Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Humor

Humor FIFA & PSSI

28 Mei 2015   08:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14327774771647017671

FIFA dan PSSI organisasi sepak bola Internasional dan Lokal saat ini punya kesamaan nasib rupanya, ya sama-sama dihujat. karena yang pertama terbukti sebagai lembaga sarat korupsi dan koruptor dan yang kedua sebagai lembaga yang diduga juga menjadi sarang mafia bola lokal dan tempat kepentingan parpol tertentu.

Dari namanya FIFA, kalau urang Sunda pasti bacanya PIPA seperti katan Fanta menjadi Panta dan Viva Forever juga dibaca PIPA POREPER! Jadi tidak jauhdari huruf P!

Dilihat dari aturan permainan sepak bola sendiri sebenarnya keduanya telah melanggar hukum karena mereka menganut azas kebal hukum. Kalau pemain harus mengikuti aturan wasit, rupanya FIFA dan PSSI ogah mengikuti aturan hukum lokal dan dunia, bahwa semua organisasi itu didepan hukum sama, tidak ada yang kebal hukum.

Penangkapan pejabat teras FIFA sebenarnya tinggal tunggu waktu saja seperti teknologi garis gawang yang akhirnya diakui sebagai cara yang konsisten dan valid untuk mensahkan sebuah gol. Sesuatu yang ditentang banyak orang sebelumnya (karena timnya belum kalah saja) karena mengurangi efek dramatik disebabkan terlalu mekanis-sesuatu pemikiran usang yang bikin geli. Anda ingat ada wasit menghukum kartu merah pemain kulit hitam tapi salah orang karena kemungkinan si wasit kulit putih ini bingung kok pemain kulit hitam sama semua mukanya (LOL)-dan akhirnya keputusan fatal ini dianulir....tapi malunya itu cuma gara-gara tidak ingin campur tangan komputer (kamera), efek dramatiknya malah jadi senjata makan tuan.

Pertanyaannya kenapa praktek di organisasi besar ini tetap terjadi selama puluhan tahun, ingat Sepp Blatter memimpin organisasi ini sejak 1998 (17 tahun lalu) dan tetap ingin mencalonkan diri lagi dan bila ini terjadi akan menyamai rekor ketua sebelumnya Joao Havelange.  Lantas mengapa Sepp Blatter memimpin? Apakah karena uangnya kencang dan kongkalingkong dengan organisasi sepak bola dimanapun di dunia? Minus UEFA sptnya, karena EUFA paling kritis dengan Blatter yang orang Swiss ini. Dan lucunya Michael Platini, ketua UEFA tidak mau mencalonkan diri jadi ketua FIFA sepanjang ada Blatter. Platini memang cerdik, sebagai mantan pemain top terbaik dunia, dia paham reputasinya akan hancur bila bersaing atau bergandengan tangan dengan "Koruptor".

Pertanyaan berikutnya FIFA itu organisasi dibawah siapa ya? IOC ? Tapi kok bisa kebal hukum dan kekuasaannya dalam menentukan tempat penyelenggaraan Piala Dunia dan campur tangan dalam hak penyiaran televisi sangat luar biasa? Istilah Korupsi berjamaah bisa juga dialamatkan pada FIFA, padahal istilah berjamaah sendiri kalau dalam sholat si imam dan jamaahnya dapat derajat lebih tinggi, kalau koruptor berjamaah harusnya langsung Kartu Merah dan diusir dari tempat pertandingan.

Urusan buat gol saja ternyata bukanlah hal yang besar dalam pertandingan sepak bola, dan rupanya pengurusnya yang tidak berkesempatan jadi Messi dan Ronaldo ingin ikut andil membuat gol untuk kepentingan pribadinya sendiri.  Piala Dunia 2018 di Rusia dan Piala Dunia 2022 di Qatar rupanya sarat korupsi....dan memang aneh penentuan Piala Dunia ditentukan 8 tahun sebelumnya, umumnya kan 4 tahun seharusnya. Sepp Blatter ternyata bukan Sepp Maier, penjaga gawang legendaris Jerman!

Kalau FIFA saja bisa diendus praktek korupsinya ,seharusnya KPK juga bisa mengendus korupsi di PSSI...dan siap siap juga bila sudah menentukan tersangkanya....payung hukum untuk menolak prapradilan sudah disiapkan.

FIFA...for the good of the game....sekarang menjadi eliminate all the corruptors...for the good (habisi koruptor selamanya/permanen).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun