Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

NET TV Kolaps?

10 Agustus 2019   00:25 Diperbarui: 10 Agustus 2019   00:40 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudah-mudahan sih tidak, tapi itu yang mungkin terjadi saat ini dan seakan jadi buzzwords di kalangan pemerhati media karena adanya rencana PHK alias pemutusan hubungan kerja di stasiun televisi yang belum 10 tahun berdiri ini.

Dibilang mengagetkan jelas karena dua tahun lalu pada peringatan ultah ke 5, Net TV sanggup menghadirkan banyak bintang top luar negeri seperti Hailee Steinfeld dan Craig David dalam suatu konser yang spektakular di Sentul , Bogor. 

Namun berita terbaru saat ini, sepertinya cerita memilukan tentang stasiun tv ini hanya soal waktu untuk melengkapi kisah inovasi disrupsi yang memakan korban di media entertainment yaitu perkembangan internet dan transformasi digital yang pakemnya memanjakan penonton dengan konsep yang harus tetap menarik, variatif,  penuh kejutan dan yang terpenting murah dan mudah diakses.

Net TV sebagai stasiun televisi yang baru beroperasi enam atau tujuh tahun lalu ini sangat inovatif dalam mengemas program dengan pendekatan yang sangat menarik, kreatif, gres dan "look urban".

Dan ini sebenarnya modal utama untuk mendapatkan perhatian penonton dan terlihat cukup sukses seperti terlihat dari banyaknya tayangan non drama, documentary, sit-com, variety show, news dan talk show yang cukup menjanjikan.

Ditopang dengan tenaga kreatif dan berpengalaman di pucuk pimpinannya dan dilengkapi karyawan yang kebanyakan fresh graduate atau milineal dengan skills yang telah dilatih dan diarahkan,sebenarnya stasiun televisi ini dianggap akan berkembang dengan cepat dan dinamis seperti tag brandnya, TV Masa Depan.

 Lantas apakah faktor yang membuat banyak stasiun televisi bukan hanya Net TV saja yang sebenarnya bermasalah saat ini?

Menurut penulis ada dua hal yaitu perkembangan teknologi yang memungkinkan orang menonton televisi tidak hanya lewat media teresterial yang waktunya telah ditentukan oleh pengelola televisi namun oleh penonton yang sekarang menjadi subjek setiap tontonan yang ingin ditontonnya.

Hal kedua adalah banyak penonton yang beralih platform objek yang ingin ditontonnya bukan hanya program televisi saja tapi tayangan dengan format lain via media sosial yang memungkinkan penonton bisa menjadi subjek dan bintang dari program video yang diproduksinya sendiri (Youtuber).

Dan yang terpenting lewat media sosial, penonton bisa saling berinteraksi secara cepat dengan waktu yang diinginkan dan dengan partner yang disukainya, peer to peer.

Konsepnya kalau dulu televisi tradisional berlaku sistem one source for all, sekarang dengan adanya media internet konsepnya all for all.

Hal ini jelas mengurangi porsi waktu kepermirsaan penonton kepada televisi tradisional. 

Belum lagi perkembangan big data dan algoritma memungkinkan pengiklan paham siapa penonton yang ingin ditargetnya tanpa harus memperhatikan demografi penonton seperti yang dilakukan dalam pemasaran tradisional.

Karena lewat algoritma, setiap data penonton akan terlihat profil pribadi , apa yang ditonton, jam berapa, produk yang akan dibeli jadi ada tiga data yang dengan mudah ditangkap oleh pengiklan yaitu data profil, data berselancar di media sosialnya dan data transaksi.

Hal ini semacam kekayaan yang tidak bisa didapatkan lewat media pemasaran tradisional apalagi lewat rating yang sepertinya sudah menjadi parameter usang karena hanya mementingkan jumlah penonton tapi bukan mutu yang menonton.

Terakhir beriklan di media sosial lebih murah dan lebih akurat mencapai ke target potential buyernya sehingga ini bagi pengiklan merupakan platform yang efektif dan efisien, jadi buat apa tayangkan iklan di program di televisi yang setiap commercial breaknya tidak ditonton.

Kesimpulan akhirnya media televisi tradisional harus sigap dan cepat untuk beralih platform dan mendekati penontonnya yang makin pandai dan cerdas dengan pendekatan yang lebih cerdas dengan memahami platform barunya.

Bahkan di bidang lain seperti ritel di negara maju , setiap pembeli bisa menggunakan perangkat virtual reality dan augmented reality sebelum membeli produk yang diinginkan seperti kostum atau mobil, tanpa harus membuka baju dan tanpa harus naik mobilnya, tapi lewat VR dan AR, pengalaman yang didapat tidak dapat berbohong.  

Tanpa adanya inovasi nasib Net TV dan lainnya yang pernah happening sama seperti produk handphone Nokia yang tidak mau invest di teknologi internet/android, Kodak yang tidak mau invest di bidang foto digital dan Blockbuster yang ditinggalkan penonton untuk beralih ke Netflix.  

Disruptive innovations create jobs, efficiency innovations destroy them (Clayton Christensen)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun