Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Matahari Penyebab Pemanasan Global?

30 Maret 2018   09:02 Diperbarui: 30 Maret 2018   10:01 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita telah mengetahui bahwa Matahari sebagai sumber energi dan cahaya telah memberikan sinarnya kepada planet di antariksa dari Merkurius hingga Pluto. Sepertinya halnya juga dengan Bulan sebagai satelit dari planet Bumi semua planet dan bintang hanya memantulkan saja sinar dari Matahari seperti Bulan yang terlihat terang di malam hari.  Lantas apakah Matahari dengan sinarnya yang selalu intens, artinya tidak pernah berkurang kekuatannya-dari hasil penelitian para ahli, apakah patut disalahkan dengan terjadinya pemanasan global? Kalau ya mengapa itu hanya terjadi saat ini kenapa tidak terjadi pada ratusan tahun lalu?

Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa Matahari bahkan pernah "berkurang" (irradiance)sinarnya kepada Bumi yang disebut dengan Little Ice Age (Jaman Es Kecil) pada tahun 1650-1850 dimana ada di sejumlah tempat di Greenland dan Pegunungan Alpen lapisan esnya malah tumbuh menebal.

Sejak tahun 1750 besaran kekuatan sinar Matahari hingga saat ini tetap sama, hanya yang berbeda saat ini suhu di atmosfir dingin sedangkan di Bumi makin panas. Dan penyebabnya adalah gas efek rumah kaca yang menghalangi pantulan panas Matahari yang seharusnya ke luar angkasa namun berbalik ke Bumi lagi. Artinya ada aktivitas manusia yang menyebabkan hal ini terjadi sehingga menimbulkan gas efek rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), Metan (CH4), Dinitrat Oksida (N20), Chlorofluorocarbons (CFCs)dan Uap Air (Water Vapor).

Hasil penelitan menunjukkan kegiatan industri yang dilakukan manusia telah meningkatkan jumlah CO2 dari 280 parts per million (ppm) ke 400 ppm dalam kurun waktu 150 tahun terakhir. Kegiatan yang juga meningkatkan jumlah gas efek rumah kaca yang akhirnya membuat Bumi makin panas dalam 50 tahun terakhir.

Artinya manusia hidup di dunia itu harus mencari keseimbangan agar kita bisa hidup lebih lama dan tidak harus berpindah ke planet lain yang secara kasat mata ternyata tidak bisa ditinggali seideal di Bumi. Katakan Planet Mars yang mempunyai lapisan atmosfir yang sangat tipis (very thin), dan hampir semuanya mengandung karbondioksida. Karena tekanan atmosfirnya yang rendah dengan minimnya gas metan dan tidak adanya uap air maka permukaan Mars sebagian besar beku dan tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.

Sementara di Planet Venus hampir seluruh atmosfirnya diisi oleh karbondioksida seperti Mars. Namun jumlahnya CO2nya 300 kali jumlah yang ada di Bumi dan Mars, serta menghasilkan gas efek rumah kaca selain permukaannya sangat panas dan bisa membuat meleleh.    

Keseimbangan siklus karbon (carbon cycle) yang telah disediakan alam seharusnya kita jaga dengan tidak menambah gas efek rumah kaca yang menjebak panas Matahari yang sebagian besar (90 persen) diantaranya terpantul kembali ke Bumi dengan cara hidup lebih bijaksana dalam mengatur kegiatan ekonomi yang menggunakan bahan bakar fosil serta kegiatan lain yang berpotensi menghasilkan gas efek rumah kaca.  

You could warm Mars up, overtime, with greenhouse gases-Elon Musk (Anda dapat memanaskan Planet Mars dengan cara berlebihan, menggunakan gas efek rumah kaca-Elon Musk).

Ref : Dari Sejumlah Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun