Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Ilmuwan - Science and culture observer

Seorang peneliti lintasilmu, terus berlayar, tak pernah tiba di tujuan, pelabuhan selalu samar terlihat, the ever-expanding sky is the limit.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Vaksinasi Tak Dapat Berdiri Sendiri Menanggulangi Pandemi Covid-19

13 April 2021   01:54 Diperbarui: 27 April 2021   12:39 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksinasi Covid-19. (sumber: SHUTTERSTOCK/Orpheus FX via kompas.com)

Ini hal yang ironis, sebab "vaccination rate" (VR) di Amerika sudah mencapai rerata 3 juta orang lebih per hari, mendekati 4 juta orang. Jangan bandingkan dengan VR Indonesia.

Sampai 8 April 2021, di Amerika sebanyak 158 juta dosis tunggal vaksin telah disuntikkan. Menurut data mutakhir Bloomberg, dalam tiga bulan ke depan ini vaksinasi di Amerika akan mencapai 75% dari penduduknya.

Lebih ironis lagi, di tengah prestasi VR Amerika yang luar biasa itu, jumlah kasus positif naik rata-rata 2% dalam kurun yang sama. Sedangkan, jumlah lansia Amerika 65 tahun ke atas yang sudah divaksinasi makin banyak, alhasil makin sedikit dari mereka yang terkena Covid-19 yang perlu dirawat di rumah-rumah sakit.

Keragu-raguan dan ketidakpercayaan terhadap vaksinasi di kalangan dewasa muda Amerika timbul lantaran mereka menilai vaksin-vaksin tersedia dalam waktu sangat cepat, kurang dari satu tahun. Selain karena mereka tidak kritis, menelan mentah-mentah kampanye-kampanye antivaksin yang dikemas sebagai "pseudosains" yang tak berpijak pada bukti-bukti dan data autentik.

Sebagai jawaban kepada mereka, Dr. Anthony Fauci (penasihat medis utama Presiden Joe Biden) telah memperinci tahun-tahun yang telah dijalani dalam serangkaian penelitian yang bermuara pada pengembangan dan produksi vaksin-vaksin.

Kata Dr. Fauci, vaksin-vaksin yang telah tersedia tidak dikembangkan dalam 11 bulan. Sebelumnya, telah berlangsung banyak usaha luar biasa keras lintasilmu selama beberapa dekade dalam penelitian-penelitian yang dilakukan para vaksinolog sebelum pandemi Covid-19 merebak di akhir 2019. Selanjutnya baca di sini. 

Efek samping "blood clots"

Telah diketahui, dua vaksin virus hidup adenovirus Johnson & Johnson dan Oxford-AstraZeneca telah menimbulkan efek samping yang sangat serius berupa "blood clots" atau penggumpalan atau pengentalan darah dalam pembuluh darah.

"Blood clots" ini terjadi karena virus hidup atau DNA yang dibawanya menimbulkan overreaksi dari sistem imun yang selanjutnya menghasilkan antibodi yang toksik yang membuat platelet dalam pembuluh darah menggumpal/mengental.

Dalam kondisi normal, antibodi mengaktifkan platelet untuk berfungsi menyembuhkan luka yang berdarah, dengan membuat darah pada luka membeku. Lebih terperinci, baca di sini.

Efek samping "blood clots" disebut juga "cerebral venous thrombosis" (CVT) dalam otak atau "vaccine-induced immune thrombotic thrombocytopenia" (VITT) yang dapat terjadi dalam pembuluh darah di bagian-bagian lain tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun