang memang tampak seperti kehidupan masa lalu manusia di bumi. Seolah penduduknya hidup di masa-masa kerajaan Romawi. Hanya saja, dilengkapi dengan kekuatan yang sangat hebat.

Sosok kedua dari karakter yang dibuat oleh Stan Lee ini adalah Black Widow. Ya, Natasha Alianovna Romanova, seorang agen mata-mata yang kemudian direkrut untuk menjadi bagian dari Avenger. 

Dia seorang wanita yang tampaknya tak memiliki kelebihan apa-apa. Namun, kalau dicek di beberapa website fandom. Wanita ini dikabarkan memiliki serum anti tua. Gara-gara saat pelatihan di karantina khusus agen rahasia. Dia mendapat suntikan khusus yang membuatnya tak akan menua. 

Namun, yang paling mengesankan buat saya dari Romanova ini. Dia adalah wanita yang bisa menjadi sahabat bagi banyak orang. Memiliki kelembutan hati. Tapi, tak menciut kala harus berhadapan dengan musuh. Bukan berarti ia tak memiliki rasa takut. Karena, ia pernah menghadapi ketakutan ketika berhadapan dengan Hulk dan Hawk Eye.

Cuma, Natasha ini ingin menunjukkan bahwa kita tetap bisa berani melawan musuh meski rasa takut itu ada. Jangan mau menjadi korban yang tak melakukan perlawanan. Lawanlah musuhmu hingga titik darah penghabisan dengan kemampuan yang kita miliki, selemah apapun diri kita. Ah, jadi baper saya. Maklum, karena sama-sama perempuan, jadi saya menyukai karakternya.

Karena Kapten Marvel ini masih baru saya kenal. Jadi, sosok Romanov inilah yang paling menonjol di mata saya. Kalau diingat kembali, sosok Romanov ini mirip dengan karakter Helena di novel An Amber in the Ashes karya Sabaa Tahir. 

Kuat dan tak mau menyerah menghadapi kondisi sedarurat apapun. Setidaknya, meski tampak tak memiliki kekuatan super seperti Kapten Marvel. Romanov yang bahkan seperti putus urat takutnya, melompat ke pesawat alien saat pintu dunia paralel dibuka, adalah momen yang membuat saya merasa WAW.

Dalam cerita seperti novel, pembangunan dunia baru tempat para tokohnya bermukim dan melakukan aktivitas. Bukan lagi hal yang baru. Itulah kenapa serial keluarga Pevensie diangkat ke layar lebar. The Chronicles of Narnia karya C.S Lewis, merupakan kisah yang dibangun di dunia yang berbeda.

Sayangnya, di filmnya tidak lagi dilanjut. World Building inilah yang saya pelajari dari Marvel Universe. Bagaimana cara agar setiap aksi dan reaksi tokoh di satu bagian.

Tidak mengganggu tokoh di bagian lain. Bagaimana menyatukan setiap takdir atau aktivitas antar tokoh dari dunia berbeda namun tetap berkaitan. Dunia lain yang dibangun Stan Lee inilah yang membuat saya tertarik. 

Bagaimana seorang kreator, membangun dunia yang hampir sama namun berbeda. Tapi, masih logis untuk dinikmati meski ada banyak unsur fiksi di dalamnya. Bagaimana membuat para tokoh ini, mengambil keputusan. 

Baik storyworld, karakter, motivasi setiap karakter, keputusan, alur sampai latar cerita. Merupakan elemen dasar dalam membuat story telling. Elemen-elemen inilah yang sedang saya pelajari dari Marvel Universe karya Stan Lee. 

Untuk itu, saya ucapkan terima kasih dari lubuk hati terdalam kepada mendiang Stan Lee. Terima kasih untuk semua karakter superhero-nya. Terima kasih untuk kejutan-kejutan yang muncul di setiap cerita.

Terima kasih sudah menjadi pemeran pembantu di setiap filmnya, hingga membuat saya mencari-cari keberadaanmu. Terima kasih sudah menyajikan kisah yang selalu saya nantikan. Terima kasih untuk semuanya, dear Stan Lee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun