Mohon tunggu...
Ipan Pranashakti
Ipan Pranashakti Mohon Tunggu... Administrasi - Praktisi dan Pembelajar

Hamba Tuhan yang menyukai dunia online marketing, e-commerce. Mulai belajar sejak tahun 1998 hingga 2000, sampai benar-benar menemukan ketertarikan di jagad online hingga sekarang. Ada 2 hal yang terus beriringan yaitu perbaikan diri dan belajar dari kesalahan. "Seberapa kuat positive thinking terhadap lingkungan, seukuran itulah peluang bekerjasama, seberapakah negative thinking terhadap lingkungan, seukuran itulah hambatan untuk bekerjasama dalam lingkungan"\r\n\r\nhttp://www.ipan.web.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan "Misuh" di Facebook

11 Desember 2017   22:22 Diperbarui: 12 Desember 2017   12:38 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Ada sebuah ilustrasi seperti ini, suatu hari ada  pertengkaran terjadi di sebuah ruang layanan pelanggan sebuah perusahaan, terjadi percekcokan sangat sengit, sehingga munculah kata-kata kasar hingga kata-kata umpatan, bahkan dengan menyamakan dengan sebutan binatang. 

Ya, dalam bahasa jawa istilahnya "misuh". Ungkapan kemarahan dengan misuh dalam ruangan pelanggan perusahaan tadi, mugkin besok harinya sudah dilupakan, walau masih menempel di beberapa orang yang bersentuhan dengan masalah tersebut. Tapi setelah 1 tahun kemudian, ungkapan itu sudah dilupakan.

Akan berbeda jika kondisinya misuhnya di media sosial, sebut saja misal Facebook, harus hati-hati, karena itu bisa berpengaruh ke masa mendatang, setidaknya ada 5 hal yang bisa  dijadikan pertimbangan :

Pertama, Facebook terbiasa mengangkat kembali status 1 s.d 5 tahun yang telah lalu. Ini sungguh beresiko, ketika hari ini emosi sudah stabil, pada kondisi yang nyaman, tiba-tiba ada notifikasi atas status yang telah lampau, berupa kata-kata misuh kepada seseorang, yang mungkin kalau dilihat dalam kondisi kekinian, status misuh itu jadi lucu, terlihat betapa kurang dewasanya waktu itu.

Kedua,ketika menulis komen dengan umpatan misuh, walaupun hanya menuliskan di komen, bisa saja status  Facebook tersebut memiliki hastag, yang pada tahun berikutnya dapat mudah ditemukan banyak orang karena pencarian berdasar hastagnya, sehingga isian komen kita ikut terbawa dalam hasil perncarian tersebut.

Ketiga, misuh di masa lalu dapat menjadi kontra produktif pada masa saat ini dan nantinya. Misal ketika misuh itu masih masa lajang, kemudian pada saat menjelang pernikahan, ternyata calon mertua menemukan komen/status misuh tersebut. Benar masa lalu beda dengan saat ini, tapi itu bisa jadi catatan, bahwa ada sisi ketidakdewasaan pada masa lalu, yang jadi catatan.

Keempat, ingatlah suatu saat ketika karir meningkat, bisa saja,  atasan Anda  mencoba menggali informasi melalui media sosial tentang background dengan berbagai metode pencarian. Sehingga apa yang ditemukan akan jadi catatan sendiri. Pada posisi ini, biasanya atasan Anda juga tidak suka budaya mengumpat di media sosial, apalagi menyentuh nama baik perusahaan.

Kelima, dalam perjalanan bisnis mungkin tambah maju, butuh patner  untuk investasi, bisa saja calon patner mencoba mencari informasi berkenaan attitude, di luar kemampuan manajerial dan leadership itu sendiri.

Pikirkan kembali jika Anda ingin misuh di Facebook, karena salah langkah maka itu akan jadi sesuatu yang kontraproduktif di masa mendatang, dan mungkin bukan saat ini. Selain itu. misuh di Facebook itu bagai membuat prasasti online, yang kadang akan dibaca banyak orang lain setelah kita tiada, belum sempat menghapus misuh di media online tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun