Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Manusia Jadi Pemicu Pemanasan Global?

26 Maret 2018   16:54 Diperbarui: 26 Maret 2018   17:11 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya sebagian kecil ilmuwan (tiga persen) yang tidak percaya adanya pemasanan global(global warming) dan terutama menganggap manusia sebagai biang keladinya. Namun tidak terbantahkan bukti-bukti alam telah terpapar jelas dengan terjebaknya panas matahari oleh gas efek rumah kaca menimbulkan bumi makin panas sehingga banyak fenomena alam yang  menimbulkan kekacauan.

Kekacauan itu menimbulkan semakin meningginya permukaan air laut sehingga menimbulkan banyak pantai tergerus (abrasi) dan pulau-pulau kecil tenggelam; runtuhnya gunung es di Kutub Utara dan Selatan ; melelehnya puncak es di pegunungan serta timbulnya banyak angin topan adalah sebagian contoh besar bagaimana pemanasan global menjadi isu internasional yang harus diatasi oleh negara-negara di dunia bila ingin tetap nyaman tinggal di bumi.

Selama ini yang kita pahami terjebaknya panas matahari yang seharusnya terpantul ke luar angkasa oleh gas efek rumah kacaseperti Karbondioksida (CO2), Metan (CH4), Uap Air (H2O)dan Dinitrogen Oksida (N2O) pada lapisan atmosfir bumi menjadi penyebab perubahan iklim (climate change) yang berakibat buruk kepada manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia. Yang menjadi pertanyaan bagaimana siklus itu bisa terjadi dan apa peran vital manusia didalamnya.

Sebenarnya alam berperan dalam proses efek rumah kaca (greenhouse effects) karena pepohonan, tanah dan samudra menghasilkan gas dari efek rumah kaca ini untuk dilepaskan ke lapisan atmosfir. Selain membuang, alam juga menyimpan elemen dari gas efek rumah kaca ini seperti tumbuhan yang melakukan "pernapasan" (respiration) dengan menyimpan oksigen (O2)dan karbondioksida (CO2)yang berbeda dengan manusia dan hewan ketika bernapas yang menyerap O2 dan membuang CO2.

Penghasil CO2 dari alam lainnya adalah "respirasi" dari tanah dan pembusukan (decomposition). Benar tanah tidak bernapas tapi makhluk hidup yang ada didalamnya baik hewan dan tanaman melakukannya. Nah ketika mereka mati proses pembusukan terjadi dimana "jasad" nya diuraikan oleh serangga , cacing dan lainnya, dan proses dekomposisi ini juga menghasilkan gas CO2.

Penelitian para ahli menunjukkan jumlah gas CO2 yang dihasilkan dari proses pernapasan manusia dan hewan serta respirasi tumbuhan mencapai 29 persen sedangkan proses "pernapasan" tanah dan pembusukannya juga mencapai jumlah yang sama yaitu 29 persen. Sementara penghasil CO2 lewat proses alam terbesar adalah lewat samudra (ocean) yang disebut ocean atmosphere exchange (pertukaran antara samudra dengan lapisan atmosfir) yang menghasilkan CO2sebesar 43 persen. Pertukaran CO2 dan O2 antara lapisan atmosfir dan samudra terus terjadi sebagai proses alami, karena dibawah laut hidup banyak makhluk hidup dan tanaman sebagai sumber (sources) dari produksi gas efek rumah kaca.

Tuhantelah mengatur bahwa alam tidak hanya sebagai sumber gas efek rumah kaca tapi juga penimbun/ penyerapnya (sinks) seperti yang terlihat dalam proses fotosintesis (photosyntesis) dimana pepohonan menyerap CO2 dan membuang O2yang sistemnya bertolak belakang dengan proses pernafasan yang dilakukan manusia dan hewan.

Ternyata alam penghasil gas efek rumah kaca dan ikut mengatur dan menjaga  keharmonisan dan kebahagiaan makhluk yang hidup didalamnya. Lantas bagaimana keseimbangan ini bisa berubah drastis dengan adanya peran manusia?

Hakekatnya manusia ingin hidup lebih baik dari hari ke hari dengan memanfaatkan akal yang dimilikinya dalam memanfaatkan sumber alam yang disediakan bumi yaitu bahan bakar fosil dalam kegiatan transportasi, produksi barang , pertanian, peternakan dan lainnya.

Namun yang tidak diperkirakan emisi gas yang dihasilkan lewat proses pemanfaatan minyak bumi dan batu bara itu ternyata menjadi penyumbang terbesar adanya gas efek rumah kaca diluar "jumlah" proporsional yang dihasilkan alam karena jumlah gas CO2 yang dihasilkan manusia berlebihan daripada yang selama ini alam sediakan sehingga berakibat gas efek rumah kaca itu melayang-layang dan menutup/menghalangi panas (heat) matahari yang seharusnya terpantul ke luar angkasa dan efeknya bumi bertambah panas suhunya.  

"Hurricanes, tornadoes and volcanoes are all Natural Disasters. We can't fit Global Warming into that category. We have only us to blame" Veronica White (Angin topan semacam hurricane dan tornado dan ledakan gunung berapi adalah fenomena alam. Kita tidak bisa memasukkannya kedalam kategori akibat pemanasan global. Hanya kita yang bersalah (yang menyebabkan pemanasan global)-Veronica White.

Ref : Dari sejumlah sumber

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun