Mohon tunggu...
Ipeh Alena
Ipeh Alena Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Love to Learn

Penulis Konten - Blogger - Pembaca Buku - Suka Ulas Buku - Fotografer Amatir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Langkah Efektif untuk Mengubah Kebiasaan Buruk

4 Oktober 2019   05:05 Diperbarui: 4 Oktober 2019   05:10 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tahun 2019 sudah hampir mendekati akhir. Beberapa bulan lagi tahun 2020 menyapa. Beberapa kebiasaan masyarakat Indonesia setiap tahun baru adalah membuat resolusi. Atau memasang target-target agar kehidupan di tahun yang baru menjadi lebih baik. Tapi, sering kali keinginan dan harapan untuk mengubah kebiasaan menjadi sangat sulit. Memang, mempertahankan apalagi memperbaiki itu lebih sulit. Kenyataan sering membeberkan hal yang memanjakan sehingga susah untuk mengubahnya.

James Clear dalam bukunya berjudul Atomic Habits. Menyatakan bahwa, untuk membentuk kebiasaan baik dibutuhkan sistem yang tepat. Tapi, sebelum masuk ke dalam sistem ada yang perlu diketahui. Dasar dari segala macam perubahan itu selalu berasal dari langkah kecil. Perubahan yang sangat kecil, bahkan terkadang tampak tak terlihat. Namun, dilakukan secara konsisten. Justru bisa membangun kebiasaan-kebiasaan lain yang memiliki dampak lebih besar. 

Faktanya, perubahan kecil ini yang nantinya akan membentuk identitas baru pada diri kita. Namun, harus diketahui pula kesalahan yang paling mendasar dalam mencapai tujuan untuk perubahan yang besar. Banyak orang terlalu fokus pada sasaran yang ingin diraih. Sehingga mendorong diri mereka melakukan aksi-aksi yang mengawalnya menuju sasaran tersebut. Tapi, mereka melupakan tentang cara pandang mereka terhadap diri mereka sendiri. Sehingga, tanpa disadari, identitas lama mereka masih menetap dan menyabotase rencana mereka untuk berubah. Pada akhirnya, perubahan itu seolah berakhir menjadi impian semata.

Seperti contoh ketika seseorang yang terlahir kaya raya. Ingin sekali menjalani kehidupan yang sederhana. Tidak selalu berfoya-foya hingga menghabiskan hampir setengah kekayaannya dalam waktu sebentar. Kemudian, ia melakukan banyak aksi seperti mengurangi pertemuan dengan klien di restoran mahal. Menggantinya dengan meeting di kantor. Atau mengurangi pesta-pesta serta belanja barang yang mahal. Namun, identitas lamanya yang merupakan seorang konsumtif masih menetap. Sehingga, ketika ia lengah, kondisi alam bawah sadarnya mengembalikannya pada identitas awal. Sebagai sosok yang konsumtif dan senang belanja serta berpesta.

Bagaimana solusi yang mampu memberikan jalan keluar untuk ikut mengubah identitas lama? Salah satunya yaitu penerapan motivasi secara alami melalui kebiasaan kecil. Kemudian, berbanggalah serta berbahagialah dengan keputusan dan motivasi yang Anda dapatkan. Sehingga hal itu tersimpan dalam alam bawah sadar. Hingga mampu mengikis dan mengubah identitas lama menjadi identitas baru sebagai pribadi yang lebih baik lagi. Setelah itu, kemudahan demi kemudahan akan didapat karena mampu mengembangkan kebiasaan kecil yang baru ini menjadi lebih besar. 

"Perubahan perilaku adalah perubahan identitas. Anda mungkin memulai suatu kebiasaan karena motivasi, tapi satu-satunya alasan Anda mempertahankannya adalah karena itu bagian dari identitas Anda." ~ Halaman 41

Faktor lain yang juga tak kalah penting dalam menerapkan perubahan yaitu, seberapa sering Anda mengulang kebiasaan kecil tersebut. Pengulangan ini ternyata mampu memberikan sinyal pada alam bawah sadar, bahwa ini adalah pembentukan identitas baru. Sehingga, dalam kondisi seperti inilah diri kita memercayai bahwa hal tersebut adalah kebiasaan yang merupakan identitas kita. Komitmen diri dalam melakukan pengulangan kebiasaan-kebiasaan kecil rupanya bisa mendatangkan pengalaman luar biasa pada diri kita.

Pengalaman yang kita rasakan sendiri akibat kebiasaan kecil yang diterapkan. Tentu menjadi tahapan perubahan yang mampu membuat perbedaan meski dampaknya masih kecil. Bahkan cenderung tidak terlihat. Tapi, terjadi perubahan makna dalam bukti kecil yang direkam oleh alam bawah sadar kita. Sehingga kebiasaan kecil tersebut, meski tampak remeh, ternyata bisa mendatangkan hasil yang mengajarkan kita terhadap sesuatu yang jauh lebih penting, yaitu percaya pada diri kita sendiri.

"Identitas baru memerlukan bukti baru. Bila terus menampilkan suara mendukung yang sama seperti yang biasanya, Anda akan mendapatkan hasil yang sama seperti yang biasanya. Kalau tidak ada yang berubah, tidak ada pula yang akan berubah." ~ Halaman 47

Setelah menerapkan kebiasaan kecil secara berulang. Tentunya kita membutuhkan gebrakan lain agar kebiasaan tersebut menghasilkan perubahan yang besar. Maka, kita harus mengetahui cara kerja dari kebiasaan ini. James Clear mengadaptasi proses pembagian perubahan dari buku The Power of Habit karya Charles Duhigg. Ada empat langkah yang memengaruhi pembangunan kebiasaan ini, yaitu : Petunjuk, Gairah, Tanggapan dan Ganjaran. Langkah ini merupakan pemicu yang membangkitkan otak untuk merekam segala macam perubahan dalam diri kita dalam membentuk identitas baru. Namun, sebelumnya, sebaiknya kita ketahui dahulu apa dan bagaimana cara empat hal tersebut bekerja.

Petunjuk adalah modal awal yang memicu otak untuk memulai perilaku. Informasi kecil inilah yang nantinya akan memberi kemudahan pada diri Anda tentang apa yang akan didapat nantinya. Dalam pikiran kita, tentu akan terus menganalisa beragam petunjuk yang nantinya akan menghasilkan satu sinyal untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Jika petunjuk sudah didapat maka akan sangat mudah melaju ke langkah kedua. Petunjuk ini hal utama, jika petunjuk terhadap kebiasaan yang ingin Anda kembangkan dihilangkan. Maka kebiasaan sekecil apapun tidak akan dimulai. Sehingga meruntuhkan tiga fondasi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun